Ayat Semesta dan Pemimpin Tanpa Beban

ADVERTISEMENT

Ayat Semesta dan Pemimpin Tanpa Beban

Iwan Yahya - detikNews
Jumat, 10 Mar 2023 13:25 WIB
Iwan Setiawan (Dok. Pribadi)
Foto: Iwan Yahya (Dok. Pribadi)
Jakarta -

Dilatasi waktu adalah gejala melambatnya putaran waktu pada kerangka inersial yang bergerak relatif terhadap subyek lain pada kerangka yang diam. Gejala tersebut diungkap pertama kali oleh Albert Einstein dalam gagasan teori Relativitas Khusus tahun 1905.

Seratus tahun sesudahnya Dennis Overbye menulis kisah kosmonot Russia Sergei K Krikalev dan Sergei V. Avdeyev yang bekerja di stasiun antariksa internasional. Wahana itu mengorbit bumi dengan kecepatan 7700 meter per detik.

Setelah enam bulan bekerja, catatan waktu mereka lebih lambat 0,005 detik. Dampaknya usia keduanya terhitung lebih muda 25 mikrodetik untuk setiap satu hari usia orang di bumi. Tulisan di The New York Times 26 Juni 2005 itu membuktikan kebenaran gagasan Einstein. Mengapa demikian?

Roland Pabisch menyajikan uraian tentang hal itu berdasarkan sifat atom. Kuncinya adalah kecepatan cahaya yang bernilai 299.792.458 meter per detik. Ia menjelaskan dengan ilustrasi si kembar Fulan pada kerangka inersial yang bergerak di orbit dengan kecepatan cahaya. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa catatan waktu Fulan akan bernilai kelipatan tak berhingga kali nilai catatan waktu Fulana kembarannya yang diam di bumi.

Dengan kata lain catatan waktu Fulana akan berhenti. Itulah sihir menghentikan waktu dalam relativitas khusus Einstein. Monograf Fabish diterbitksan SpringerWien New York tahun 1999.

Catatan lain disajikan fisikawan Denmark, UI Uggerhoj di European Journal of Physics No 37 tahun 2016. Ternyata gravitasi juga dapat menyebabkan dilatasi waktu. Dia dan kawan-kawannya menemukan bahwa inti bumi berusia dua setengah tahun lebih muda dari lapisan keraknya.

Warisan teori Einstein itu mengagumkan. Menyingkap rahasia semesta yang luar biasa. Bahwa ternyata waktu akan berhenti kala sebuah subyek bergerak secepat cahaya. Terbayang senang luar biasa jika setiap orang memiliki kesempatan lebih banyak untuk berprestasi dalam keadaan tetap awet muda hanya dengan bergerak laksana cahaya. Tapi Mungkinkah?

Tanpa Beban

Binar pengetahuan laksana kunci yang menuntun akal budi kepada kearifan baru. Memahami peristiwa dalam perspektif yang sebelumnya tiada. Maka peradaban berkembang. Kata kunci dalam legasi berpengetahuan warisan Einstein di atas adalah bergerak secepat cahaya.

Kecepatan sebesar itu tercapai karena cahaya bersifat sebagai gelombang. Bergerak tanpa beban karena tidak bermassa. Begitulah ayat semesta yang mengatur relasi gerakan benda dengan putaran waktu.

Menariknya, temuan fakta ilmiah seperti disajikan oleh Denis Overbye dan U.I. Uggerhoj di atas menunjukkan sisi lainnya yang terbuka. Bahwa dilatasi dapat terjadi bahkan pada sebuah subyek yang bergerak cepat meski tak secepat cahaya.

Itu memperkuat pemahaman bahwa relativitas khusus merepresentasikan kebenaran tabiat semesta. Artinya, sifat cahaya beranalogi dengan realitas kebendaan.

Tautan filosofisnya dapat dibangun dari temuan itu. Konteksnya adalah kemampuan berlepas dari beban sebagai kata kunci. Padanannya adalah bahwa seseorang yang terbelenggu mustahil berlari kencang. Terlebih jika ia tak pula memiliki kuasa dan kendali dalam mempertahankan geraknya untuk tetap dalam keteraturan. Hukum inersia mensyaratkan demikian. Itu berlaku dalam interaksi sosial kemasyarakatan tak terkecuali kehidupan berdemokrasi.

Menarik jika lalu dikaitkan dengan sosok pemimpin. Sebut saja perkara hutang piutang
dalam kancah pilkada yang viral belum lama ini. Adanya akad tertulis seperti yang diketahui publik adalah isyarat bahwa kesepakatan itu merupakan bagian kesadaran.

Konsekuensinya pasti menyertakan dampak yang kemudian penyelesaiannya akan menjadi beban kekuasaan. Tak heran seorang politisi bahkan menyebut peristiwa semacam itu sebagai isyarat awal untuk kesengajaan tindakan korupsi. Publik riuh.

Saya tidak dalam posisi untuk menilai benar tidaknya apa pun diksi publik di ruang diskursif. Suratan apa pun beban tak wajar pasti menghambat dan menyandera keleluasaan bergerak.

Konteks semacam itu menghadirkan simpul nalar sederhana. Beban tak elok seorang pemimpin, di ranah apa pun, dapat menjerumuskannya ke dalam kubangan petaka.

Bahkan tak mustahil dapat menjadi pangkal derita masyarakat yang dipimpinnya. Itu menggelitik nalar sehat. Jika seseorang sejati berhikmat untuk perubahan yang lebih
memerdekakan, mengapa justru menautkan beban yang pasti akan menggerogoti kebebasannya?

Dalam keadaan ekstrim tak terkendali, pemimpin seperti itu bahkan berpotensi menjadi boneka kekuasaan gelap tak terindera.

Memang tak salah jika kesepakatan politik tak harus dibuka kepada publik. Kendati dekimian, tidak lantas pengingkaran atas kepatutan berlogika publik dapat dibenarkan. Terungkapnya fakta tersebut adalah bukti terpeliharanya kaidah dan konsistensi alam semesta.

Bahwa untai peristiwa paling rumit sekali pun memiliki simpul dasar yang baku dan mudah dikenali. Fraktal contohnya. Gangguan keteraturan akan memicu anomali.

Menjadi derau yang tak mungkin selaras dan padu dengan karakteristik sejati penciri peristiwa itu.

Derau itu beranalogi dengan tambahan beban tak elok seorang pemimpin. Sesuatu yang pasti akan terindera karena sifatnya mendistorsi kaidah berpikir dan berdampak pada tindakan serta kebenaran cara berkeputusan. Sungguh nestapa jika itu terjadi.

Karena kebenaran baru terbaca setelah luka terlanjur bernanah. Adakah jalan bijaksana untuk menapisnya? Inilah saat kedewasaan berdemokrasi kita diuji. Sanggupkah kita sebagai segenap anak bangsa bersuka disertai qolbu yang selaras dalam keteraturan dan sehat nalar semesta?

Terpilihnya pemimpin merdeka, hebat dan bijaksana adalah berkah kegembiraan setiap pesta demokrasi. Betapa elok jika jalan indah itu dapat dibentang bersama. Ayat semesta mengisyaratkan bahwa hanya pemimpin tanpa beban dan tak tersandera yang berpeluang memiliki lebih banyak waktu untuk mempersembahkan pencapaian untuk kesejahteraan. Tidakkah yang demikian itu merupakan sebaik-baiknya bulir harapan? Wallahualam.

(rdp/rdp)


ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT