Mencermati durasi waktu anak berada di sekolah, saat ini sekolah adalah rumah kedua bagi anak. Tidak jarang mereka baru pulang sore hari karena setelah sekolah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler ataupun memang karena sekolahnya memberikan layanan full day school.
Maksud hati orangtua saat memilih sekolah tentu selain terkait perkembangan akademik anak dan pembentukan karakter, tentu juga berharap anak-anak mendapat pengalaman belajar yang menyenangkan. Namun, akhir-akhir ini maksud hati tersebut bisa jadi terusik karena sedang banyak sekali kejadian yang menyesakkan dada kita terutama kejadian-kejadian yang berhubungan dengan isu bullying.
Hal ini tentu membuat orangtua menjadi lebih berhati-hati saat memilih sekolah. Semakin panjang daftar hal yang perlu kita cek di sekolah yang kita survei saat akan memilih sekolah. Tidak cukup hanya melihat lengkapnya fasilitas, program unggulan dan kualitas guru yang mengajar, tetapi kita juga perlu mencermati solusi sekolah dalam mengatasi bullying.
Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai orangtua memahami dengan benar terkait isu bullying ini, minimal mengenai pengertiannya, apa yang dimaksud dengan bullying, jenis, serta karakter sosok yang biasanya berpotensi menjadi pelaku, maupun karakter sosok yang berpotensi sebagai korban. Pengetahuan dasar ini bisa kita gunakan sebagai penyeimbang diskusi dengan pihak sekolah ketika survei dan bertanya tentang program sekolah terkait bullying.
Pertama, kita perlu memahami bahwa bullying berbeda dengan perselisihan biasa. Kita memahami bahwa perselisihan antara anak hal yang tidak bisa dihindarkan sebagai dampak proses belajar anak saat bersosialisasi. Pemahaman yang keliru terkait bullying akan menyebabkan penangan yang keliru atau tidak tepat. Jadi penting sekali, kita sebagai orangtua dan sekolah memiliki pemahaman yang benar terkait bullying ini.
Perbedaan yang utama dari bullying dengan perselisihan biasa adalah ada pada tujuan dan intensitas perlakuan kekerasan yang terjadi. Pada perilaku bullying ada sosok yang benar-benar diincar untuk dilukai baik secara fisik maupun psikologis dan tindakan yang dilakukan sangat intensif. Pemahaman yang benar akan membuat sekolah tahu cara mencegah bullying dan dapat memberikan tanggapan yang tepat ketika kasus bullying terjadi.
Kedua, kita perlu mengetahui empat jenis bullying yang sering terjadi yaitu, fisik, verbal, sosial, dan dari dunia maya (cyber). Hal ini membuat kita lebih peka terhadap pengalaman anak, baik sebagai pelaku maupun sebagai korban. Bagaimanapun, penanganan bullying seharusnya bukan hanya difokuskan kepada korban, tetapi juga untuk pelaku. Keduanya, penanganan untuk korban dan pelaku bertujuan untuk menjadikan anak-anak kita bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
Ketiga, kita juga perlu memahami karakter sosok yang biasanya menjadi pelaku dan korban. Dalam konteks sekolah, pelaku bullying bisa jadi bukan hanya siswa tetapi juga guru. Oleh karena itu, karakter umum sosok pelaku dan korban perlu kita ketahui sebagai antisipasi agar tidak masuk ke lingkungan sosial yang iklimnya mendukung untuk terjadi bullying.
Sepuluh Pertanyaan
Setelah kita memiliki pengetahuan dasar terkait bullying tersebut, mari kita cek program sekolah dengan pertanyaan berikut ini:
1. Apakah guru dan siswa mendapat edukasi terkait bullying? Kapan edukasi tersebut diberikan?
2. Cermati secara sarana fisik sekolah? Apakah sarana yang ada aman bagi anak? Hal ini menjadi indikator sejauh mana sekolah memiliki perhatian terhadap rasa aman anak saat bersekolah.
3. Apakah banyak lorong atau tempat tersembunyi di sekolah tersebut? Jika iya, apa yang dilakukan sekolah untuk mencegah terjadinya bullying di area tersebut?
4. Apakah ada poster-poster bertema anti bullying yang mudah terbaca oleh seluruh kalangan di sekolah tersebut? Adakah poster-poster yang berisi imbauan untuk melaporkan pada pihak sekolah jika terjadi bullying lengkap dengan nama dan nomor kontak yang bisa dihubungi.
5. Seperti apakah SOP penanganan kasus anak? Seperti apakah hukuman atau konsekuensi yang diperoleh anak ketika mereka melakukan kesalahan atau pelanggaran aturan sekolah?
6. Adakah tenaga ahli psikologi di sekolah tersebut, dan adakah layanan konseling untuk anak dan orangtua?
7. Apakah yang menjadi ukuran sekolah terkait prestasi anak? Siapakah anak yang bisa dikatakan anak berprestasi? Apresiasi apa yang diberikan bagi anak berprestasi?
8. Bagaimana penanganan anak yang mengalami kesulitan belajar dan bagaimana penanganan anak yang kesulitan bersosialisasi dengan temannya? Hal apa yang dilakukan agar mereka tetap percaya diri?
9. Apakah sekolah memiliki program yang jelas terkait pembentukan karakter anak? Diharapkan bukan hanya program dalam bentuk pemberian materi tetapi juga ada pembiasaan perilaku baik yang jelas dan terstruktur.
10. Pernahkah ada kasus yang terjadi dan bagaimana penanganan yang dilakukan?
Sepuluh pertanyaan ini bisa diajukan langsung ke pihak sekolah ataupun kepada rekan kita yang sudah menjadi orangtua atau anak yang sudah bersekolah di sekolah tersebut.
Tentu perlu dipahami bahwa bukanlah hal mudah menjadikan sekolah menjadi sekolah dengan zero case bullying, tetapi jawaban dari kesepuluh pertanyaan tersebut akan memberikan gambaran seberapa besar sekolah memahami cara mencegah bullying serta merespons cepat untuk memberikan solusi mengatasi bullying.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semoga kita sebagai orangtua bisa mendapatkan sekolah yang terbaik untuk anak-anak kita, terutama sekolah yang memperhatikan keamanan anak dari perilaku bullying, karena dampak bullying bagi tumbuh kembang anak, baik jangka pendek maupun jangka panjang sangat signifikan.
Lita Edia Harti lulusan S1 Psikologi Universitas Padjadjaran, Direktur sekolah di RA dan SDIT Amal Mulia Depok, konselor dan mental health enthusiast
Simak Video 'Viral Bocah SMP di Agam Kena Bully, Kepala Dipukul-Diancam Dibunuh':