El Nino dan Kondisi Pangan Negeri
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

El Nino dan Kondisi Pangan Negeri

Kamis, 06 Jul 2023 17:30 WIB
Ishadi SK
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
ishadi sk
Ishadi SK (Foto: istimewa)
Jakarta -

Fenomena cuaca panas ekstrem atau El Nino tengah menjadi perhatian sejumlah pihak karena dampaknya yang luar biasa. Luar biasa di sini berdampak kepada pasokan pangan masyarakat, terutama di Indonesia. Bagaimana bisa cuaca panas ekstrem mempengaruhi pasokan pangan di Indonesia?

Sebelum membahas dampak El Nino, sebaiknya kita bahas dahulu apa itu cuaca panas ekstrem itu. Berdasarkan informasi di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pengertian El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah hingga timur.

Pemanasan ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah sekitarnya, termasuk seperti di Indonesia yang menyebabkan kondisi kering. Namun, di beberapa negara di kawasan Amerika Latin seperti Peru, saat terjadi El Nino akan berdampak pada meningkatnya curah hujan di wilayah tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain El Nino, fenomena cuaca buruk juga ada yang disebut La Nina. Pengertian La Nina adalah fenomena yang berkebalikan dengan El Nino. Fenomena La Nina terjadi, suku muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya.

Tetapi saat ini kita sedang membahas El Nino dan dampaknya.

ADVERTISEMENT

BMKG memprediksi musim kemarau atau El Nino akan terjadi sebagian pada awal 2023 di beberapa daerah di Indonesia. Meski sebagian daerah disebut masih mengalami musim penghujan. Puncak musim kemarau ekstrem tahun ini diprediksi akan datang pada Agustus 2023. BMKG juga menyebut kemarau ekstrem tahun ini akan lebih kering dibandingkan kemarau tiga tahun terakhir.

Sejak awal tahun di berbagai pemberitaan, pemerintah telah menyampaikan 'wanti-wanti' akan datangnya El Nino di Indonesia. Cuaca panas ekstrem ini akan menyebabkan kekeringan atau kurangnya curah hujan dan menyebabkan tirisnya jumlah air, terutama untuk pertanian.

Kekeringan ini akan berdampak pada produksi pertanian, dan buntutnya menyebabkan menurunnya bahan pangan di Indonesia. Hal inilah yang saat ini menjadi perhatian pemerintah untuk menjaga pangan masyarakat Indonesia. Dalam pemberitaan detikcom, Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa membeberkan dampak fenomena El Nino bagi Indonesia, di mana bisa menurunkan produksi padi hingga 1 sampai 5 juta ton.

Selain itu, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan juga pernah mengatakan dalam beberapa kesempatan bahaya dari El Nino akan menyebabkan harga-harga pangan mengalami kenaikan. Bagaimana tidak, produksi pertanian akan menurun. Penurunan produksi pertanian juga diamini oleh Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo.

Mentan mengungkap produksi hasil pertanian jelas akan turun akibat dampak dari cuaca panas ekstrem atau El Nino. Ia juga mengungkap, berdasarkan informasi dari BMKG, cuaca panas ekstrem atau El Nino berpotensi menyebabkan kekeringan lahan pertanian 560.000-870.000 hektar. Angka itu meningkat ketika cuaca normal sebesar 200.000 hektar yang kekeringan.

Bahkan, El Nino bisa menyebabkan kebakaran lahan pertanian, gagal panen, dan meningkatkan intensitas serangan hama penyakit tanaman. Dalam waktu singkat, kekeringan ekstrem akibat El Nino juga berpotensi memicu terjadinya krisis pangan.

Dari sejumlah dampak itu, krisis pangan menjadi ancaman di sejumlah negara terutama Indonesia yang kaya akan hasil produksi pertanian. Untuk itu, dampak El Nino ini menjadi perhatian khusus. Sejumlah upaya tengah dan akan dilakukan pemerintah untuk mengurangi kekeringan hingga krisis pangan yang terjadi akibat El Nino.

Ada tiga langkah yang akan dilakukan Kementan untuk mengantisipasi penurunan produksi hasil pertanian itu. Pertama, membuat mapping untuk melihat daerah mana yang sangat kering, cukup kering atau masih hijau. Dengan melihat itu, Kementan akan memilih untuk mempercepat tanam di daerah yang masih hijau.

Antisipasi berikutnya, membuat varietas-varietas yang tahan kekeringan. Hal ini juga dilakukan untuk mempertahankan produktivitas sejumlah komoditas. Sementara itu, opsi impor pangan juga terbuka oleh pemerintah untuk mengantisipasi kondisi krisis pangan ke depan. Seperti yang disampaikan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan bahwa Indonesia telah melakukan kerja sama dengan India untuk mengimpor 1 juta ton beras. Kerja sama impor itu dilakukan sebagai ancang-ancang jika Indonesia kekurangan beras.

Ishadi SK Komisaris Transmedia

Simak juga 'WMO Ingatkan Adanya Peningkatan Suhu Global Sepanjang 2023':

[Gambas:Video 20detik]



(mmu/mmu)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads