Dalam beberapa tahun terakhir, blockchain berubah dari konsep yang hanya dipahami oleh beberapa orang menjadi teknologi yang berpotensi mengubah dunia. Saya berkesempatan menjadi salah satu narasumber di Blockchain Economy Summit Istanbul 2023, 10-11 Mei 2023 lalu. Acara ini dihadiri lebih dari 3000 partisipan dari lebih dari 70 negara, dengan lebih dari 100 sponsor perusahaan dan komunitas blokchain.
Saya juga berkesempatan untuk berjejaring dengan para peserta yang hadir, misalnya dari Ukraina, Turki, dan Kanada. Ada beberapa hal menarik yang saya dapatkan saat mendatangi para peserta pameran dan para peserta yang hadir di acara ini.
Pertama dan terpenting, perlu ada peningkatan dalam penggunaan "sandbox" dan inovasi pengembangan blockchain. Sandbox adalah lingkungan yang aman dan terkendali untuk melakukan eksperimen dan inovasi, yang sangat penting dalam dunia blockchain yang dinamis dan cepat berubah. Bagaimanapun, untuk membuat blockchain dapat berfungsi dengan baik dan efisien, perlu ada ruang untuk mencoba, belajar, dan berkembang. Dalam hal ini, Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saya mendapatkan inspirasi ini ketika berdiskusi dengan salah satu partisipan dari Turki, yang membuat Blokchain Lab, sebuah sistem blockchain tertutup, di mana perusahaan bisa melakukan eksperimen dan simulasi inovasi berbasis blockchain, sebelum diluncurkan. Ini penting untuk melakukan mitigasi, potensi masalah, dan tantangan.
Pemerintah juga bisa memanfaatkan ini untuk memahami prosesnya, dan menelurkan regulasi yang lebih tepat sasaran dan relevan. Model semacam ini sudah dilakukan pemerintah Cina --bagian dari strategi sistematis pemerintah Cina untuk mendorong inovasi, dan adopsi blockchain di Cina.
Kedua, perlu ada inovasi produk di luar cryptocurrency dan Non Fungible Token (NFT) untuk investasi dan spekulasi. Meski cryptocurrency dan NFT mendominasi berita tentang blockchain, potensi teknologi ini jauh lebih luas. Dengan menggunakan blockchain, kita bisa membuat kontrak pintar, mendigitalkan aset fisik, dan bahkan melakukan transaksi internasional dengan lebih cepat dan murah. Namun, untuk mencapai potensi ini, perlu ada lebih banyak inovasi dan eksperimen.
Saya melihat banyak inovasi-inovasi baru yang bukan hanya terkait dengan membuat token atau NFT Seni. Misalnya solusi untuk meredefinisi model bisnis industri olahraga terutama sepakbola, dengan penjualan tiket menonton satu musim, yang nantinya bisa disewakan harian, mingguan, dan lain-lain. Model bisnis ini akan memungkinkan pemilik NFT untuk mendapatkan penghasilan tambahan dengan menyewakan NFT, dan pemilik klub bola bisa melakukan pendapatan di awal, yang bisa digunakan untuk pengembangan stadion, biaya pemasaran, dan lain-lain dengan biaya modal yang lebih murah.
Ketiga, regulasi terkait blockchain sangat penting. Kalau boleh melihat lebih adil, inovasi pelaku industri berinovasi dengan teknologi blockchain juga masih menanti kepastian peraturan yang menaungi. Saya membantu Kominfo sejak 2021 untuk membuat riset rekomendasi regulasi terkait ini karena desakan para pelaku industri. Regulasi yang baik bukan hanya melindungi konsumen dan mencegah penyalahgunaan, tetapi juga memberikan kepastian hukum bagi perusahaan dan investor.
Saat ini banyak negara sudah memiliki regulasi blockchain, dan Indonesia perlu segera menyusul. Regulasi ini harus seimbang, yakni melindungi konsumen dan investor, namun juga memberikan ruang untuk inovasi dan pertumbuhan.
Beberapa pelaku industri di Indonesia pada akhirnya membuat perusahaannya berbasis di Dubai atau Singapura, walau pemiliknya berasal dari Indonesia, dan beroperasi di Indonesia, karena kekosongan regulasi. Padahal bagi pelaku industri, kepastian berusaha menjadi sangat penting untuk meminimalisasi risiko bisnis dan investasi yang sudah dikeluarkan.
Keempat, poin terakhir namun tidak kalah pentingnya, adalah pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM). Teknologi baru membutuhkan keterampilan baru. Untuk itu, perlu ada pelatihan dan pendidikan, baik di tingkat perguruan tinggi maupun pelatihan profesional. Selain itu, perusahaan juga harus berinvestasi dalam pengembangan SDM, karena karyawan yang terlatih dan berpengetahuan adalah aset berharga.
Apabila melihat para peserta yang hadir di Istanbul, maka saya bisa melihat kita lumayan tertinggal dibanding negara-negara lain terkait dengan SDM di industri ini. Cara pikir dan pemahaman mereka tentang blockchain jauh lebih inovatif.
Saat ini saya sedang bekerja sama dengan Universitas Sahid dan Asia Blockchain Association (ABA), akan membuat pelatihan dan sertifikasi daring dan luring untuk memenuhi kebutuhan ini. Nakama.id (start-up ecosystem builder) juga akan bekerja sama dengan pemerintah Batam mengembangkan sebuah pusat pengembangan blockchain terintegrasi bertaraf internasional, termasuk di dalamnya pengembangan SDM, mengingat letaknya yang strategis di segitiga emas antara Johor (Malaysia) dan Singapura. SDM yang dihasilkan diharapkan bukan hanya untuk kebutuhan di Indonesia, tetapi juga bisa diekspor ke Malaysia dan Singapura.
Inspirasi dari Blockchain Economy Summit Istanbul seharusnya menjadi pemacu bagi kita sebagai sebuah bangsa agar bergerak lebih cepat, agar tetap kompetitif, dan mampu menjawab tantangan global. Teknologi blockchain bisa menjadi salah satu cara untuk meningkatkan daya saing kita di skala global mengingat teknologi ini bisa menghasilkan banyak inovasi baik dari sisi efisiensi, transparansi, keterlacakan, bahkan model bisnis baru.
Tuhu Nugraha konsultan bisnis digital dan metaverse, Senior Research Fellow Arven Institute
(mmu/mmu)