Tantangan Berat Ganjar Pranowo
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Tantangan Berat Ganjar Pranowo

Rabu, 30 Agu 2023 11:00 WIB
Agus Sutisna
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memberikan pengarahan dalam acara Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) di Universitas Pancasila, Jakarta, Senin (28/8/2023).
Ganjar Pranowo di Universitas Pancasila, Jakarta (Foto: Rifkianto Nugroho)
Jakarta -

Meski berdasarkan rilis lembaga-lembaga survei posisi Ganjar Pranowo relatif stabil bolak-balik dengan Prabowo (teratas atau runner up), bacapres PDIP ini sesungguhnya menghadapi tantangan yang tidak bisa disebut ringan. Apalagi setelah Golkar dan PAN yang semula diharapkan bakal merapat ke PDIP beberapa hari lalu memilih bergabung dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) dan memperkuat pendeklarasian Prabowo sebagai bacapres. Berikut ini sejumlah tantangan berat yang sedang dan bakal dihadapi Ganjar.

Pertama yang harus segera diungkapkan (dan ini mestinya sudah disadari betul terutama oleh Ganjar sendiri dan Ganjarian) adalah terkait pencalonannya oleh PDIP. Publik, terutama kader dan massa akar rumput PDIP tahu belaka bahwa pencalonan Ganjar sebagai Bacapres PDIP terjadi karena situasi fait accompli yang dihadapi Megawati (dan tentu saja elite-elite utama PDIP). Ganjar adalah figur yang "dikehendaki" publik, setidaknya demikian yang diungkapkan berbagai lembaga survei dan para pengamat. Inilah poin penting yang memicu munculnya situasi fait accompli itu.

Dalam situasi demikian, Megawati "dipaksa" tunduk pada kehendak publik, meski kita semua tahu betul, Megawati sesungguhnya menginginkan putrinya, Puan Maharani yang dimajukan. Tapi itulah suara demos, vox populi vox dei. Dan, Megawati dalam konteks situasi ini adalah seorang demokrat, paham dan sadar bahwa keinginan publik tak bisa dilawan, karena dalam tradisi demokrasi dipercaya bahwa keinginan publik adalah keinginan Tuhan. Maka dengan berat hati Megawati menyerah dan Ganjar dideklarasikan sebagai capres. Situasi ini saya kira mirip dengan situasi yang dihadapi PDIP menuju Pemilu 2014 dan 2019 silam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Satu hal yang bisa disimpulkan dari situasi yang mengiringi pencalonan Ganjar itu bahwa elite PDIP sesungguhnya tidak cukup solid mendukung Ganjar. Ini kemudian terkonfirmasi dengan beberapa indikasi yang belum lama berselang mengemuka. Diawali dengan "insiden" Effendi Simbolon yang secara terbuka menilai Prabowo merupakan figur paling tepat untuk memimpin Indonesia ke depan. Jadi, bukan Ganjar!

Effendi memang kemudian dipanggil Sekjen. Clear, ia akan tegak lurus dengan keputusan DPP PDIP. Namun tak berselang lama, Budiman Sujatmiko mengunjungi Prabowo, sebuah kunjungan yang dipersepsikan sebagai bentuk dukungan terhadap Bacapres KKIR. Jadi, bukan kepada Ganjar!

ADVERTISEMENT

Kita semua tahu bahwa kedua tokoh itu merupakan kader-kader populer PDIP. Maka dengan mudah isu ini dianggap sebagai "isyarat" konfirmatif bahwa di tubuh partainya sendiri, Ganjar memang tak sepenuhnya diterima sebagai bacapres. Kemudian satu lagi soal yang sangat krusial dan masih menjadi "misteri politik" hingga saat ini adalah sikap Jokowi sendiri sebagai kader utama PDIP, yang dalam berbagai event kerap menunjukkan kedekatan dan aura dukungannya terhadap Prabowo. Jokowi dinilai banyak pihak idem ditto dengan Effendi dan Budiman: tak (sepenuhnya) mendukung Ganjar!

Faktor Jokowian

Tantangan berat Ganjar berikutnya adalah berkenaan dengan pilihan sikap Jokowian (pendukung fanatik Jokowi), terutama yang berbasis di kalangan relawan. Bahwa di tubuh Jokowian saat ini jelas telah terjadi perubahan pilihan sikap dalam soal pencapresan Ganjar oleh PDIP. Seperti telah disinggung di depan, pergeseran sikap ini tentu saja bermuara pada kecenderungan sikap Jokowi sendiri yang lebih menunjukkan kedekatan dan endorsement politiknya kepada Prabowo.

Dengan frasa kunci "kami tegak lurus dengan Jokowi" seperti yang kerap diungkapkan elite Projo dan Bara JP misalnya, para pendukung fanatik Jokowi sejak Pemilu 2014 dan 2019 ini belakangan berhamburan dari lingkaran Ganjar dan sebagian besar merapat ke kubu Prabowo. Padahal, PDIP tentu saja berharap mereka akan menjadi bagian dari mesin pemenangan Pemilu 2024, mesin politik pengantar Ganjar ke istana. Terakhir bahkan PSI, yang kerap dijuluki para hater-nya sebagai "PDIP U-23" juga cenderung mengalihkan endorsement-nya dari Ganjar ke Prabowo.

Faktor Kompetitor

Belakangan, Golkar dan PAN tiba-tiba saja bergabung dengan KKIR dan mendeklarasikan Prabowo sebagai Capres 2024. Publik menduga langkah kedua partai ini tidaklah muncul dari ruang hampa elektoral. Seperti diungkapkan para pengamat dan sejumlah lembaga survei, ada faktor Jokowi di belakang deklarasi empat partai tersebut. Bergabungnya empat partai ini, dengan suara kumulasi hasil Pemilu 2019 sekitar 40%-an tentu akan menjadi tantangan berat kesekian bagi kubu Ganjar dan PDIP yang sejauh ini baru bisa mengumpulkan kumulasi modal suara sekitar 27%-an bersama PPP, Perindo, dan Hanura. Lumayan terpaut jauh.

Jika dugaan pengamat dan sejumlah lembaga survei di atas sahih, maka dalam konteks ini dua fenomena kemudian terbaca mudah. Pertama, Jokowi makin jelas arah dukungannya kepada Prabowo. Kedua, dengan mengoptimalkan potensi 40% modal suara konstituen koalisi empat partai di KKIR dapat dipastikan bakal menjadi sandungan berat buat Ganjar-PDIP. Terlebih lagi jika kemudian yang menjadi pendamping Prabowo adalah Erick Tohir, figur yang tampaknya sangat disukai dan dipercaya Jokowi untuk memastikan kesinambungan program-program pemerintahannya terjaga.

Faktor kompetitor lain yang dapat merepotkan Ganjar-PDIP untuk bisa memenangi pilpres adalah faktor Anies-KKP pascaputusan MA menolak Peninjauan Kembali (PK) kubu Muldoko atas kepengurusan Demokrat-AHY dan deklarasi empat partai mendukung Prabowo tempo hari.Kedua isu itu hemat saya membuat kubu Anies-KKP makin solid.

Semangat mereka kian berkibar lantaran clear sudah: batu sandungan yang dapat menjegal Anies-KKP bisa melaju dan mendaftarkan paslon mereka ke KPU Oktober-November telah terhempas dengan sendirinya. Pada saat yang sama, lahirnya KKIR baru dengan tambahan dua partai (Golkar dan PAN) memperjelas posisi kontestasional, dan ini saya kira yang diharapkan kubu Anies-KKP sejak awal koalisi ini terbentuk. Mereka akan all out bertarung di medan kontestasi elektoral 2024.

Jelas sudah. Bahkan sudah terasa di internal PDIP, bahwa tantangan berat tengah dan akan dihadapi oleh Ganjar-PDIP untuk dapat memenangi Pilpres 2024 dan melenggang menuju istana. Yang kemudian agak mengkhawatirkan, jika analisis ini sahih, Ganjar benar-benar sulit memenangi kontestasi pilpres dan itu artinya PDIP bakal menerima imbas menjadi pecundang di Pemilu 2024. Tidak mustahil Megawati akan meninjau ulang keputusannya mencalonkan Ganjar. Mungkinkah?

Agus Sutisna dosen FISIP Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT)

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads