Naiknya Harga Pangan Menjelang Ramadan

ADVERTISEMENT

"Common Sense" Ishadi SK

Naiknya Harga Pangan Menjelang Ramadan

Ishadi SK - detikNews
Rabu, 08 Mar 2023 17:00 WIB
ishadi sk
Ishadi SK (Foto: istimewa)
Jakarta -

Bulan suci hampir tiba. Dalam kalender nasional, Bulan Suci Ramadan diawali dengan Puasa antara tanggal 21 atau 22 Maret 2023. Hari ini merupakan pekan kedua Maret, setidaknya dua pekan lagi Puasa Ramadan dimulai bagi semua umat Islam dunia. Jelang Bulan Puasa ada fenomena yang kerap terjadi yakni kenaikan harga pangan.

Beberapa bahan pangan pokok meningkat harganya karena permintaan yang melonjak. Komoditas pangan tersebut di antaranya adalah cabai, telur, ayam, daging, hingga minyak goreng. Pemerintah juga melakukan monitoring harga pokok pangan tersebut. Kenaikan harga pangan jelang puasa menjadi fase pertama melonjaknya harga pangan setiap tahun menuju Ramadan.

Harga pangan akan naik terus, menurut Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) harga tertingginya akan terjadi selalu pada tiga hari menjelang Puasa. Sebagaimana dikutip dari pemberitaan detikcom. Kenaikan harga itu terjadi karena permintaan masyarakat yang tinggi menjelang Bulan Puasa. Masyarakat akan berupaya membeli bahan makanan untuk stok di rumah.

Fase kedua adalah kenaikan harga pangan menjelang Lebaran, juga karena permintaan yang tinggi. Masyarakat akan berbondong-bondong membeli harga pangan untuk menyambut Hari Raya Lebaran. Kemudian fase ketiga adalah setelah Lebaran. Hal itu terjadi karena pasokan dari petani atau para pedagang minim.

Namun kali ini yang akan dibahas terlebih dahulu adalah kenaikan harga bahan pangan menjelang Puasa. Jika Bulan Puasa jatuh pada tanggal 22 Maret 2023, berarti sekitar dua minggu lagi. Kenaikan harga sudah terlihat hari ini. Terutama harga beras, cabai, dan bawang. Hal itu karena pasokannya masih sangat tipis dari petani.

Kementerian Perdagangan telah memantau harga kebutuhan beras, gula pasir, minyak goreng, daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah, kedelai, dan tepung terigu di seluruh Indonesia lewat Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP).

"Secara historis, berdasarkan data inflasi DPS komoditi yang biasanya memberikan andil inflasi di periode Puasa dan Lebaran tahun 2019-2022 adalah telur ayam ras, daging ayam ras, minyak goreng, bawang putih, bawang merah, cabai rawit, cabai merah, daging sapi," kata Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri.

Sementara untuk pasokan yang belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri adalah bawang putih. Kemendag telah mendorong untuk percepatan realisasi impor oleh pelaku usaha sesuai rekomendasi produk hortikultura yang diterbitkan Kementan dan diproses Indonesia National Single Window (INSW) agar dapat direalisasikan segera.

Di sisi lain, belakangan ini hujan mengguyur banyak daerah di Indonesia, terutama wilayah sentral penghasil bahan pokok. Kementerian perdagangan mengatakan beberapa komoditas yang pasokannya dipengaruhi oleh faktor cuaca di antaranya adalah cabai dan bawang merah. Dalam catatan Kemendag di 20 pasar induk pada Maret 2023, rata-rata pasokan cabai seminggu terakhir sebesar 326.000 ton per hari. Sedangkan bawang merah sebesar 55,18 ton per hari di bawah pasokan normal.

Menurunnya produksi cabai dan bawang merah merupakan akibat cuaca ekstrem yang terjadi sepanjang awal tahun 2023. Khusus untuk cabai diprediksi sentra dataran tinggi akan segera memasuki musim panen sehingga pasokan pada periode Puasa dan Lebaran akan aman. Meski begitu, Kemendag tetap memastikan ketersediaan bahan pangan dengan mendorong daerah sentra produksi/daerah surplus untuk melakukan optimalisasi perdagangan antara wilayah khususnya ke sentra konsumsi/daerah defisit dan BUMD Pangan.

Kemendag juga terus mengoptimalkan program Gerai Maritim lewat tol laut, jembatan udara, dan subsidi angkutan darat, sehingga tersedia pasokan dan stabilitas harga khususnya di daerah-daerah kawasan 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) dapat terjaga.

Demikianlah situasi harga pangan yang kerap kali naik menjelang Bulan Ramadan.

Ishadi SK
Komisaris Transmedia

(mmu/mmu)


ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT