Kolom

Berbagi Kecemasan dan Harapan Melalui Komunitas Belajar

Ginanjar Hambali - detikNews
Rabu, 03 Mei 2023 10:00 WIB
Jakarta - Sebagai guru, kesempatan untuk berdiskusi dengan rekan sejawat mengenai masalah yang dihadapi sehari-hari selalu saya rindukan, terutama menghadapi perubahan kurikulum. Berbagi kecemasan dan harapan itu mulai terjembatani dengan hadirnya Komunitas Belajar. Komunitas Belajar di sekolah kami mulai berkembang sejak November tahun lalu.

Komunitas Belajar sesungguhnya bukan sesuatu yang baru; sebelumnya ada konsep lesson study dan juga Forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), namun Komunitas Belajar tingkat sekolah selain cakupannya lebih fokus juga tumbuh dan berkembang, menggali dan memecahkan masalah yang dirasakan guru dengan teman-teman sendiri di sekolah.

Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi berharap Komunitas Belajar berperan memfasilitasi guru belajar bersama tentang Kurikulum Merdeka. Memfasilitasi diskusi untuk memecahkan masalah seputar Kurikulum Merdeka. Mempelajari proses berbagi praktik baik dengan rekan sejawat tentang Implementasi Kurikulum Merdeka. Memfasilitasi refleksi pembelajaran rekan sejawat.

Temuan awal Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) bahwa guru membutuhkan waktu dan dukungan untuk memahami dan melaksanakan kurikulum secara utuh. Kurikulum yang dirancang untuk mengurangi beban guru malah dipersepsikan sebaliknya. Guru lebih fokus pada format modul ajar serta wajib atau tidaknya membuat dokumen kurikulum dari pada memaknai fungsi modul ajar untuk membantu merancang pembelajaran.

Kecemasan guru dan kepala sekolah berkaitan dengan benar salahnya praktik yang dilakukan (Anggraena et al., 2021). Sebagai guru yang mengajar di Sekolah Penggerak, kami mendapat pendampingan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, namun itu terasa kurang karena pendampingan yang dilakukan seringkali kurang mendalam karena keterbatasan waktu, guru yang terlibat, dan kesempatan untuk berbagi permasalahan.

Melalui Komunitas Belajar, kami yang mengajar di sekolah yang berada di pedesaan dan bukan sekolah unggul, saling belajar dengan sesama guru di sekolah, lebih jujur dan terbuka. Melalui komunitas ini guru terlibat dalam tujuan bersama menyebarkan gagasan mereka bagaimana mengajar yang baik, guru saling belajar pada guru yang lain, dan mendiskusikan teks untuk memperbaiki pengajaran.

Komunitas Belajar menjadikan sekolah sebagai tempat yang menumbuhkan keinginan guru bekerja secara profesional, dan guru bagian dari sekolah yang tak terpisahkan (Benziane, 2013). Komunitas Belajar di SMA Negeri 7 Pandeglang berkembang setelah salah seorang guru di sekolah mengikuti Training Of Trainer (TOT) Upgrading Penggerak Komunitas Belajar di Tangerang Selatan, November 2022.

Sebelumnya, Komunitas Belajar sering disebut Komunitas Praktisi. Dibanding Komunitas Praktisi, Komunitas Belajar lebih fokus pada upaya meningkatkan kemampuan profesional guru dengan saling belajar dan berbagi sesama mereka.

Kami membawa permasalahan untuk dibahas di Komunitas Belajar yang diadakan dua minggu sekali. Berbagai keluhan dan tantangan menerapkan Kurikulum Merdeka dibahas, seperti bagaimana mengajar dengan rata-rata peserta didik jarang membaca? Bagaimana mengajar dengan kemampuan berhitung yang lemah? Apakah Implementasi Kurikulum Merdeka dapat berjalan sesuai harapan?

Melalui Komunitas Belajar, guru yang sudah mencoba mempraktikkan pembelajaran yang mengacu kepada Implementasi Kurikulum Merdeka berbagi cerita, salah satunya pengalaman menerapkan pembelajaran berdeferensiasi. Pembelajaran berdeferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodasi kebutuhan peserta didik. Kami membahas Panduan Pembelajaran dan Asesmen, panduan yang diterbitkan Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (2022).

Pada pertemuan selanjutnya, beberapa guru menceritakan pengalaman mereka menerapkan pembelajaran berdeferensiasi. Ada yang bercerita mengajar dengan membagi murid tiga materi yang berbeda berdasarkan capaian belajar murid, berdasarkan asesmen yang dilakukan pada awal pelajaran. Peserta didik yang masih perlu mendapat bimbingan diberi materi yang difokuskan pada beberapa materi dengan asesmen menjawab inti materi, peserta didik yang sudah cukup memahami materi dapat mempelajari materi seluruh topik, dan peserta didik yang sudah mahir, mempelajari materi yang lebih menantang, dengan menghadirkan studi kasus berdasarkan artikel yang ada di media massa serta menjawab asesmen numerasi.

Ketika membahas pembelajaran berdiferensiasi, muncul juga kecemasan bagaimana murid yang dianggap mempunyai kesiapan belajar lebih rendah, diberi materi yang disesuaikan dengan kemampuan mereka akan membuat mereka semakin tertinggal dibanding temannya yang mahir? Bagaimana perasaan mereka ketika dikelompokkan sebagai peserta didik yang dianggap memiliki kesiapan rendah?

Dalam Komunitas Belajar menghilangkan pengkategorian peserta didik ke dalam kelompok 'pintar' dan tidak juga dibahas. Dalam upaya menghilangkan persepsi pengelompokan peserta didik tidak berlaku permanen, adakalanya peserta didik pada pelajaran tertentu berada pada kelompok mahir dan atau sebaliknya. Asesmen dalam menentukan kesiapan belajar, bukan satu-satunya kriteria, namun, pilihan peserta didik secara sadar juga menjadi pertimbangan.

Umumnya, dalam Implementasi Kurikulum Merdeka, guru di sekolah kami mencemaskan kemampuan literasi dan numerasi peserta didik. Kecemasan itu bukan hanya berdasarkan pengalaman guru secara langsung ketika mengajar, namun juga tergambar dalam potret rapot pendidikan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, Komunitas Belajar merekomendasikan ada pendampingan untuk meningkatkan literasi dan numerasi peserta didik, termasuk juga kemampuan Bahasa Inggris. Sekolah berjanji akan merealisasikan kelas pendampingan, dengan mempertimbangkan kerelaan guru untuk menambah beban kerja, langkah maju telah dilakukan dengan memberikan tes kemampuan matematika dasar untuk kelas X.

Komunitas Belajar juga mempelajari keterampilan memanfaatkan teknologi seperti penggunaan aplikasi yang mendukung pembelajaran dan atau penilaian di kelas. Salah satunya aplikasi penilaian. Setelah guru yang telah mempraktikkan pemanfaatan aplikasi berbagi praktik baik, peserta Komunitas Belajar yang lain diberikan tugas, hasilnya dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.

Beberapa hal sepertinya harus ditingkatkan dari Komunitas Belajar di sekolah kami. Kehadiran guru dan keterlibatan dalam diskusi harus terus ditingkatkan sehingga tidak didominasi oleh beberapa guru, dan pengelolaan komunitas yang lebih baik lagi seperti ketepatan waktu dalam kegiatan Komunitas Belajar. Terlepas dari beberapa hal yang harus diperbaiki, Komunitas Belajar di sekolah telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya berbagi kecemasan dan harapan guru, meningkatkan kesiapan untuk Implementasi Kurikulum Merdeka.

Ginanjar Hambali Guru SMA Negeri 7 Pandeglang




(mmu/mmu)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork