Menjaga Sentralitas ASEAN di Indo-Pasifik
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Menjaga Sentralitas ASEAN di Indo-Pasifik

Kamis, 06 Apr 2023 10:05 WIB
Lukas Singarimbun
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Mengapa ASEAN β€œMasih” Penting?
Foto: detik
Jakarta -
Pengumuman implementasi kerja sama AUKUS di kawasan Indo-Pasifik kembali menarik perhatian dan perdebatan terhadap masa depan perdamaian di kawasan Indo-Pasifik. Dalam pertemuan terbaru pemimpin ketiga negara, Australia sepakat untuk melakukan pembelian kapal selam bertenaga nuklir yang dikembangkan bersama Inggris dan Amerika Serikat dengan tujuan utama menjamin keamanan dan kestabilan kawasan.

Namun, realisasi kerja sama ini meningkatkan kembali kekhawatiran terhadap persaingan militer dan keamanan di kawasan Indo-Pasifik baik dari berbagai negara termasuk Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari argumentasi bahwa kerja sama ini hanya ditujukan semata-mata untuk melawan potensi dominasi Tiongkok di kawasan Indo-Pasifik.

Tantangan ASEAN

Alih-alih hanya mengedepankan penyampaian retorika dan perhatian secara verbal terhadap implementasi AUKUS, ASEAN harus melakukan berbagai strategi yang mengedepankan diplomasi dan kerja sama untuk mempertahankan perdamaian dan keamanan di tengah semakin nyatanya persaingan keamanan di kawasan. Visi besar ini hanya akan dapat tercapai apabila ASEAN secara internal memiliki kohesivitas yang kuat dalam memandang kawasan Indo-Pasifik.

Masih adanya friksi dalam merespons konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, persoalan domestik negara anggota seperti yang sedang terjadi di Myanmar, ketergantungan ekonomi yang terlalu erat baik dengan Amerika Serikat atau Tiongkok berpotensi akan mereduksi konsolidasi ASEAN sebagai organisasi regional dalam merealisasikan visi Indo-Pasifik yang inklusif dan kemudian ketegangan di kawasan Indo-Pasifik.

Keberadaan kerja sama minilateral yang digagas oleh dua kekuatan utama dunia, AS dan Tiongkok di sekitar kawasan juga menjadi ancaman potensial dalam mendiskreditkan sentralitas ASEAN. Keberadaan AUKUS, The Quad oleh AS dan Belt and Road Initiative (BRI) oleh Tiongkok berpotensi melonggarkan visi sentralitas ASEAN dalam melaksanakan AOIP. Argumentasi ini didasarkan pada kemungkinan negara-negara ASEAN akan terlalu menggantungkan kepentingan ekonomi atau militernya pada salah satu kerangka kerja sama yang dirumuskan oleh negara di luar ASEAN dan melonggarkan komitmen terhadap ASEAN sendiri.

Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh ASEAN adalah dengan secepatnya mengimplementasikan kerangka kerja sama yang ada dalam ASEAN on Indo-Pacific (AOIP). Dengan tujuan utama memastikan bahwa setiap mekanisme kerja sama yang terjadi di kawasan Indo-Pasifik sesuai dengan prinsip ASEAN Way, sebuah gagasan yang mengedepankan negosiasi, musyawarah, dan mufakat sebagai jalan mencari solusi masalah untuk menghindari eskalasi konflik baik ekonomi maupun militer yang akan mengancam semua negara.

Manuver Diplomasi ASEAN

Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh ASEAN adalah dengan secepatnya mengimplementasikan kerangka kerja sama yang ada dalam ASEAN on Indo-Pacific (AOIP). Dengan tujuan utama memastikan bahwa setiap mekanisme kerja sama yang terjadi di kawasan Indo-Pasifik sesuai dengan prinsip ASEAN Way, sebuah gagasan yang mengedepankan negosiasi, musyawarah, dan mufakat sebagai jalan mencari solusi masalah untuk menghindari eskalasi konflik baik ekonomi maupun militer yang akan mengancam semua negara.

Merumuskan penyelesaian masalah dengan mekanisme dialog menjadi cara ASEAN untuk menghindarkan kawasan Indo-Pasifik dari pertarungan geopolitik dan militer yang dapat mengancam stabilitas keamanan di kawasan. Namun, kerangka kerja sama ini hanyalah visi dan misi semata jika tidak diimplementasikan dalam waktu dekat.

Seluruh negara anggota ASEAN jika ingin agar ASEAN tetap kukuh dalam usaha menjaga perdamaian di kawasan, maka sudah seharusnya mempercepat implementasi kerangka kerja sama di wilayah Indo-Pasifik sebelum terlambat di tengah berbagai akselerasi kerja sama terutama dalam bidang militer oleh negara-negara di luar ASEAN dalam lingkup Indo-Pasifik.

Utilisasi secara penuh berbagai mekanisme forum dialog keamanan yang dimiliki oleh ASEAN seperti ASEAN Regional Forum (ARF), East Asia Summit (EAS), dan ASEAN Defence Ministers Meeting Plus (ADMM-Plus) harus dapat dimanfaatkan secara cermat dalam diplomasi regional untuk mempertahankan perdamaian dan keamanan kawasan di tengah persaingan yang semakin meningkat.

Keketuaan Indonesia di ASEAN

Memegang estafet keketuaan ASEAN pada 2023, Indonesia memegang peranan penting dalam mempertahankan sentralitas ASEAN. Dengan modal diplomasi Indonesia yang sangat besar terutama sejak keberhasilan Presidensi Indonesia di G20 di tengah tantangan dan ketidakpastian global, Indonesia dapat melakukan hal yang sama dalam masa Keketuaan ASEAN tahun 2023.

Keuntungan investasi diplomasi yang telah dilakukan sejak Presidensi G20 bisa dimanfaatkan oleh Indonesia untuk mereduksi bukan hanya permasalahan internal di dalam ASEAN sendiri, namun juga antara dua kekuatan utama dunia, Amerika Serikat dan Tiongkok di wilayah Indo-Pasifik melalui berbagai forum yang dimiliki oleh ASEAN saat ini. Pengurangan potensi miskalkulasi strategi yang bisa saja terjadi dan memicu konflik di kawasan Indo-Pasifik harus diselesaikan secara diplomasi dan Indonesia bersama dengan ASEAN setidaknya sudah mempunyai modal tersebut.

(mmu/mmu)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads