Miskonsepsi Kesiapan Bersekolah
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Miskonsepsi Kesiapan Bersekolah

Kamis, 08 Jun 2023 14:10 WIB
Sri Lestari Yuniarti
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
sri lestari
Sri Lestari Yuniarti (Foto: dok. pribadi)
Jakarta -

Montessori yang pemikirannya banyak mempengaruhi pendidikan anak usia dini di dunia mengatakan, masa kanak-kanak merupakan masa yang paling kaya yang sebaiknya didayagunakan oleh pendidikan sebaik-baiknya. Jika tersia-sia, tidak akan pernah dapat penggantinya di lain waktu (Soejono, 1988).

Montessori membuat kesimpulan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam jiwa anak masuk melalui indera anak. Sejalan dengan pemikiran Montessori yang membebaskan anak-anak, Ki Hajar Dewantara (dalam Magta, 2013) merumuskan sebuah semboyan "tut wuri handayani" yakni memberi kebebasan yang luas selama tidak ada bahaya yang mengancam anak-anak. Inilah sikap yang terkenal dalam hidup kebudayaan bangsa kita sebagai sistem "among".

Ki Hajar Dewantara juga menyatakan bahwa mendidik anak kecil itu bukan atau belum memberi pengetahuan, tetapi baru berusaha akan sempurnanya rasa pikiran. Sayangnya, masih banyak praktik yang tidak selaras dengan prinsip pembelajaran bagi anak usia dini sebagaimana telah digaungkan oleh Bapak Pendidikan Nasional kita tersebut. Banyak orangtua yang menginginkan anaknya sudah bisa membaca, menulis ,dan berhitung (calistung) setamat dari pendidikan anak usia dini (PAUD).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk memenuhi tuntutan itu, lembaga PAUD melatih anak dengan intensif. Mengajarkan membaca dengan menghapal aksara, merangkai suku kata dan mengejanya. Pemandangan ini juga jamak pada mereka yang tidak mengenyam PAUD. Orangtua menitipkan anak-anaknya belajar calistung di Bimbingan Belajar. Metode yang digunakan kurang lebih sama. Hal ini dilakukan karena masih banyak SD yang memberlakukan PPDB menggunakan tes calistung.

Padahal yang sesungguhnya dibangun sejak dari PAUD adalah kemampuan literasi dan numerasi, di mana baca tulis hitung termasuk di dalamnya. Kemampuan membaca dan berhitung terjadi secara bertahap. Pengenalan kemampuan ini perlu sesuai dengan tahapan perkembangan anak terutama kemampuannya berkomunikasi, serta harus diterapkan dengan cara yang sesuai bagi anak usia dini.

ADVERTISEMENT

Miskonsepsi lainnya terkait kesiapan bersekolah. Memasuki bangku persekolahan formal dasar, dalam hal ini SD, sejatinya tidak hanya membutuhkan kemampuan calistung. Namun ada beberapa kemampuan dasar yang harus ditumbuhkan sejak usia dini. Kemampuan tersebut meliputi pengenalan atas nilai agama dan budi pekerti, kematangan emosional, keterampilan sosial dan bahasa, kognitif, keterampilan motorik, serta pemaknaan yang positif atas belajar.

Dikarenakan tidak setiap anak pernah mengenyam PAUD --meski PAUD dirancang sebagai fondasi pendidikan dasar-- maka kemampuan dasar tersebut dapat ditumbuhkan atau dilanjutkan di SD kelas rendah (kelas 1 dan 2).

Senang Bersekolah

Daniel Willingham (2021) dalam buku larisnya Why Don't Students Like School? menunjukkan perasaan mengenai sekolah yang seringkali negatif, terutama ketika anak berangkat remaja. Sebanyak 76% lulusan taman kanak-kanak menyebut sangat suka bersekolah, tapi di pertengahan sekolah dasar sebagian besar anak mengatakan "kadang-kadang" saja menyukai sekolah.

Ada kecenderungan "kesenangan bersekolah" menurun pada akhirnya, sehingga pada masa SMU, tiga emosi utama anak adalah lelah, stres, dan bosan. Padahal anak yang senang bersekolah --karena sekolah membelajarkan banyak hal penting dengan menyenangkan-- adalah esensi dari pendidikan. Khususnya pendidikan persekolahan. Kesenangan bersekolah adalah kunci menuju sukses bersekolah.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi meluncurkan episode Merdeka Belajar 24. Mendikbudristek menyampaikan empat fokus yang perlu dilakukan dalam pembelajaran. Pertama, transisi PAUD ke SD perlu berjalan dengan mulus. Proses belajar mengajar di PAUD dan SD/MI/sederajat kelas awal harus selaras dan berkesinambungan.

Kedua, setiap anak memiliki hak untuk dibina agar kemampuan yang diperoleh tidak hanya kemampuan kognitif, tetapi juga kemampuan fondasi yang holistik.

Fokus ketiga adalah terkait kemampuan dasar literasi dan numerasi harus dibangun mulai dari PAUD secara bertahap dan dengan cara yang menyenangkan.

Keempat, "siap sekolah" merupakan proses yang perlu dihargai oleh satuan pendidikan dan orangtua. Setiap anak memiliki kemampuan, karakter, dan kesiapan masing-masing saat memasuki jenjang SD, sehingga tidak dapat disamaratakan dengan standar atau label-label tertentu.

Merdeka Belajar Episode ke-24 merupakan kebijakan yang mendasari transisi PAUD ke SD/MI/sederajat yang menyenangkan, yang akan dimulai sejak tahun ajaran baru. Oleh karena itu, ada tiga target capaian yang harus dilakukan satuan pendidikan.

Pertama, satuan pendidikan perlu menghilangkan tes calistung dari proses PPDB pada SD/MI/sederajat. Hal ini dilakukan karena setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan layanan pendidikan dasar.

Kedua, satuan pendidikan perlu menerapkan masa perkenalan bagi peserta didik baru selama dua minggu pertama. Satuan PAUD dan SD/MI/sederajat dapat memfasilitasi anak serta orangtua untuk berkenalan dengan lingkungan belajarnya sehingga peserta didik baru dapat merasa nyaman dalam kegiatan belajar. Kemudian, satuan PAUD dan SD/MI sederajat juga diharapkan dapat mengenal peserta didik lebih jauh melalui kegiatan belajar sehingga pembelajaran yang diberikan dapat lebih tepat sasaran.

Ketiga, satuan pendidikan di PAUD dan SD/MI/sederajat perlu menerapkan pembelajaran yang membangun enam kemampuan fondasi anak.

Sri Lestari Yuniarti bekerja di Direktorat Guru PAUD dan Dikmas Kemendikbudristek; alumnus University of Wollongong, Australia

(mmu/mmu)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads