Dalam setiap pemilihan lokasi konservasi berbasis ekosistem, pertimbangan mengenai keberadaan spesies bernilai konservasi dan peran pentingnya dalam ekosistem selalu menjadi pertimbangan utama. Konservasi berbasis spesies menjadikan konservasi ekosistem memiliki justifikasi lebih kuat, memudahkan dalam komunikasi publik, serta menyediakan berbagai peluang pemanfaatan spesies secara berkelanjutan.
Model pendekatan konservasi berbasis kombinasi spesies payung (umbrella species) dan spesies kunci (keystone species) dipercaya menjadi solusi bagi para manajer, perencana konservasi, dan konservasionis dalam mewujudkan strategi konservasi yang efektif. Kombinasi spesies payung-spesies kunci jarang digunakan dalam program dan kampanye konservasi.
Konsep Spesies Payung
Spesies payung adalah spesies yang dipilih sebagai representasi utama suatu ekosistem pada saat rencana konservasi dibuat. Spesies ini memiliki area okupansi luas sehingga bila area yang menjadi okupansinya terjaga baik, organisme lain yang ada di dalam ekosistem tersebut akan terjaga baik pula. Penggunaan spesies payung dapat membantu manajer dan perencana konservasi menghasilkan dampak positif yang lebih besar dengan sumber daya yang lebih sedikit.
Istilah spesies payung mulai dikenal pada awal 1980, walaupun sebenarnya intisari konsep tersebut telah digunakan sebelum masa itu. Dengan melindungi spesies payung, spesies-spesies lain yang menjadi bagian dari ekosistem tersebut juga akan mendapat manfaat perlindungan di bawah "payung atau strategi konservasi" yang sama. Spesies payung dipilih agar strategi konservasi dan pengelolaan ekosistem lebih mudah dan efisien, terutama di area di mana terdapat banyak spesies penting lainnya yang juga perlu mendapat perhatian, atau di mana keanekaragaman hayati dari suatu ekosistem belum diketahui secara pasti.
Spesies payung umumnya dipilih karena memiliki sebaran geografi yang luas sehingga dapat meliputi berbagai habitat dan ekosistem yang beragam. Pertimbangan ilmiah lainnya adalah spesies payung berasosiasi dengan berbagai spesies lain (co-occurring species) untuk bisa sintas. Contoh perlindungan spesies payung yang dapat memperluas perlindungan spesies-spesies lain misalnya perlindungan gajah dan harimau sumatera yang otomatis melindungi spesies-spesies Rafflesia dan bunga bangkai (Amorphopallus titanum).
Demikian juga, perlindungan habitat badak jawa (Rhinoceros sondaicus) berarti melindungi spesies pohon endemik Jawa Barat yang sangat bermanfaat kokoleceran (Vatica bantamensis). Konsep spesies payung bisa diimplementasikan secara efektif dengan menggunakan hewan-hewan yang memiliki kemampuan jelajah tinggi, atau berukuran besar, atau spesies-spesies hewan vertebrata tingkat tinggi yang penyebaran geografisnya luas.
Konsep Spesies Kunci
Spesies kunci adalah spesies yang memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan/kestabilan ekosistem dalam jangka panjang. Spesies kunci mempunyai peranan esensial di dalam struktur, fungsi, atau produktivitas suatu ekosistem, termasuk status habitat, tanah, dan pemencaran biji. Hilangnya spesies kunci dapat mengakibatkan perubahan populasi organisme lain (cascade effect) dalam ekosistem tersebut, karena putusnya proses-proses tertentu dalam ekosistem tersebut.
Hilangnya spesies-spesies kunci bahkan dapat menyebabkan tidak berfungsinya ekosistem. Kompleksitas dan kesalingterkaitan (interconnectedness) antarproses dan antarkomponen di alam sering tidak dipahami manusia. Contoh peran kunci di alam bisa dilihat dari peranan spesies-spesies pohon ara atau ficus (Moraceae) dalam menyediakan sumber makanan/buah secara terus menerus sepanjang tahun.
Selain itu, musim berbuah masing-masing spesies ara berbeda, sehingga mampu menyediakan makanan secara berkelanjutan. Cerukan air di sela-sela percabangan pohon ara bermanfaat bagi berbagai spesies burung, primata, tupai, serangga, biawak, dan ular, khususnya di musim kemarau. Karena bentuk hidup/habitus Ara yang beragam (berupa pohon, semak, batang memanjat, dan epifit), maka peluang berbagai spesies hewan untuk menemukannya makin besar.
Berbagai spesies epifit, anggrek, liana, dan benalu juga diuntungkan dengan keberadaan pohon-pohon ara karena menyediakan lingkungan mikro yang nyaman untuk berkembang. Ficus dapat dipakai sebagai indikator proses suksesi hutan alami. Ficus terdiri atas sekitar 850 spesies yang tersebar di seluruh dunia, di mana sebagian besar berada di area tropika Indo-Malesia.
Contoh lain spesies kunci adalah satwa penyebar biji seperti orangutan (Pongo pygmaeus) dan rangkong gading (Rhinoplax vigil). Spesies kunci juga diperankan oleh gajah dan badak dalam pemeliharaan struktur habitat; kalong, kelelawar, dan serangga dalam proses polinasi, serta kepiting dalam daur karbon (proses degradasi daun tumbuhan bakau) pada ekosistem bakau. Konsep pengelolaan konservasi yang menaruh perhatian serius pada peran spesies kunci dapat melindungi struktur dan fungsi ekosistem/habitat yang luas dan beragam secara lebih efektif.
Kombinasi Spesies Payung-Kunci
Keberhasilan tujuan konservasi dibatasi oleh faktor waktu, dana, SDM, dan kebijakan. Melakukan konservasi semua spesies asli Indonesia dalam waktu bersamaan akan sulit, bukan hanya karena harus menangani jumlah spesies yang banyak dengan preferensi habitat yang berbeda-beda, namun juga karena jenis dan tingkat keterancaman spesies yang berbeda-beda pula. Untuk itu, perlu ditetapkan spesies-spesies prioritas yang harus meliputi kombinasi spesies payung dan spesies kunci.
Penentuan spesies prioritas untuk aksi konservasi harus berdasarkan pertimbangan dan asesmen yang komprehensif. Aksi konservasi yang dijalankan tidak bisa hanya mempertimbangkan aspek-aspek ilmiah-teknis, tetapi juga harus dapat menjamin keberlanjutan ekosistem.
Spesies prioritas ditetapkan tidak cukup hanya berdasarkan pada tingkat kelangkaan dan keterancamannya sebagaimana selama ini dilakukan, tetapi juga harus menganalisis fungsi dan keterkaitan erat mereka dengan komponen-komponen lingkungannya, baik biotik maupun abiotik, dan harus meliputi spesies payung dan spesies kunci sebagai basis konservasi, serta merepresentasikan karakteristik suatu eko-region.
Spesies prioritas juga harus mencerminkan keberadaan ancaman utama di seluruh eko-region tersebut, sehingga konservasi spesies dapat memberikan kontribusi signifikan dalam mencegah terjadinya kepunahan spesies di eko-region tersebut. Keberadaan dan keberlanjutan hidup spesies prioritas berbasis spesies payung-spesies kunci pada akhirnya akan mempengaruhi kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat di dalam eko-region tersebut, terutama melalui layanan jasa lingkungan dan ekoturisme. P
Pelibatan masyarakat dan para pihak kunci sejak dari awal perencanaan pengelolaan kawasan konservasi menjadi sangat penting, karena keberhasilan tujuan konservasi sangat tergantung pada kepedulian komponen manusianya.
Prof. Dr. Didik Widyatmoko, M.Sc Research Professor Plant Conservation and Environmental Management RC for Plant Conservation, Botanic Gardens and Forestry-BRIN
Simak juga 'Saat Paket Wisata Konservasi dan Edukasi Candi Borobudur Siap Diluncurkan':
(mmu/mmu)