PDIP Tunggu Apa Lagi?
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

PDIP Tunggu Apa Lagi?

Jumat, 24 Mar 2023 15:49 WIB
Arie Putra
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Founder Total Politik
Arie Putra (Ilustrasi: Edi Wahyono/detikcom)
Jakarta -

Satu-satunya partai politik yang tidak perlu membangun koalisi untuk mencalonkan presiden pada 2024 adalah PDI-Perjuangan. Partai yang beranggotakan penghayat ajaran proklamator Sukarno ini sudah melebihi syarat 20% kursi di Senayan.

Ditambah lagi, nama Ganjar Pranowo sebagai kader Banteng berada di top list dari berbagai jajak pendapat. Nama Gubernur Jawa Tengah ini melampaui mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan kandidat presiden dua kali Prabowo Subianto. Lengkap sudah, PDI-Perjuangan seharusnya sangat percaya diri mengarungi pilpres nanti.

Tidak perlu ada keraguan kembali mempertahankan kemenangan yang sedang di genggaman. Dengan mesin partai dan tokoh mumpuni, hattrick yang diinginkan oleh PDI-Perjuangan harusnya tidak ada hambatan yang berarti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, PDI-Perjuangan masih belum mengumumkan siapa capresnya sampai hari ini. Jika memang percaya dengan hasil survei Ganjar Pranowo yang menembus langit ketujuh, deklarasi bukan sesuatu yang mesti ditimbang-timbang lagi.

Apalagi, lembaga survei yang sangat terpercaya sudah menyampaikan analisis-analisis tentang benefit bagi PDI-Perjuangan bila mencalonkan Ganjar. Jika tujuannya meraih kemenangan, para pollster mengatakan selain mencalonkan Ganjar adalah bunuh diri.

ADVERTISEMENT

Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) pada September 2022 meyakini PDI-Perjuangan akan mencapai angka yang sangat tinggi bila mengusung Ganjar. Sementara jika masih ingin mencalonkan Ketua DPR Puan Maharani, perolehan suaranya dipastikan bakal menyusut.

Mengacu kepada kepercayaan SMRC, efek ekor jas Ganjar akan menempatkan PDI-Perjuangan sebagai partai yang sangat kuat. Ditambah lagi, nama Ganjar tak tergeser, selalu berada di puncak survei. Buat apalagi memikirkan koalisi?

Masih menurut survei SMRC pada Februari yang lalu, Ganjar Prabowo juga unggul jauh di kalangan pemilih Nahdatul Ulama (NU). Ganjar dinilai sebagai seorang pemimpin yang sangat komplit, kader partai nasionalis, namun mampu merebut simpati mayoritas kalangan nahdiyin. Bahkan, Muhaimin Iskandar yang memiliki latar belakang santri pun tidak mampu mendekati dukungan yang diperoleh Ganjar Pranowo.

Ganjar tidak perlu simbol lagi, sebagaimana Presiden Jokowi mengajak KH Maruf Amin yang merupakan tokoh NU sebagai cawapres. Berkaca kepada hasil survei, pertimbangan mengambil wakil presiden dari kalangan santri tentunya seperti menggarami air laut saja bagi Ganjar. Buat apa mengambil cawapres dari kalangan pemilih yang sudah pasti direbut?

Mengacu pada hasil jajak pendapat, PDI-Perjuangan seharusnya tidak perlu pikir panjang lagi mendukung kandidat sekuat ini. Semua spektrum politik mayoritas sudah menginginkan kepemimpinan Ganjar.

Siapapun wakil presidennya tidak perlu dihiraukan lagi. Selayaknya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai petahana memilih untuk berdampingan dengan Wapres Boediono yang tidak memiliki basis politik pada Pilpres 2009.

Strategi untuk menduetkan sesama kader sendiri layak untuk diperhitungkan. Golden ticket yang ada di saku Megawati Soekarnoputri dapat mewujudkannya.

Jika konsisten dengan cara berpikir SMRC, PDI-Perjuangan bisa menang banyak dalam pencalonan Ganjar. Apalagi, capres-cawapres yang diusung merupakan kader sendiri. Tentunya, mesin partai akan bekerja lebih optimal. Menduetkan Ganjar Pranowo dan Puan Maharani merupakan pilihan yang layak dipertimbangkan.

Nantinya, semua pemilih duet Ganjar-Puan tidak memiliki pilihan selain mendukung PDI-Perjuangan. Jika nanti suara Ganjar bisa tembus 40% di putaran pertama, maka suara PDI-Perjuangan pun bisa berada di kisaran angka tersebut. Tentunya negara akan begitu stabil, Ganjar-Puan menjadi Presiden dengan dukungan sekitar 40% di parlemen.

Selain itu, diskursus "Ganjar lawan Puan" di internal PDI-Perjuangan juga dengan sendirinya teratasi. Resistensi terhadap Ganjar di sebagian elit PDI-Perjuangan akan berkurang. Ganjar yang memiliki kekuatan elektoral luar biasa sudah berjasa mengantarkan Puan Maharani ke kursi wakil presiden. Tentunya, ini merupakan balas budi sepadan dari Ganjar yang telah diantarkan Puan menjadi Gubernur.

Ganjar pun semakin mendapat pengakuan di internal PDI-Perjuangan. Kesetiaannya semakin teruji. Anggapan sebagai kader yang tidak berbaris tidak dapat lagi dilekatkan kepadanya.

Selain itu, Presiden Megawati juga semakin lega memberikan tongkat estafet kepemimpinan partainya. Puan Maharani, putri yang dikader selama ini, sudah berhasil duduk sebagai orang nomor dua di republik ini. Posisi tersebut sudah cukup gagah untuk menahkodai PDI-Perjuangan, layaknya Megawati di awal Reformasi yang menjadi wakil presiden.

Sekali lagi, berbagai simulasi di atas berbasiskan kepercayaan kepada hasil survei. Jika sepenuhnya hasil jajak pendapat dijadikan kepercayaan, PDI-Perjuangan sudah berada di pintu gerbang untuk memenangkan segalanya dengan mengusung Ganjar-Puan.

Kalau yakin Ganjar bisa memberikan kemenangan yang begitu mutlak, PDI-Perjuangan tidak perlu hirau maju tanpa berkoalisi. Jika partai lain ingin jadi bagian barisan utama, tentunya itu bukan perkara mudah. PDI-Perjuangan akan menjadi pemilik tunggal dari duet ini.

Selain itu, momentum ini juga dapat menjadi pembuktian bagi semua hipotesis lembaga jajak pendapat tentang mukjizat elektoral yang dapat diberikan Ganjar Pranowo. Apakah daya ledak Ganjar seperti yang diprediksikan lembaga survei? Hasil luar biasa dalam capaian pileg PDI-Perjuangan. Di sisi lain, dampak dari pencalonan Ganjar dapat juga berujung seperti "Jokowi Effect" yang tidak membuat suara PDI-Perjuangan meloncat terlalu tinggi. Waktu akan menjawab.

Arie Putra co-founder Total Politik, host Adu Perspektif detikcom X Total Politik

(mmu/mmu)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads