Sarjana Baru, Badai PHK, dan Pengangguran Terdidik
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Mimbar Mahasiswa

Sarjana Baru, Badai PHK, dan Pengangguran Terdidik

Kamis, 26 Okt 2023 14:28 WIB
Samsul Arifin
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
pengangguran
Ilustrasi: Getty Images/iStockphoto
Jakarta -

Ketika seseorang menyelesaikan pendidikan tinggi dengan gelar yang dianggap sebagai tiket menuju kesuksesan, mereka memiliki harapan tinggi untuk memulai karier yang sukses. Namun, kenyataan yang pahit adalah bahwa pengangguran terdidik, atau underemployment, telah menjadi ancaman nyata bagi banyak wisudawan dalam kondisi ekonomi yang tidak pasti, terutama dalam masa badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Pengangguran terdidik mengacu pada situasi di mana seseorang dengan kualifikasi pendidikan yang tinggi, seperti gelar sarjana atau lebih tinggi, tidak dapat menemukan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikannya. Seringkali mereka terpaksa menerima pekerjaan yang jauh di bawah kemampuan atau bahkan bekerja dalam pekerjaan yang sama sekali tidak terkait dengan bidang studi mereka.

Ini adalah fenomena yang semakin umum terjadi di berbagai negara, dan alasan di baliknya cukup kompleks. Salah satu penyebab utama pengangguran terdidik adalah kesenjangan antara kualifikasi pendidikan dan permintaan pasar kerja. Terkadang, pendidikan yang diterima oleh wisudawan tidak sesuai dengan kebutuhan industri atau pasar kerja lokal. Akibatnya, meskipun mereka memiliki kualifikasi tinggi, mereka kesulitan menemukan pekerjaan yang sesuai.

Selain itu, badai PHK dalam industri tertentu juga dapat memicu pengangguran terdidik. Ketika perusahaan-perusahaan mengalami kesulitan ekonomi dan harus merumahkan karyawan, orang-orang dengan pengalaman kerja lebih rendah seringkali lebih mudah diberhentikan daripada karyawan yang lebih berpengalaman. Ini dapat menyebabkan persaingan yang lebih ketat di pasar kerja untuk para wisudawan yang baru lulus.

Dampak Psikologis dan Emosional

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengangguran terdidik tidak hanya memiliki dampak finansial, tetapi juga dampak psikologis yang serius. Wisudawan yang berjuang untuk menemukan pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan mereka sering mengalami stres, kecemasan, dan depresi. Perasaan ketidakpastian tentang masa depan mereka dapat merusak kepercayaan diri dan motivasi mereka untuk mencari pekerjaan.

Selain itu, pengangguran terdidik juga dapat merasa frustrasi dan tidak dihargai. Mereka mungkin merasa bahwa mereka telah menghabiskan bertahun-tahun untuk mendapatkan gelar yang tidak memberikan manfaat nyata dalam mencari pekerjaan. Ini dapat menyebabkan ketidakpuasan terhadap sistem pendidikan dan meragukan nilai dari investasi dalam pendidikan tinggi.

Untuk mengatasi masalah pengangguran terdidik, perlu ada upaya dari berbagai pihak. Berikut beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan:

ADVERTISEMENT

1. Penyesuaian kurikulum. Perguruan tinggi dapat berkolaborasi dengan industri untuk memastikan bahwa kurikulum mereka relevan dengan kebutuhan pasar kerja saat ini. Ini akan membantu wisudawan memiliki kualifikasi yang lebih sesuai dengan permintaan industri.

2. Program magang dan praktik kerja. Menyediakan lebih banyak kesempatan untuk magang dan praktik kerja dapat membantu wisudawan mendapatkan pengalaman yang diperlukan dan membangun jaringan yang kuat dalam industri mereka.

3. Pendidikan keterampilan tambahan. Mendorong wisudawan untuk mengembangkan keterampilan tambahan yang dicari oleh pasar kerja, seperti keterampilan teknologi atau keterampilan interpersonal, dapat meningkatkan daya saing mereka.

4. Dukungan psikologis. Perguruan tinggi dan pemerintah dapat menyediakan dukungan psikologis dan karier bagi wisudawan yang mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan. Ini dapat membantu mereka menghadapi stres dan kecemasan yang muncul akibat pengangguran terdidik.

Pengangguran terdidik adalah masalah yang signifikan dalam masyarakat modern. Wisudawan dengan gelar pendidikan tinggi sering merasa terjebak dalam situasi di mana mereka tidak dapat menggunakan potensi mereka sepenuhnya dalam dunia kerja. Dalam badai PHK yang terjadi di berbagai sektor ekonomi, tantangan ini dapat menjadi lebih besar.

Untuk mengatasi pengangguran terdidik, diperlukan upaya bersama dari perguruan tinggi, industri, dan pemerintah. Perubahan dalam kurikulum, peluang magang, pengembangan keterampilan tambahan, dan dukungan psikologis dapat membantu wisudawan menghadapi tantangan ini dengan lebih baik.

Mengakhiri pengangguran terdidik bukanlah tugas yang mudah, tetapi dengan langkah-langkah yang tepat, kita dapat membantu para wisudawan membangun masa depan yang lebih cerah dan produktif setelah menyelesaikan pendidikan mereka.

Samsul Arifin mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga

(mmu/mmu)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads