ChatGPT dan Sitasi

Kolom

ChatGPT dan Sitasi

Muhardis - detikNews
Senin, 12 Jun 2023 14:10 WIB
Sejak dirilis untuk publik pada akhir tahun silam, ChatGPT langsung populer. Hal ini karena dianggap ChatGPT merupakan program kecerdasan buatan yang takjub.
Foto: Future Publishing via Getty Imag/Future Publishing
Jakarta - Banyak informasi beredar di media sosial, terlebih dalam bentuk reels, terkait betapa hebatnya Artificial Intelligence (AI) dalam membantu mahasiswa menulis tugas akhir. Mereka mendemokan beberapa cara menulis tugas akhir berbantuan chatGPT AI.

Siapa pun yang kebetulan menonton reels tersebut sedikit banyak merasa tertantang untuk mencoba, lebih-lebih mereka yang malas membaca dan menulis. Inginnya instan, cukup rapalkan mantra, abrakadabra, dan...jadi!

Sepertinya mereka lupa kalau ChatGPT tersebut adalah robot yang diciptakan manusia. Namanya robot, tentunya mereka hanya bekerja atas perintah. Saya termasuk satu dari mereka; ya, mereka yang tertarik mencoba kepintaran AI. Bedanya, saya tidak percaya 100% terhadap hasil "curhatan" si AI. Selalu saja muncul di dalam pemikiran saat sang robot merespons command yang saya ketikkan. "Apa benar?"

Saya memulai percobaan dengan mengetikkan "strategi berkomunikasi disertai sitasinya." Kalimat perintah tersebut saya ketikkan sesuai dengan arahan si pemilik akun medsos yang sudah saya screenshoot guna memudahkan percobaan. Maklum, saya termasuk seseorang yang tidak suka menyimpan di dalam ingatan sesuatu yang tidak begitu penting diingat. Maksudnya, bila sesuatu itu masih bisa dibantu ingat oleh semacam tools, dan tidak begitu penting diingat, maka saya memilih untuk tidak mengingatnya dan meyerahkannya pada tools tersebut. Mumpung HP bisa menyimpan screenshoot, saya pun memilih menggunakan fasilitas tersebut untuk membantu saya mengingat.

Kembali ke Chat GPT, tidak membutuhkan banyak waktu (nah, ini sesuai dengan testimoni sang influencer medsos), sang robot memberikan respons. Awalnya saya sangat merasa senang dan memuji-muji hasil kerja robot pintar tersebut. Bagaimana tidak, saya mulai jatuh cinta dengannya. Dia bisa menjadi asisten saya untuk membantu mencarikan informasi include dengan sitasinya.

Seperti yang saya sampaikan di awal, "kejulidan" saya sudah di level akut, tidak ada obatnya.

Robot memberikan lima strategi komunikasi disertai sitasinya.

Saya mulai meng-copy paste link pertama yang diberikan. Hasilnya? Zonk. Google dengan congkak menyatakan "not found", artinya file yang ingin saya cari tidak ditemukan. Tidak patah semangat, saya lakukan pencarian ulang menggunakan judul sitasi. Sama saja! Google merespons dengan missing.

Berprasangka baik! Begitulah yang selalu diajarkan guru agama sewaktu di sekolah dasar. Saya chat kembali si robot untuk mengonfirmasi bahwa sitasi yang diberikannya tidak bisa diakses. Anda tahu apa jawaban si robot?

Ternyata robot lebih gentle. Dia berani mengakui kesalahan dan meminta maaf. Katanya, "Mohon maaf atas kesalahan sebelumnya. Berikut adalah sitasi yang seharusnya dapat diakses," dengan mencantumkan sitasi yang sama, namun sedikit lebih lengkap karena disertai nama penulis dan judul sitasi. Segera saya lakukan hal yang sama, triangulasi dengan Google. Hasilnya? Sama saja!

Saya melanjutkan dengan link dan sitasi kedua, ketiga, dan keempat. Hasilnya sama. Syukurlah, di sitasi yang ke-5, Google memenuhi harapan. Ya, ada! Setidaknya rasa cinta yang mulai tumbuh terhadap si robot AI ini tidak serta merta hilang dari hati.

Memang, tidak semua hal bisa didapatkan secara instan, Sobat Pejuang Tugas Akhir! Masih butuh pendakian terjal dan turunan tajam untuk menyelesaikan tugas akhir. Apakah Chat GPT membantu? Ya, setidaknya dia memberikan kesempatan kepada kita untuk tidak menelan mentah-mentah informasi yang diberikannya.

Dia sudah meringkan kita mengerucutkan kata kunci yang bisa kita cross-check lagi dengan sumber lain. Cukup membantu dibanding kita hanya menghabiskan kuota hanya untuk berharap semua terjadi serta-merta sembari mendengarkan tembang "puas kau curangi aku?"

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads