Pilpres dan Warna Zaman 2024
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Pilpres dan Warna Zaman 2024

Senin, 07 Agu 2023 13:40 WIB
Abdullah Sammy
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Ilustrasi koalisi besar Pilpres 2024
Ilustrasi: Edi Wahyono
Jakarta -

Setiap pemimpin ada zamannya, setiap zaman ada pemimpinnya. Adagium itu menandakan relasi timbal balik antara pemimpin dengan waktu.

Setiap zaman memiliki nilai, ide, atau kepercayaannya sendiri. Sejarawan menyebutnya dengan istilah 'warna zaman' (zeitgeist). Pemimpin yang baik adalah dia yang mampu beradaptasi dengan warna sebuah zaman. Namun pemimpin hebat adalah pemimpin yang bisa beradaptasi sekaligus mewarnai zamannya.

Menjelang Pilpres 2024, kita patut bertanya soal kandidat mana yang cocok dengan warna zaman lima tahun ke depan; yang sesuai dan mampu mempengaruhi budaya zaman pada 2024 hingga 2029.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Budaya yang serba praktis, inovatif, dan kolaboratif adalah tantangan serta kebutuhan zaman saat ini. Pemimpin yang dibutuhkan adalah pemimpin yang tak hanya mampu membawa organisasinya berkompetisi, tapi juga berkolaborasi. Dalam ilmu manajemen, kolaborasi dalam kompetisi dikenal dengan istilah coopetition.

Kolaborasi

Iklim coopetition diprediksi akan semakin mewarnai dunia pada lima tahun ke depan. Dengan kenyataan disrupsi lingkungan yang begitu sulit diprediksi, kolaborasi adalah solusinya. Pandemi Covid-19 adalah contoh nyata bagaimana banyak negara berkolaborasi mengembangkan vaksin guna mencegah semakin banyaknya korban.

ADVERTISEMENT

Sebagai contoh dua rival di Eropa, Prancis (via perusahaan Sanofi) dan Inggris (GlaxoSmithKline) saling bersinergi dalam menciptakan vaksin covid. Meski bekerja sama, kedua negara tetap berkompetisi saat masing-masing menjual vaksin ke negara lain.

Laman Business Cause membuat analisis soal coopetition saat pandemi Covid-19 berpotensi mengubah dunia. Profesor Strategi dan Entrepreneurship NEOMA Business School, Guarav Gupta menilai pandemi mendorong iklim kolaborasi sekaligus kompetisi antar-rival menjadi lebih masif. Coopetition bukan lagi pilihan melainkan kebutuhan.

Pandemi membuka mata bahwa tatanan dunia tak bisa dikuasai hanya dengan kompetisi, tapi kolaborasi. Inilah warna zaman di era kini. Walhasil inilah saat memilih pemimpin yang punya karakter mampu mendorong kolaborasi.

Pemimpin kolaboratif sekaligus punya jiwa kompetitif yang dibutuhkan di era kini. Jokowi dan Prabowo yang mampu berkolaborasi usai terlibat kompetisi pada 2019 adalah contoh bagaimana collaborative leadership dimiliki keduanya.

Contoh lain adalah bagaimana Erick Thohir bisa mendorong BUMN menjadi agen coopetition. Mendorong kolaborasi antara BUMN dengan sejumlah perusahaan pesaing non BUMN. Sebagai contoh, kolaborasi pada PT Indonesia Battery Company (IBC). Empat BUMN sektor energi dan teknologi bekerja sama dengan perusahaan teknologi, CATL dan LG Chem, untuk membentuk industri baterai kendaraan listrik.

Rekonsiliasi

Kolaborasi dalam kompetisi inilah yang dibutuhkan bangsa Indonesia. Saatnya menyudahi warisan konflik atau permusuhan masa lalu. Rekonsiliasi atas masa lalu adalah prasyarat bangsa yang bisa melangkah maju.

Maka menjadi keanehan saat ada pihak yang mengkritisi langkah rekonsiliasi nasional, layaknya pertemuan Prabowo dan Budiman Sudjatmiko pekan lalu. Pertemuan itu lebih layak dipuji sebagai bagian dari semangat kolaborasi dalam menatap tantangan bangsa ke depan. Jika ada orang atau kelompok yang anti-rekonsiliasi atau anti-kolaborasi, maka hal itu berarti ketidaksesuaian dengan warna zaman saat ini.

Walhasil gaya kepemimpinan yang berjiwa kolaboratif dan kompetitif (coopetition) adalah jawaban dalam memilih pemimpin pada 2024. Ini bukan eranya pemimpin yang kaku atau memiliki fanatisme tinggi akan kelompoknya sendiri. Bukan saatnya lagi saling membenci, tapi berkolaborasi.

Abdullah Sammy peneliti strategi manajemen dan CEO Rikreatif Indonesia

(mmu/mmu)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads