Kampus Mengajar dan Harapan Kita
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Kampus Mengajar dan Harapan Kita

Rabu, 12 Apr 2023 13:10 WIB
Muh. Fajaruddin Atsnan
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Kampus Mengajar
Foto: Kampus Mengajar
Jakarta -

Kak, mau yang buku itu. Tunjuk anak SD Kelayan Dalam kepada mahasiswa Kampus Mengajar yang sedang menggantung aneka buku di salah satu "pojok gazebo" sekolah. Pojok literasi menjadi salah satu program yang dirancang Mahasiswa Kampus Mengajar yang ditugaskan KemendikbudRistek di sekolah tersebut. Ada lagi Program Penerapan Teknologi (PPT), Sekolah Asri, dan lain-lain yang menjadi fokus utama mahasiswa dalam program kampus mengajar, yaitu pembiasaan baik dalam berliterasi, numerasi, serta adaptasi teknologi, dan berdampak bagi sekolah yang ditempati.

Terasa Dampaknya

Adanya Program Kampus Mengajar memberikan dampak positif bagi sekolah, mahasiswa, dan juga kampus. Pertama, bagi sekolah. Sekolah-sekolah yang dipilih KemendikbudRistek,sedikit banyak merasakan dampak kehadiran para mahasiswa di sekolahnya, baik dari kegiatan keseharian, hingga wajah sekolah yang dipermak menjadi bukti betapa sekolah merasakan positif efek dari program ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kegiatan keseharian yang biasa disulap menjadi lebih meriah. Anak-anak tak hanya bermain dengan teman-temannya saat bel istirahat. Tetapi, mereka bermain bersama kakak mahasiswa yang tak canggung turun panggung merasakan atmosfer permainan tradisional ala-ala. Bahkan, tak jarang para mahasiswa mengenalkan permainan rakyat yang dimodifikasi dengan aroma teknologi.

Di kegiatan pembelajaran di kelas, hadirnya mahasiswa akan memberikan nuansa berbeda, meskipun masih belajar mengajar. Namun, mereka dibekali untuk menerapkan aneka model pembelajaran inovatif, yang lengkap dengan games edukatif dan tentunya iming-iming reward, seperti snack, coklat, ataupun alat tulis. Mahasiswa bukan menggantikan peran guru di sekolah tersebut, tetapi berkolaborasi untuk menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi lebih hidup dan interaktif.

ADVERTISEMENT

Tidak hanya pada kegiatan pembelajaran saja, adanya program-program yang mendukung adaptasi teknologi tak luput dari sasaran utama mahasiswa. Mulai dari pengenalan baik software, hardware, karena tak jarang ada yang belum tersentuh teknologi, hingga pendampingan pemanfaatan platform digital untuk guru yang bisa dimanfaatkan sebagai pendukung pembelajaran, seperti quiziz, edmodo, atau flash macromedia.

Selain program penguatan literasi, numerasi, dan adaptasi teknologi, sekolah juga menjadi lebih cantik dengan program tamanisasi yang memanfaatkan tanaman hijau dan barang bekas sebagai media tanamnya, menjadikan sekolah lebih asri.

Kedua, dampak bagi mahasiswa. Melalui program Kampus Mengajar, mahasiswa bisa mengeskplorasi ide-ide kreatif untuk memajukan sekolah, meningkatkan kualitas pendidikan, lebih fleksibel, dan tidak tersekat-sekat. Selama ini, fleksibilitas mahasiswa ketika berada di sekolah melalui program Praktik Pengenalan Lapangan (PPL) ataupun sekarang menjadi asistensi mengajar di era kampus merdeka, hanya sebatas praktik atau latihan mengajar, mencoba sebagai guru, dengan target berapa kali pertemuan.

Sedangkan di kampus mengajar, mahasiswa tak melulu hanya mengajar, tetapi juga melakukan pembiasaan lewat program-program inovatif untuk sekolah yang ditempatinya. Hadirnya kampus mengajar, juga meminimalisasi gap (kesenjangan) antara kampus dan sekolah. Kampus sebagai pencetak calon pendidik, dan sekolah sebagai tempat latihan para mahasiswa, tak jarang masih berjalan sendiri-sendiri.

Kampus membekali mahasiswanya dengan kurikulum apa, sedangkan sekolah sudah jauh di depan dengan implementasi kurikulum terbaru. Minimnya komunikasi antara kampus dan mahasiswa tak jarang menghadirkan kebingungan pada diri mahasiswa ketika sudah ditempatkan di sekolah, karena perbedaan apa yang dipelajari saat kuliah misalnya di telaah kurikulum, dengan kurikulum yang diterapkan di sekolah.

Beda format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), beda alur pembelajaran, beda istilah lainnya. Sehingga, adanya kampus mengajar, mahasiswa dapat langsung belajar juga dari sekolah, dari guru-guru pamong tentang kurikulum teranyar.

Harapan

Andai program kampus mengajar ini bisa langgeng, maka akan ada secercah harapan di sana. Harapan akan perbaikan sistem pembelajaran, pembiasaan pembelajaran, dan juga produk pembelajaran. Sistem pembelajaran di Kurikulum Merdeka lebih menekankan pada fleksibilitas peserta didik untuk mengembangkan minat dan bakat.

Pembelajaran berdiferensiasi memberikan toleransi kepada peserta didik untuk memposisikan dirinya pada level belajar yang berbeda, apakah di tingkat dasar, terampil, atau bahkan mahir. Pembiasaan pembelajaran pun didesain dengan model pembelajaran inovatif yang relate dengan ghirah kurikulum merdeka, seperti model I-CARE, PBL, PJBL, bahkan pembelajaran kontekstual dan saintifik pun sangat memungkinkan untuk diterapkan.

Semua model tersebut intinya sama, yaitu peserta didik aktif, bisa mengkonstruksi pengetahuan sendiri, guru sebatas fasilitator dan memberikan scaffolding (bantuan) manakala diperlukan. Output atau produk pembelajaran tidak lagi berorientasi pada aspek kognitif dengan nilai hasil belajarnya saja. Hasil belajar di aspek kognitif tetap penting dan esensial, tetapi bukan lagi sebagai satu-satunya keharusan lulus dengan nilai sekian, tetapi lebih kepada pentingnya proses dan pembiasaan baik saat belajar.

Ditambah lagi, munculnya projek penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), semakin mempertegas bahwa arah Kurikulum Merdeka adalah keseimbangan dan harmonisasi antara kemampuan intelektual dengan afektif, sikap, dan karakter. Namun, semua itu perlu proses.

Kalau saat ini kita masih mendengar peristiwa tindak pelecehan seksual yang dilakukan guru terhadap muridnya, murid berani menantang gurunya, dan kejadian anormatif yang tak pantas lainnya di dunia pendidikan, maka sejatinya itulah tantangan kita, untuk mengejawantahkan teori melalui praktek baik, keteladanan guru, pendampingan dan bimbingan intensif kepada murid, sehingga sinkron antara program dengan realitas di lapangan.

Hadirnya program kampus mengajar, bisa menjembatani berbagai keluhan sekolah yang kesulitan mengimplementasikan kurikulum merdeka, dengan berbagai istilahnya seperti literasi, numerasi, dan pembelajaran berdiferensiasi melalui mahasiswa yang sebelumnya sudah dibekali tentang istilah-istilah tersebut. Tentu ada syarat yang mesti dipenuhi, yaitu sustainability (keberlanjutan) program dan pembekalan yang cukup untuk mahasiswa.

Pertama, tentang keberlanjutan program. Kita berharap, semua yang mengaku sayang dengan dunia pendidikan kita, dan merasa miris dengan pendidikan kita, dari level tertinggi pemangku kebijakan, hingga orang ua, guru, dan masyarakat perlu menanggalkan ego masing-masing, dan memastikan program yang baik terus dilanjutkan.

Biarlah siapa yang merintis gagasan, tetapi selama ini memberikan dampak kebaikan bagi dunia pendidikan seperti program Kampus Mengajar ini, alangkah bijak untuk dijamin kontinuitasnya dan tak berhenti di tengah jalan. Evaluasi dan perbaikan mutlak dilakukan demi peningkatan kuantitas dan kualitas program.

Kedua, perlunya pembekalan yang cukup untuk mahasiswa sebelum diterjunkan. Ini penting, agar ketika mahasiswa sudah turun ke sekolah tak lagi bengong dan bingung-mau ngapain-berbuat apa di sekolah. Perlu waktu dan ruang lebih banyak lagi untuk mengeksplorasi wawasan dan pengetahuan terkait program peningkatan kemampuan literasi, numerasi, dan adaptasi teknologi kepada mahasiswa.

Bekal yang cukup diharapkan bisa menambah amunisi mahasiswa yang siap berdampak lebih untuk sekolah, dan juga pendidikan. Kampus mengajar sebagai ikhtiar bersama untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan menghilangkan kebodohan.

Muh. Fajaruddin Atsnan dosen UIN Antasari Banjarmasin

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads