Seorang wanita datang di ruang gawat darurat rumah sakit rujukan dengan gejala kanker yang sudah menyebar luas, dan meninggal beberapa hari kemudian. Sekitar 15 bulan sebelumnya, wanita ini dinyatakan menderita kanker payudara stadium III di salah satu rumah sakit swasta dan menjalani operasi mastektomi yang diikuti kemoterapi 6 seri dan terapi hormon. Kasus serupa cukup banyak terjadi juga di Jakarta, dan diduga merupakan hal yang sudah biasa terlihat di berbagai daerah.
Kanker payudara masih merupakan kanker yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Data dari negara berpendapatan rendah atau menengah (low or middle income countries) menunjukkan sekitar 50% penderita kanker payudara berusia lebih muda dari 50 tahun, yang biasanya memiliki faktor prognosis lebih buruk. Dengan makin baiknya cara pengobatan, tingkat kelangsungan hidup (survival rate) kanker payudara di berbagai negara dalam 20 tahun terakhir meningkat cukup tajam.
Disebutkan dalam berbagai studi bahwa dengan manajemen kanker multidisiplin yang baik, hampir 90% penderita kanker payudara stadium III yang berusia di bawah 40 tahun masih bisa bertahan hidup lebih dari lima tahun, dan sekitar 70% dapat hidup lebih dari 10 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu faktor utama yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan kanker payudara adalah adanya kerja sama multidisiplin dari berbagai keahlian. Hal ini telah berulang disebutkan pada misalnya Konsensus ASCO dan ESMO 2006, maupun terakhir oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO Global Breast Cancer Initiative, 2023).
Semua kasus kanker dibicarakan dalam diskusi multidisiplin untuk menentukan pilihan dan urutan terapi yang terbaik. Berbeda dengan 30 tahun yang lalu, cukup banyak contohnya kasus kanker payudara yang saat ini tidak lagi harus menjalani operasi mastektomi. Dengan penetapan stadium yang akurat dan adanya pilihan terapi neo-ajuvan (pemberian terapi sistemik oleh ahli Penyakit Dalam/Onkologi Medik sebelum operasi), pasien memiliki kemungkinan pilihan operasi konservasi payudara/ lumpektomi. Jumlah tenaga dokter ahli Onkologi Medik di Indonesia, yang persentasenya dibanding jumlah penduduk masih jauh tertinggal dengan misalnya Vietnam dan Thailand, harus segera ditambah.
Sesudah ada hasil biopsi/patologi yang lengkap, juga sangat penting menentukan pilihan kombinasi dan dosis obat yang tepat. Sesudah hebohnya kasus KepMenKes No 225 tahun 2017 terkait dugaan manipulasi manfaat satu obat kanker payudara, yang sangat memalukan pemerintah dan sampai dibawa ke pengadilan oleh keluarga pasien, sampai saat ini belum ada audit pemakaian obat kanker dalam program BPJS Kesehatan sesuai anjuran dua organisasi dokter ahli kanker pada 2018.
Sangat disayangkan juga bahwa dibandingkan dengan beberapa negara terdekat seperti Singapura, Malaysia, juga China dan India, Kementerian Kesehatan sampai saat ini belum dapat mengatasi berbagai hambatan dalam menetapkan pedoman kerja multidisiplin yang baik dan benar untuk kanker payudara di Indonesia. Keberanian para pejabat Dinas Kesehatan dan pimpinan rumah sakit dalam menindak tegas berbagai cara pengobatan yang salah atau tidak sesuai dengan etika kedokteran, dan merugikan pasien, juga perlu ditingkatkan.
Kita sudah cukup sering mendengar keprihatinan pemerintah terkait banyaknya pasien mampu yang berobat ke luar negeri (Singapura, Penang, Sarawak) dengan membawa dana ratusan triliun rupiah dalam belasan tahun terakhir. Menteri Kesehatan dan para pejabat lain telah melihat berbagai fasilitas modern dan cara kerja di pusat kanker di Amerika Serikat (Klinik Mayo dan MD Anderson Cancer Center), dan pada awal 2023 sudah membuat kerja sama kolaborasi dengan mereka.
Pelatihan tenaga perawat dan dokter di pusat kanker yang lebih maju ini, dan kerja sama penelitian berbagai obat baru, diharapkan dapat dimulai dalam waktu dekat. Di pihak lain, makin banyak RS luar negeri dilaporkan sudah membuka kantor perwakilan di banyak kota besar. Beberapa bulan lalu kita telah menyaksikan adanya pameran berbagai rumah sakit negara tetangga (Malaysia) di Jakarta, dengan maskapai penerbangan nasional kita (Garuda) sudah menjadi mitra dalam menyediakan transportasi yang diperlukan kelompok pasien untuk berangkat berobat ke kota yang diinginkan.
Keluhan atas pelayanan untuk pasien kanker oleh BPJS Kesehatan (antrean dan syarat untuk konsultasi yang berbelit, rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap, lama waktu tunggu untuk mendapat diagnosis pasti dan memulai pengobatan termasuk operasi atau radiasi) masih merupakan masalah yang memerlukan perhatian pemerintah. Peran berbagai asuransi swasta dalam penanganan kanker di dalam negeri juga perlu dioptimalkan.
Berbagai pusat kanker di luar negeri diketahui telah menyediakan fasilitas konsultasi online dalam bahasa Indonesia untuk opini kedua (second opinion), bagi pasien yang masih ragu dengan pilihan yang ditawarkan atau akan diberikan, sebelum mulai menjalani terapi. Beberapa pihak juga sudah menyebutkan kemungkinan perizinan bagi rumah sakit luar negeri untuk membuka cabang di berbagai kota besar, atau diperbolehkannya tenaga kesehatan dan dokter ahli dari luar negeri melakukan pelayanan untuk pasien sambil melatih para dokter kita selama beberapa tahun.
Oktober dirayakan sebagai Bulan Kesadaran Kanker Payudara di banyak negara, dengan tujuan mendidik dan meningkatkan pemahaman wanita tentang kanker payudara. Pada Maret 2024, Indonesia direncanakan akan menjadi tuan rumah Asia-Pacific Breast Cancer Summit di Bali. Kita harapkan selanjutnya para penderita kanker payudara di seluruh Indonesia dapat memperoleh pelayanan yang lebih baik.
Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai hak dan keselamatan pasien, program deteksi dini serta manajemen pengobatan yang optimal, segera tersedianya berbagai obat baru dengan lebih lengkap, ditambah kesadaran semua pihak untuk tidak lagi bekerja seperti 40 tahun yang lalu, maka tingkat kelangsungan hidup 5 tahun sekitar 80 - 90% pada kanker payudara non-metastatik (stadium II dan III) harus dapat dicapai dalam waktu yang tidak lama lagi.
Ronald Hukom dokter spesialis Penyakit Dalam (Internis), konsultan Kanker dan Kelainan Darah di RS Pondok Indah Jakarta dan RS Kanker Darah Dharmais
(mmu/mmu)