PDIP dan Sistem Pemilu dari Masa ke Masa

Kolom

PDIP dan Sistem Pemilu dari Masa ke Masa

Said Abdullah - detikNews
Kamis, 15 Jun 2023 18:15 WIB
Said Abdullah
Foto: DPR
Jakarta -

Sebelum putusan Mahkamah Konstitusi (MK) dibacakan hari ini, sikap PDI Perjuangan siap menerima Putusan MK apapun hasilnya. PDI Perjuangan sudah melampaui berbagai sistem pemilu. Pada masa Orde Baru, saat masih bernama PDI, kami menjalani sistem pemilu dengan proporsional tertutup. Pada tahun 1999 saat PDI Perjuangan mengikuti pemilu dengan sistem proporsional tertutup, kami menang pemilu.

Pada saat Pemilu 2014 dan 2019, PDI Perjuangan mengikuti sistem pemilu dengan sistem proporsional terbuka, alhamdulillah rakyat masih memberikan kepercayaan terhadap PDI Perjuangan, dan kami menang pemilu. Bukan hanya soal sistem pemilu, PDI Perjuangan juga menjalani perjalanan sejarah mengikuti berbagai sistem perhitungan suara dalam pemilu.

Sejak masa Orde Baru hingga pelaksanaan Pemilu 2009, PDI dan kemudian berubah nama menjadi PDI Perjuangan pada tahun 1999 juga telah mengikuti sistem penghitungan suara yang bermacam-macam. Sebelum Pemilu 2014, sistem konversi suara menggunakan kuota hare, atau yang kita kenal dengan Bilangan Pembagi pemilih (PBB). Saat pemilu 2014 hingga kini, kita menggunakan sistem konversi suara Sainte Lague.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baik menggunakan Kuota Hare maupun Sainte Lague, PDI Perjuangan pernah memenangi pemilu. Prinsipnya, kami siap dan patuh terhadap putusan MK, sebab kami pernah ditempa oleh sejarah untuk mengikuti sistem pemilu dan konversi suara yang bermacam-macam.

Bagi PDI Perjuangan, sistem pemilu sangat penting. Tujuannya untuk menguatkan institusi demokrasi, dalam hal ini menguatkan sistem kepartaian sebagai lembaga politik yang berkewajiban menjalankan kaderisasi, pendidikan politik, dan peserta pemilu yang dengan kekuasaan politik sangat menentukan arah perjalanan bangsa dan negara ke depan. Oleh sebab itu jangan sampai sistem pemilu mengerdilkan sistem kepartaian dengan mengokohkan watak individualisme.

ADVERTISEMENT

Sistem proporsional terbuka ibaratnya kontestasi 'open menu' caleg antar dan intern partai. Caleg yang mendapatkan perolehan suara besar dalam satu dapil bisa merasa dirinya lebih besar dari partainya. Padahal dia bisa menjadi caleg dan dipilih oleh rakyat karena partai politik mengajukannya. Karena merasa lebih hebat dari partainya, maka yang bersangkutan tidak merasa harus terikat dengan aturan dan nilai nilai, serta kegiatan yang dijalankan oleh partainya. Fenomena seperti ini terjadi hampir di semua partai, apalagi partai partai yang tingkat partai ID-nya (Party Identity) rendah.

Oleh sebab itu, watak individualisme sebagai residu dari sistem proporsional terbuka ke depan harus dibenahi. Memang undang undang pemilu memberikan mekanisme penggantian antar waktu, namun penyelesaian dengan mengedepankan jalan seperti ini juga tidak memberikan win-win solution. Oleh sebab itu perlu ditekankan dalam Undang Undang Pemilu, di mana setiap caleg harus dibuktikan mengikuti berbagai jenjang kaderisasi kepartaian sebagai syarat pencalonan.

Langkah seperti ini akan makin menanamkan dan mengokohkan sistem kaderisasi oleh partai partai. Langkah seperti ini juga akan menekan perekrutan figur-figur dengan cara instan, tanpa melalui proses panjang dalam kepartaian. Akibatnya, ideologi, cita-cita dan garis perjuangan partai yang dia ikuti tidak dipahami dan dijalankan dengan penuh hikmat. Akibatnya, kita makin menyaksikan kultur pragmatisme politik dalam setiap pengambilan keputusan keputusan publik.

Oleh sebab itu sistem pemilu dengan sistem proporsional terbuka kita terima dan kita jalankan, namun ada sejumlah kelemahan yang menyertainya, dan harus kita perbaiki bersama sama ke depan.

Said Abdullah, Ketua DPP PDIP

(ncm/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads