Mengukur Jarak Politik Capres 2024 dengan Jokowi

Kolom

Mengukur Jarak Politik Capres 2024 dengan Jokowi

Wildan Pramudya Arifin - detikNews
Kamis, 13 Jul 2023 13:00 WIB
Ilustrasi capres terkuat jelang 2024. (Ilustrator: Zaki Alfarabi/detikcom).
Ilustrasi: Zaki Alfarabi
Jakarta -

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto adalah capres dengan status "orang-orang Jokowi" (Jokowi's men). Tetapi status mereka itu tidak lantas menghentikan penasaran publik yang bertanya-tanya siapa di antara keduanya yang paling dekat dan mendapatkan dukungan politik yang lebih besar dari Presiden Jokowi.

Kedekatan capres dengan Presiden Jokowi oleh para pengamat dipandang sebagai salah satu faktor yang memperbesar peluang kemenangan dalam Pilpres 2024 mendatang. Pandangan ini bisa dipahami dan diterima mengingat kepuasan publik terhadap presiden ke-7 ini lumayan tinggi. Kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Jokowi berada dalam kisaran 71% hingga 83%. Tingkat kepuasan publik tersebut bisa kita cermati hasil survei dari beberapa lembaga survei terpercaya, semisal Litbang Kompas, Indikator Politik, SMRC, dan LSI.

Tingkat kepuasan publik yang sangat tinggi tersebut tidak hanya menempatkan Jokowi sebagai positive benchmark, melainkan juga sebagai political capital bagi kandidat untuk memenangkan kontestasi untuk menggantikannya kelak. Reputasi Jokowi ini tidak bisa diklaim oleh Anies Baswedan karena ia sudah memposisikan diri sebagai antitesis Jokowi, yang artinya menegasikan kinerja Jokowi, yang berarti pula menegasikan pandangan publik secara umum terhadap Jokowi. Tak heran jika elektabilitas Anies mandek bahkan cenderung menurun. Itu karena posisi dia yang melawan pandangan umum publik terhadap reputasi Jokowi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebaliknya Ganjar dan Prabowo mengafirmasi kinerja Jokowi dan keduanya sebagai capres secara intensif mengkapitalisasi kesan kuat serta posisi kedekatannya dengan Jokowi, yang dalam percakapan arus bawah akrab dipanggil "pakde". Itulah kenapa, elektabilitas kedua kandidat, terutama dalam beberapa bulan terakhir, bersaing ketat.

Semula publik melihat dukungan Jokowi lebih kuat condong ke Ganjar ketimbang Prabowo. Tetapi, situasi berbalik tatkala Ganjar mengambil sikap penolakan keikutsertaan Timnas Israel di Piala Dunia U-20, yang berujung pembatalan oleh FIFA dan membuat Presiden Jokowi sangat kecewa melalui ungkapannya: jangan campur adukkan politik dengan sepak bola.

ADVERTISEMENT

Publik melihat penolakan terhadap Timnas Israel sebagai momen merenggangnya "jarak politik" antara Jokowi dengan Ganjar. Klimaksnya, pertemuan Gibran Rakabuming dengan Prabowo di Solo yang disertai adanya pemberitaan sebagian relawan Jokowi mengubah haluan dukungan kepada Prabowo. Dampaknya sangat terasa, dalam beberapa hasil survei terbaru, elektabilitas Ganjar yang sebelumnya jauh di atas disalip tipis oleh Prabowo --meskipun dalam kerangka margin of error, elektabilitasnya masih terhitung berimbang. Posisi keduanya menjadi sama kuat.

Masih Dinamis

Jarak politik antara kedua kandidat dengan Jokowi sesungguhnya masih sangat dinamis. Untuk melihat dinamika jarak politik ini bisa kita lihat berdasarkan data digital, baik itu agregasi data konten dan percakapan di media sosial, maupun eksposur pemberitaan di portal berita (media online).

Di media sosial, jarak antara Prabowo dengan Jokowi lebih dekat ketimbang antara jarak antara Ganjar dengan Jokowi. Untuk melihat kedekatan jarak kandidat dengan Jokowi di medsos, kita lakukan dengan dua cara. Pertama, menelusuri konten dan volume tagar. Dari pengamatan melalui mesin agregator, dalam konten dan percakapan tentang Prabowo ditemukan dua tagar yang memperlihatkan kedekatan Prabowo dengan Jokow, yaitu "ikutpakdhe" dan "NeruskePakdhe". Sementara dalam konten atau percakapan tentang Ganjar, hampir tidak terlihat tagar yang membawa-bawa nama Jokowi.

Kedua, dengan metode penyaringan (filtering) kata kunci dalam setiap konten tentang kandidat. Dari penyaringan kata kunci, diperoleh volume 668.329 penyebutan Jokowi dalam konten tentang Prabowo di media sosial. Sementara dalam konten tentang Ganjar diperoleh volume 232.245 penyebutan Jokowi.

Kendati begitu, yang perlu kita garis bawahi adalah data media sosial ini sangat rentan dengan keberadaan akun siluman dan bias. Setidaknya bias subjektivitas para pendukung, simpatisan, bahkan timses Prabowo. Dengan kata lain, kedekatan Probowo dengan Jokowi lebih tampak sebagai political engineering (rekayasa politik) para pendukung atau timses, bukan karena kedekatan yang senyatanya. Adanya rekayasa politik ini terlihat dari indikasi mobilisasi akun medsos yang mencapai lebih dari 6000 aku yang mengunggah tagar "kutpakdhe" dan "NeruskePakdhe".

Berbeda situasinya dengan jarak politik antara Ganjar dengan Jokowi dan Prabowo dengan Jokowi yang terdeteksi di media online, jarak politik Ganjar dengan Jokowi jauh lebih dengan ketimbang Prabowo dengan Jokowi. Dengan metode filtering, Selama kurun 1 Januari – 25 Juni 2023, tercatat 52.278 eksposur Ganjar dan Jokowi berada dalam konten berita yang sama. Sementara Prabowo dengan Jokowi hanya mendapatkan 44.001 eksposur dalam konten berita yang sama.

Kedekatan Ganjar dengan Jokowi dalam gambaran atau bingkai media online ini, bisa dikatakan lebih objektif menyingkap kenyataan ketimbang yang tergambar di media sosial. Dikatakan lebih objektif karena gambaran data media adalah hasil konstruksi pihak ketiga, dalam hal ini jurnalis, yang sedikit banyak lebih memiliki "imparsialitas" ketimbang tagar-tagar yang diamplifikasi oleh para pendukung kandidat.

Dalam sebuah seminar terbatas tentang Riset Media dan Big Data (2016), Daniel Dhakidae mengatakan bahwa agregasi data hasil metode penambangan (text mining) di ratusan hingga ribuan media online lebih mendekati kenyataan karena pada dasarnya data itu merupakan hasil survei para jurnalis yang terlatih --tentu dengan segala kekuatan dan kelemahan kualitas setiap media dan jurnalis itu sendiri.

Bertolak dari agregasi data media di atas, benarlah yang dikatakan politisi senior PDI Perjuangan Panda Nababan dalam salah satu sesi wawancara bahwa tidak satu milimeter pun kedekatan Jokowi dengan Ganjar merenggang. Artinya pula, tidak satu milimeter pun dukungan politik Jokowi kepada Ganjar melonggar.

Dengan demikian, terjadinya migrasi dukungan sebagian relawan Jokowi ke Prabowo,lebih dikarenakan mereka salah mempersepsikan atau meraba indikasi dan isu menjauhnya Ganjar dari Jokowi atau sebaliknya. Padahal, kedekatan Jokowi dengan Ganjar tetap lekat dengan dukungan politik yang lebih solid, ketimbang dengan Prabowo.

Wildan Pramudya pengamat sosial dan senior consultant di Jakarta

Simak juga 'Soal Baliho Bareng Prabowo, Jokowi: Foto Saya Juga Dipasang PSI-NasDem':

[Gambas:Video 20detik]



(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads