Bayang-Bayang Kehancuran Gaza
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Bayang-Bayang Kehancuran Gaza

Senin, 30 Okt 2023 15:30 WIB
Ibnu Burdah
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Palestina: Israel gencarkan pengeboman Gaza dan memperluas operasi darat
Foto: BBC World
Jakarta -

Laporan perkembangan situasi di Gaza makin menyedihkan. Setiap hari korban tewas terus bertambah dalam jumlah signifikan. Jumlah korban luka melonjak tajam. Sementara banyak fasilitas kesehatan hancur, para tenaga medis jadi korban, serta obat-obatan hampir habis. Konvoi kemanusiaan melalui gerbang Refah beberapa hari terakhir diperkirakan hanya mencukupi sebagian kecil dari kebutuhan dasar bagi pengungsi.

Desakan internasional bertalu-talu agar ada gencatan senjata segera. Israel seperti tak menggubris desakan itu. Kemarahan maksimum sedang meliputi para pemimpin, tentara, dan publik Israel. Mereka terus memporak-porandakan Gaza yang membawa akibat krisis kemanusiaan yang hebat. Israel sudah bertekad sangat bulat untuk menghancurkan seluruh infrastruktur Hamas, memburu para aktivisnya, dan terus mengejar para pentolan-pentolannya meski dengan resiko jatuhnya korban sipil yang tak berdosa dalam jumlah yang makin besar.

Di media-media Israel bahkan di sebagian negara Arab, aksi Hamas terhadap warga sipil yang digambarkan tak ubahnya kelakuan teroris ISIS juga terus ditayangkan ulang. Penyebutan Hamas bahkan selalu dibarengi dengan kata "al-Irhabiyah" (teroris) yang berarti memberikan atribusi jelas kepada gerakan perlawanan itu. Soroton khusus, Hamas sempat "merayakan" aksi kekerasannya kepada warga sipil Israel di awal operasi Thufan al-Aqsha sebagai sejarah kesuksesan dalam menghadapi penjajahan Israel, yang membuat publik Israel meradang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perang Darat

Opsi perang darat sudah dilaksanakan meskipun masih "aksi uji coba atau pendahuluan saja". Padahal ada peringatan yang kuat dari Presiden Biden ke Netanyahu: jangan salah melangkah seperti AS masuk Irak dan Afghanistan. Pergerakan pasukan darat dan cadangan Israel dalam jumlah ratusan ribu di Ghilaf Gaza menunjukkan keseriusan Israel dalam operasi militer mematikan ini. Operasi di Laut Tengah makin kentara dengan kehadiran kapal perang sejumlah negara besar. Gaza benar-benar akan disergap dari segala penjuru setelah dibombardir dari udara.

ADVERTISEMENT

Mungkin Hamas memang menginginkan pasukan Israel masuk Gaza sehingga mereka bisa melawan melalui perang kota dan strategi sandera. Ingat, taktik Hamas terus berkembang pesat seperti dalam aksi Thufan al-Aqsha ini. Mereka mungkin saja sudah mempersiapkan secara detil skenario perang darat di kota ini. Namun, Israel sepertinya juga sudah menyadari taktik Hamas ini sehingga mereka ingin mengosongkan Gaza Utara dari penduduk sipil, sebuah tindakan yang tak masuk akal kemanusiaan. Apa pun strategi perang darat yang akan dilakukan kedua pihak, bayang-bayang kehancuran Gaza makin di depan mata. Masyarakat sipil yang tidak mau atau terpaksa tidak bisa mengungsi potensial jadi korban serangan brutal Israel atau bahkan beresiko jadi tameng para aktifis Hamas dan Jihad Islami yang terdesak.

Tujuan Perang

Sangat sulit memprediksi kapan perang terjadi dan lebih sulit lagi memprediksi kapan perang akan berhenti. Namun, perang biasanya akan berhenti jika tujuan-tujuan perang tercapai atau tujuan perang itu secara realistis tak mungkin lagi tercapai. Tujuan Israel mengobrak-abrik Gaza kali ini bukan sekedar melemahkan kekuatan Hamas. Kemarahan di Israel membuncah, mereka ingin melenyapkan Hamas dari muka bumi. Jika memerhatikan tujuan perang yang berulangkali dikemukakan pemimpin politik dan militer Israel ini maka perang ini adalah perang total, sangat mungkin berlangsung dalam waktu cukup panjang. Apalagi Hamas pasti sudah mempersiapkan berbagai kemungkinan untuk menghadapinya.

Gelombang tekanan diplomatik ke Israel tentu diketahui oleh para pengambil kebijakan di Israel termasuk resolusi MU PBB. Namun, itu sepertinya tak akan membuat mereka menghentikan perang. Israel bahkan menyebut tempat yang tepat bagi resolusi itu adalah tong sampah. Serangan darat "uji coba" untuk membaca strategi lawan sudah digencarkan setelah pasukan darat Israel menunggu cukup lama di Gilaf Gaza.

Di sisi lain, Israel terus mendorong berlanjutnya eksodus penduduk Gaza Utara ke Selatan sebagai strategi pendahuluan bagi perang darat. Skenarionya membanjiri Gaza dengan air untuk melumpuhkan terowongan-terowongan Hamas juga mengemuka. Israel sepertinya benar-benar ingin membumihanguskan Gaza Utara dengan berharap sesedikit mungkin korban sipil jatuh. Jika skenario mendorong eksodus ini benar-benar bisa tuntas, Israel sepertinya akan menggunakan keunggulan mesin-mesin perangnya secara lebih leluasa untuk meratakan kota Gaza dan sekitarnya dengan tanah. Israel sepertinya sudah kalap akibat kemarahan yang meluap dan tidak peduli lagi dengan dampak mengerikan yang ditimbulkan.

Israel dalam perang saat ini pada posisi aktif, yaitu sebagai penyerang. Sulit untuk menerka kapan Israel akan berhenti melakukan serangan jika tujuan-tujuan yang ditetapkannya belum tercapai. Bahkan, Netanyahu sudah menyebut perang ini akan sangat panjang dan tentu akan menguras resources Israel. Serangan yang dilakukan Israel lebih dari tiga pekan ini bahkan disebut bidayatul bidayah (awal dari permulaan).

Sedangkan tujuan strategis Hamas melakukan operasi Thufan al-Aqsha tidak begitu jelas. Saya menyimak dengan seksama pidato para pemimpin Hamas tak lama setelah operasi itu diluncurkan. Namun, isi pidato itu jauh dari capaian mereka di lapangan. Jika tujuan operasi ini sekedar untuk meruntuhkan mitos kesaktian pertahanan Israel maka mungkin tujuan itu bisa dikatakan tercapai. Sebab, kredibilitas pertahanan Israel kemudian jadi sasaran kritik hebat, baik di dalam negeri maupun luar negeri, terutama dinas-dinas spionasenya.

Posisi awal Hamas adalah pihak yang menyerang. Tapi saat ini keadaan berubah. Kendati Hamas masih menunjukkan tanda-tanda masih mampu melakukan perlawanan dengan menyerang dan mengklaim siap untuk meladeni perang darat total, tapi saat ini Hamas lebih banyak jadi pihak yang jadi sasaran. Hamas bukan pihak yang memegang kendali untuk melanjutkan atau menghentikan perang brutal kali ini.

Semoga pemberitaan tentang mirisnya keadaan Gaza saat ini dan begitu masifnya korban dan kehancuran dapat jadi sumber tekanan kepada para pengambil keputusan di Israel dan Hamas untuk segera sadar dan mengambil opsi berani menghentikan perang yang benar-benar menjijikkan ini.

Ibnu Burdah Guru Besar Kajian Timur Tengah UIN Sunan Kalijaga

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads