"Perdamaian" Jokowi - Surya Paloh
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

"Perdamaian" Jokowi - Surya Paloh

Jumat, 21 Jul 2023 10:30 WIB
Umbu TW Pariangu
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Ilustrasi Surya Paloh membisiki Jokowi menjelang reshuffle kabinet.
Ilustrasi: Edi Wahyono
Jakarta -

Tak ada wajah Presiden Joko Widodo dalam Apel Siaga Perubahan (ASP) yang dipimpin Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Minggu (16/7) kemarin. Di antara 200 ribu kader Partai Nasdem yang hadir, ada Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) beserta jajaran, dan Presiden PKS Ahmad Syaikhu. Tak ketinggalan juga tiga elite Golkar yakni Ketua DPP Christina Aryani, Ketua Bakumham Supriansa, dan Waketum Rizal Mallarangeng.

Maka jadilah Apel Siaga tersebut menyerupai 'panggung akrobat'-nya Nasdem dan calon presiden yang diusungnya. Dikatakan 'akrobat' karena selain mementaskan sikap kritis partai terhadap pelaksanaan Revolusi Mental, serta merta merentang ayunan dukungan kesetiaan Nasdem terhadap Jokowi sampai akhir pemerintahan. Namun banyak pihak yang menilai, apel siaga tersebut semacam warming up sikap oposisional Nasdem selanjutnya terhadap pemerintah, terlebih setelah mengendurnya kemesraan politik Jokowi - Surya Paloh dalam beberapa waktu terakhir ini.

Embun Menyegarkan

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun tak disangka, sehari setelah Nasdem merayakan panggungnya, dua tokoh politik bak 'kakak-adik' ini justru bertemu di Istana. Surya pun buka suara ihwal pertemuan tersebut. Mereka banyak bertukar informasi tentang berbagai hal. Jokowi juga memuji Apel Siaga Perubahan, bahkan penasaran, apa kelanjutan kritik Surya terkait Revolusi Mental. "Saya sedang tunggu-tunggu, Bang Surya ngomong apalagi ini," kata Paloh menirukan pernyataan Jokowi. Bahkan Jokowi menanyakan pula siapa cawapres Anies. (detikcom, 19/7)

Pertemuan tersebut bagai basahan embun yang menyegarkan atmosfer politik nasional. Padahal sebelumnya hubungan keduanya bersitegang terlebih setelah Nasdem mengumumkan secara resmi Anies Baswedan sebagai capres pada Pilpres 2024. Setelah itu Jokowi tidak datang di acara HUT Nasdem ke-11 pada 11 November 2022. Padahal sebelumnya Presiden Jokowi masih sempat memenuhi undangan Surya di acara peresmian Nasdem Tower (22/2/2022), bahkan keduanya masih bertemu di Istana Kepresidenan (14/8/2022).

ADVERTISEMENT

Ketegangan hubungan mereka makin kentara ketikan Surya tidak menghadiri pernikahan putra Jokowi, Kaesang Pangarep (10/12/2022), padahal keduanya pernah mengakui, hubungan mereka sudah seperti saudara sekaligus sahabat karib. Meskipun setelahnya Jokowi dan Surya kembali bertemu di Istana (26/1/2023), namun renggangnya hubungan mereka tak bisa dipungkiri saat tidak diundangnya Surya di acara silaturahmi para elite parpol pendukung pemerintah (2/5/2023) untuk membahas arah Pilpres 2024. Jokowi seolah menegaskan bahwa gerbong politiknya telah pisah jalan dengan Nasdem.

Hadirnya Surya di Istana kemarin membuka babak baru hubungan politik dua elite bangsa ini di tengah mendidihnya rivalitas politik. Dan, ini direfleksikan lewat percik-percik kekecewaan dan keresahan di level rakyat (grass root) terhadap sejumlah manuver politik para elite yang dikapitalisasi untuk menumbuhkan dan mengawetkan semacam antagonisme politik. Mulai dari isu penjegalan pencapresan Anies melalui kasus hukum hingga mempermasalahkan status Partai Demokrat sebagai partai pendukung Anies.

Namun semua itu bak terempas sebagai 'ilusi politik' setelah Jokowi dan Surya bertemu. Kekakuan lanskap komunikasi para elite terutama keduanya, seolah mencair. Pertemuan di awal pekan itu seolah mau melanjutkan tren kemesraan elite politik yang berbeda haluan setelah dua tokoh muda, Puan Maharani dan AHY bertemu di Plataran Gelora Bung Karno sambil makan bubur ayam, pertengahan Juni lalu. Dan, bukan kebetulan, setelah itu mantan Presiden ke-6, ayah AHY, Susilo Bambang Yudhoyono mengutarakan mimpinya tentang satu keretanya ia dengan Presiden Jokowi dan Ketua PDI-P Megawati Soekarnoputri menuju ke Jawa Tengah dan dan Jawa Timur.

Narasi Damai

Dengan spirit politik keguyuban, kita bisa memaknai pertemuan Jokowi dan Surya sebagai simbol ikhtiar kerukunan politik untuk merawat pemilu yang kaya narasi damai. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD ketika membuka diskusi bertajuk "Senandung Pemilu Damai" di Jakarta (18/7) mengingatkan, pelaksanaan Pemilu 2024 harus berlangsung damai. Intrik politik di antara para elite politik hendaknya tak menimbulkan perpecahan dan merusak tata kehidupan dalam bernegara.

Narasi pemilu damai perlu mendominasi intensi manuver politik menang-kalah yang kian mengeras dan mereduksi akal sehat berdemokrasi. Kerukunan politik di tengah kontestasi prestise, uang, dan elektabilitas yang padat adalah kebutuhan sacrosanctity (kesakralan) dalam politik yang dibutuhkan dalam meredam keriuhan sekaligus kekumuhan ruang politik dari gestur dan ucapan delinkuen para elite politik.

Narasi damai adalah inviolabilitas politik atau hal yang tak bisa digugat dari upaya untuk menjadikan pemilu sebagai pesta rakyat yang merindukan hadirnya pemimpin baru lewat berseminya gagasan-gagasan besar dan visioner. Bukan sekadar medan persaingan yang ditaburi kecemasan, paranoid, kebencian, konflik, dan pembelahan sosial-politik yang membuat tekor tabungan soliditas NKRI.

Pertemuan Jokowi-Surya bak surya yang menerangi jalan Pemilu 2024 dengan narasi damai dan persaudaraan. Jika ini bisa divibrasi oleh elite politik sampai di level udara (media sosial) hingga membumi ke rakyat mayoritas, maka misi politik damai ini akan berhasil menjernihkan kembali udara politik yang kotor.

Di sisi lain kita juga tak bisa menampik bahwa gestur dan ucapan politisi dalam politik selalu penuh dengan enigma (teka-teki). Itu sebabnya menurut Gable & Dangelo (dalam Robbin, 1998), aksi politik tak bisa lepas dari dua langgam: sebagai seni kompromi, menghindari konfrontasi hidup bersama, dan sebagai manajemen memperoleh hasil akhir yang bersifat self serving. Melihat rivalitas pilpres yang begitu sengit saat ini, wajar jika dua sosok tersebut bertemu untuk merundingkan sikap-sikap atau strategi politik apa yang ditempuh menyongsong Pilpres 2024.

Justru di sinilah seninya berpolitik. Ketika misalnya target elektabilitas politik disasar dalam kompromi yang tidak sekadar membicarakan kalkulasi pragmatis siapa dukung siapa dan menang-kalah, tetapi juga berupaya menghalau secara radikal kerentanan politik yang dipicu oleh sentimen dan kecurigaan politik. Oleh karenanya kita mendorong agar para elite sentrum politik di bangsa ini untuk berlomba-lomba melanjutkan tren baik dan narasi damai di atas: membuka tangan seluas-luasnya untuk saling mengalahkan ego, duduk semeja membicarakan masa depan negeri ini sebagai agenda adiluhung 2024.

Umbu TW Pariangu dosen FISIP Universitas Nusa Cendana, Kupang

Simak juga 'Buka Suara Jokowi soal Pertemuan dengan Surya Paloh di Istana':

[Gambas:Video 20detik]



(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads