Sepotong Tempe, Sebungkus "Shawarma", dan Ramadan di Mesir
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Sepotong Tempe, Sebungkus "Shawarma", dan Ramadan di Mesir

Kamis, 30 Mar 2023 15:00 WIB
Rahmat Aming Lasim
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
rahmat aming
Rahmat Aming Lasim (Foto: dok. pribadi)
Jakarta -

"Setiap tahun saya menantikan bulan Ramadan," ujar Abanoub Adel, seorang penganut Kristen Koptik Mesir. Pemuda yang tinggal dekat Ramsis Square Cairo ini tidak sungkan bergaul dengan kawan-kawannya yang muslim terutama pada bulan Ramadan. "Saya suka sahur bareng dan buka bersama dengan mereka yang muslim," jawabnya bangga saat diwawancarai oleh saluran televisi Sky News Arabia persis setahun yang lalu.

Abanoub Adel adalah salah seorang chef muda yang sedang naik daun di Mesir karena "jago" memasak masakan khas Mesir terutama makanan favorit saat bulan puasa yaitu albath al mahsyi (bebek utuh dimasak dan diisi nasi rempah). Terlepas dari agama yang dianut, Abanoub berhasil meraih simpati masyarakat Mesir yang toleran dan dinamis.

Begitupun, bulan Ramadan bagi warga Indonesia terutama mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan di Al Azhar adalah bulan penuh berkah. Mengapa? Pertama karena bisa beribadah lebih intensif, dan kedua karena banyaknya lapak hidangan maaidatur rahman (buka puasa bersama) yang diberikan secara cuma-cuma. Sepanjang mata memandang, sederet meja dan kursi di jalanan di sekitar Darrosah, Khan El Khalili, atau Nasr City akan dipenuhi mereka yang ingin menikmati atmosfer bulan puasa di Mesir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahun lalu, yang mencuri perhatian saya adalah mahasiswa yang membawa sepotong tempe untuk berbuka. "Sudah di luar negeri kok masih makan tempe?" seloroh saya padanya. Dia hanya tersenyum simpul sambil menghabiskan sisa tempe goreng yang dia bawa. Tak heran meski harganya mahal, tempe selalu menjadi daftar prioritas makanan yang wajib dibeli oleh para WNI. Bagi mahasiswa itu, tempe bukan hanya sekadar makanan tapi merupakan simbol dan identitas. Faktanya berkat tempe bisa jadi banyak warga Mesir yang lebih mengenal Indonesia.

Makanan Cepat Saji

ADVERTISEMENT

Di Downtown Cairo, sebuah restoran penjual shawarma berada mencolok di persimpangan jalan yang hiruk pikuk di jantung kota. Kebetulan saya dan istri adalah penggemar shawarma yang sedang antre membeli sore hari itu. Tampak seorang ibu dan anaknya dengan pakaian lusuh berdiri di sisi penjual yang sedang asik mengiris tipis daging shawarma yang terpanggang di tungku api yang berbentuk vertikal. "Maaf, Ibu apakah Anda mau beli shawarma?" tanya penjual ramah dalam logat Mesir.

"Tidak, saya tidak punya uang untuk beli. Anak saya yang ingin shawarma," jawabnya. Dengan penuh kasih, sang penjual memberinya satu paket shawarma yang dibalas dengan pujian dan doa yang tulus dari ibu setengah baya sambil berlalu. "Tak heran restoran ini penuh dengan pengunjung karena penjualnya tidak sungkan berbagi kepada mereka yang tidak punya, apalagi pada bulan Ramadan," gumam saya dalam hati.

Shawarma dalam tradisi kuliner Timur Tengah adalah makanan cepat saji berupa irisan daging ayam, sapi, atau kambing yang dipanggang secara berputar dalam tungku vertikal kemudian dicampur dengan saus dan sayuran dalam roti pipih (roti pita). Berasal dari bahasa Turki, Γ§evirme yang artinya berputar, shawarma dapat dikategorikan sebagai street food yang populer di hampir seluruh wilayah Timur Tengah.

Di Indonesia, shawarma seringkali diartikan sebagai kebab, padahal kebab asalnya adalah daging panggang yang ditusuk tongkat besi kecil, mirip sate. Mungkin yang mendekati shawarma adalah kebab doner yang terkenal juga.

Shawarma adalah ikon kuliner yang diakui secara bersama-sama oleh negara-negara di Timur Tengah. Bahkan catatan hieroglif Mesir Kuno yang tercantum dalam pahatan kuil Ramses II di Provinsi Bani Suef Mesir disebutkan bahwa sejak 6000 tahun yang lalu, para perempuan Bani Suef telah menciptakan makanan cepat saji yang mirip dengan santapan shawarma sekarang.

Shawarma dapat menjadi makanan yang disajikan kapan saja, di mana saja, dan dapat disantap untuk berbagai acara. Meski shawarma pada bulan Ramadan bukan menu pembuka, restoran penjual shawarma tetap dipadati pengunjung. Sehingga shawarma cocok disebut sebagai santapan sejuta umat bukan hanya di Mesir tapi di Timur Tengah.

Diplomasi Shawarma

Saking populernya, shawarma juga digemari oleh warga asing. Pada bulan Desember 2022 yang lalu, Bilal Hassan Al Tal, seorang kolumnis di media online berbahasa Arab Madar Al Sa'ah yang terbit di Yordania memuat tulisan tentang video viral seorang diplomat senior bernama Yael Lempert, yang kemudian ditunjuk sebagai Duta Besar Amerika Serikat untuk Yordania baru-baru ini. Video itu merekam aktivitas sang duta besar (dubes) yang sedang makan shawarma di salah satu restoran "sederhana" di pinggiran jalan kota Amman.

Video itu sebenarnya diambil saat penugasan ke Amman, jauh sebelum diangkat menjadi Dubes AS di Yordania. Namun yang menarik adalah narasi yang digambarkan oleh sang kolumnis bahwa dia sebagai seorang pejabat diplomatik yang humble dan merakyat. Dan, tentu saja hal itu menarik simpati banyak netizen dan menjadi trending topic warga Yordania.

Sang dubes yang fasih berbahasa Arab ini dideskripsikan oleh sang kolumnis sebagai sosok yang piawai menggunakan momentum. Menyantap shawarma adalah momentum untuk meraih hati masyarakat Yordania. Melalui "diplomasi shawarma" nyaris setengah dari tugas diplomasi yang diemban sudah terselesaikan. Dan, momentum itu dimulai dengan aksi kecil menyantap shawarma yang dilakukan oleh sang duta besar.

Ambassador Yael Lempert mungkin saja mengikuti nasihat Adam Braun, seorang penulis buku laris The Promise of a Pencil yang berkata, "For any movement to gain momentum, it must start with a small action." Sepotong tempe atau sebungkus shawarma bisa jadi alat diplomasi yang mumpuni. Meski terkesan sepele namun dampaknya mampu memikat hati dan simpati. Salute, Ambassador!

Dr. Rahmat Aming Lasim, M.B.A diplomat dan pemerhati Timur Tengah, tinggal di Kairo

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads