Berbekal celotehan saya di medsos, saya terinspirasi atas masukan rekan-rekan yang sama-sama para praktisi dalam pendidikan. "Haruskah sekolah favorit dihapus atau justru semua sekolah negeri harus menjadi favorit?" begitulah kira-kira celotehan saya di Facebook.
Ternyata hampir semua jawaban dari rekan-rekan saya adalah jadikan semua sekolah negeri favorit. Mungkin mereka pernah merasakan mengajar di sekolah favorit, atau anaknya pernah belajar di sekolah favorit, atau mungkin mereka hanya sekadar pengagum dan mengkhawatirkan runtuhnya semangat para guru untuk memajukan sekolahnya jika sekolah favorit dihilangkan.
Pendukung utama gagasan ini berargumen bahwa dengan mendorong setiap sekolah menjadi favorit, para guru dan semua pihak terlibat dalam pendidikan akan merasa termotivasi untuk meningkatkan mutu pendidikan di masing-masing sekolah.
Lahir dari Masyarakat
Konsep "sekolah favorit" sendiri adalah sebutan yang lahir dari masyarakat, bukan suatu penghargaan resmi dari pemerintah. Namun, asal usul sekolah favorit dapat ditelusuri dari kebijakan dan program-program pemerintah sebelumnya.
Sebagai contoh, sekolah-sekolah negeri yang saat ini masih dinilai "favorit" pada umumnya adalah bekas Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Dalam masyarakat, label ini melekat kuat pada sekolah-sekolah tersebut, dan banyak orangtua berharap agar anak-anak mereka bisa diterima di sana dengan cara apa pun.
Namun, langkah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menerapkan kebijakan zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) memiliki tujuan untuk meratakan kesempatan pendidikan tanpa memandang status sekolah. Sayangnya, upaya ini belum sepenuhnya memecahkan permasalahan polarisasi antara sekolah favorit dan non-favorit.
Meskipun PPDB zonasi telah berjalan selama 7 tahun dengan tujuan mengatasi krisis kesenjangan antara sekolah-sekolah, kenyataannya masih belum ada perkembangan signifikan. Hal ini menyebabkan banyak pihak, termasuk anggota DPR dan Presiden, menyerukan untuk meninjau ulang serta mengevaluasi program ini secara menyeluruh.
Kendati konsep zonasi adalah langkah yang baik; perlu dilakukan perbaikan pada aspek-aspek yang mendukung implementasi PPDB zonasi agar dampaknya lebih nyata. Sampai saat ini, pemerintah belum secara tegas mengupayakan perbaikan ini, sehingga kesenjangan antara sekolah favorit dan sekolah non-favorit masih tetap ada.
Dalam rangka mengatasi tantangan ini, perlu adanya upaya yang komprehensif dan kolaboratif. Semua pihak, termasuk pemerintah, pendidik, dan masyarakat, harus berperan aktif untuk menjadikan setiap sekolah negeri tempat yang ideal untuk belajar dan berkembang bagi semua siswa. Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat meretas jalan menuju kesuksesan untuk semua sekolah negeri menjadi favorit.
Standar yang Setara
Memperoleh status sekolah favorit bukanlah hal yang mudah, tetapi perubahan pandangan dan persepsi masyarakat untuk mengubah sekolah non-favorit menjadi favorit dapat dilakukan pertama kali dengan dukungan penuh dari pemerintah. Untuk mencapai hal ini, sejumlah langkah perlu diambil untuk memastikan bahwa setiap sekolah negeri memiliki standar yang setara dengan sekolah favorit; pertama, fasilitas sekolah yang setara.
Jangan mengharapkan masyarakat akan mengirimkan anak-anaknya ke sekolah dengan fasilitas minim. Fasilitas sekolah merupakan daya tarik awal, dan kesan pertama yang sangat penting. Fasilitas yang memenuhi standar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan memberikan kebanggaan tersendiri jika mereka berada di sekolah tersebut.
Untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintah perlu mengalokasikan dana yang cukup untuk memperbarui dan meningkatkan fasilitas di setiap sekolah. Jika memungkinkan, inspirasi dari sekolah favorit sebelumnya bisa menjadi pedoman untuk mengembangkan sarana dan prasarana sekolah.
Tidak cukup hanya mengandalkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang selama ini digulirkan. Pemerintah harus secara serius membangun sekolah-sekolah negeri sehingga memiliki kesetaraan fasilitas dengan sekolah-sekolah negeri yang sebelumnya dianggap favorit.
Kedua, kualitas tenaga pendidik dan kependidikan. Regulasi mengenai tenaga pendidik dan kependidikan menjadi tanggung jawab pemerintah. Kualitas dan jumlah guru harus merata di semua sekolah, sehingga dapat menciptakan kepercayaan pada masyarakat untuk mengirimkan anak-anaknya ke sekolah tersebut.
Perlu menjaga rasio pendidik dan peserta didik agar seimbang. Peningkatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan bisa dilakukan melalui pelatihan dan dukungan dana dari pemerintah. Pertukaran tenaga pendidik antar-sekolah juga bisa diterapkan untuk memastikan kualitas yang merata di seluruh sekolah.
Ketiga, budaya dan kegiatan positif di sekolah. Budaya sekolah favorit, seperti disiplin, sopan santun, iklim persaingan akademik yang sehat, dan kegiatan pengembangan diri siswa perlu diintegrasikan dalam setiap sekolah. Sekolah perlu memprogramkan dan mengimplementasikan budaya ini untuk membangun kepercayaan masyarakat.
Masyarakat akan berpikir ulang untuk menyekolahkan anaknya pada sekolah tertentu yang iklim akademiknya tidak terbentuk. Semisal, banyak siswa yang nongkrong ketika jam KBM berlangsung, tidak disiplin masuk dan pulang sekolah, sopan santunnya tidak terbentuk dan lain sebagainya.
Keempat, penataan lokasi sekolah yang tepat. Lokasi sekolah memiliki dampak besar terhadap minat masyarakat. Memilih lokasi yang strategis, mudah diakses, dan memiliki akses transportasi umum serta fasilitas parkir yang memadai dapat memberikan keuntungan. Penting untuk memastikan pemerataan lokasi sekolah agar tidak ada wilayah yang terlalu jauh dari sekolah negeri.
Melakukan pemerataan dan perencanaan lokasi sekolah dengan baik akan memberikan keadilan dalam distribusi sekolah di berbagai daerah. Sistem zonasi akan terlaksana dengan baik dan tidak akan menimbulkan polemik jika lokasi sekolah merata di tiap daerah.
Dalam usaha untuk menjadikan semua sekolah negeri favorit, pemerintah perlu berperan aktif dengan mengalokasikan sumber daya dan anggaran yang memadai serta mengembangkan kebijakan pendidikan yang mendukung upaya ini. Kolaborasi antara pemerintah, pendidik, orang tua, dan masyarakat secara keseluruhan akan menjadi kunci kesuksesan dalam mengangkat mutu pendidikan di semua sekolah negeri.
Tantan Hadian praktisi pendidikan, kandidat doktor Ilmu Pendidikan UNINUS