Petani Milenial Solusi Regenerasi Petani Indonesia

ADVERTISEMENT

Kolom

Petani Milenial Solusi Regenerasi Petani Indonesia

Achmad Tasylichul Adib - detikNews
Kamis, 02 Feb 2023 13:00 WIB
Raup Rp 50 Jutaan Sekali Panen, Pria Milenial Ini Pilih Jadi Petani

Ahmad Sahid, pria milenial ini lebih memilih menjadi petani di daerahnya Dusun Sebindang, Kecamatan Badau, Kalimantan Barat. Sekali panen, Sahid bisa meraup Rp 50 juta.
Foto ilustrasi: Rachman Haryanto
Jakarta -
Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2021 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja di Indonesia masih didominasi oleh sektor pertanian, yang mencapai 29,59 persen. Dengan kata lain sekitar 38,77 juta jiwa penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani.

Konsep petani sendiri didefinisikan oleh BPS sebagai orang yang mengusahakan/mengelola usaha pertanian atas risiko sendiri pada tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, dan perikanan yang bertujuan sebagian atau seluruh hasil produksinya untuk dijual baik sebagai petani pemilik maupun petani penggarap (sewa/kontrak/bagi hasil).

Jadi jelas pertanian tidak hanya mencakup seputaran beras, padi, sawah, lumpur, gembala sapi ataupun kerbau saja, melainkan lebih dari itu. Luasnya cakupan sektor pertanian dan banyaknya daya serap tenaga kerja ternyata cukup berimbas terhadap produktivitas kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang dapat dikatakan relatif rendah (19,15 persen) apabila dibandingkan dengan lapangan usaha lain, misalnya sektor industri yang justru penyerapan tenaga kerjanya kurang dari separuh sektor pertanian (BPS).

Hal ini mempengaruhi pendapatan petani sehingga dapat mengurangi daya tarik tenaga kerja di lapangan usaha pertanian, terutama generasi muda. Di sisi lain, lapangan usaha pertanian sebenarnya masih sangat potensial di Indonesia dan bisa dikatakan sebagai lapangan usaha yang konsisten dan tidak goyah terhadap goncangan mana pun. Lihat saja saat krisis moneter 1998 dan saat pandemi Covid-19 melanda, pertanian ah yang justru menjadi sektor usaha yang paling aman dan tidak rapuh terkena dampaknya.

Rilis data BPS pada kuartal pertama 2020 hingga kuartal ketiga 2021 dirasa sudah menjadi cukup bukti bahwa produksi dan kontribusi lapangan usahanya selalu tumbuh positif, yang artinya sektor pertanian merupakan sektor tangguh, kuat, dan menjanjikan.

Sampai saat ini memang jumlah tenaga kerja di lapangan usaha pertanian merupakan yang terbanyak, tetapi dari tahun ke tahun jumlahnya terus merosot dan mengalami penurunan. Dari 2011 sampai 2021 saja terjadi penurunan sekitar 3,69 juta petani. Hal tersebut tentu saja jumlah yang tidak sedikit mengingat kita harus tetap mempertahankan marwah sebagai negara agraris.

Sebenarnya pemerintah tidak tinggal diam dalam menyikapi semakin menurunnya jumlah petani dari tahun ke tahun. Pada lima tahun silam, dilansir dari detikFinance tentang 6 Strategi Pemerintah dalam Regenerasi Petani, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian saat itu, Agung Hendriadi sudah menyampaikan betapa pentingnya regenerasi petani. Agung juga menekankan kepada perguruan tinggi untuk memiliki daya respons yang tinggi akan kebutuhan masyarakat di bidang pertanian.

Hal ini membuktikan bahwa sejak lama pemerintah sudah berkomitmen untuk mendukung generasi penerus (milenial) untuk terjun mengambil peluang menggeluti lapangan usaha pertanian. Betapa pentingnya peran lapangan usaha pertanian itu bagi pertumbuhan ekonomi negara Indonesia yang sudah dijuluki sebagai negara agraris, sangat disayangkan apabila penduduknya justru banting setir dan beroleh profesi lapangan usaha lain.

Memang secara kasat mata dan dilihat dari kacamata awam sangatlah berat untuk menekuni bidang ini. Tetapi saya mencoba menawarkan opsi lapangan usaha yang sudah cukup bukti akan ketangguhannya dalam menghadapi masa-masa krisis yang justru akhir-akhir ini kurang diminati oleh generasi penerus terkhusus generasi milenial.

Mengapa Harus Generasi Milenial?

Saat ini generasi milenial masih terus digadang-gadang sebagai target utama untuk mendongkrak kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya di bidang pertanian. Harapannya sederhana, SDM pertanian menjadi maju, mandiri, dan modern karena pertanian nantinya akan didominasi oleh usia produktif sebagai generasi milenial yang kadang memiliki ide gagasan-gagasan kreatif berbasis teknologi terkini.

Menurut data Sakernas 2021 oleh BPS, petani Indonesia diklasifikasikan menjadi berbagai kategori menurut generasi. Generasi terbesar berprofesi sebagai petani adalah generasi X (41-56 tahun) sebanyak 38, 02 persen. Kemudian yang kedua, generasi baby boomer (57-75 tahun) sebanyak 34,41 persen dan yang ketiga adalah generasi milenial (25-40 tahun) yang diharapkan menjadi penerus tongkat estafet kejayaan pertanian Indonesia sebanyak 21,92 persen atau 3,95 juta jiwa dari petani seluruhnya.

Di sisi lain, angka pengangguran di Indonesia saja per Agustus 2022 mencapai 8,42 juta orang (BPS), dan pengangguran paling banyak berasal dari kelompok usia 20-24 tahun yakni 2,54 juta orang, setara 30,12 persen dari total pengangguran nasional. Jumlah tersebut kemungkinan masih bisa bertambah mengingat pada 2022 terdapat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan-perusahaan unicorn yang sangat diminati mayoritas kaum muda-mudi Indonesia untuk menjadi bagian dari tren masa kini.

Apabila 2,54 juta orang lebih tersebut atau sebagian merasa yakin dan mau untuk terjun ke lapangan usaha pertanian, setidaknya ada dua sisi positif yang akan dirasakan oleh negara ini. Pertama, tentu saja angka pengangguran nasional menurun yang artinya beban ketergantungan negara menjadi lebih ringan. Kedua, generasi petani milenial akan meningkat yang akan berdampak terhadap produktivitas lapangan usaha dilihat dari berbagai sudut pandang aspek kehidupan.

Saatnya Regenerasi

Petani generasi milenial dianggap sebagai SDM yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, berjiwa adaptif, dan paham akan teknologi digital, sehingga lebih cepat dalam mengikuti arus perubahan zaman yang begitu pesat. Hal ini bisa menjadi bekal untuk ke depannya dalam rangka mengembangkan kemampuan yang tentu saja akan diikuti oleh hasil yang optimal.

Satu hal yang jelas dibutuhkan adalah kesadaran diri bagi yang merasa tergugah dengan tulisan ini untuk terjun tanpa basa-basi dan istikamah menggeluti usahanya. Satu hal yang pasti, generasi milenial melek teknologi, dunia dalam genggaman dan apapun bisa dilakukan asalkan ada niat terlebih lagi sumber daya alam bangsa ini jelas melimpah apabila kita menyorot sektor pertaniannya.

Bagi pemerintah juga diharapkan mampu memberikan wadah untuk menaungi generasi milenial yang berminat menggeluti usaha pertanian. Paling tidak menggencarkan sosialisasi awal mengenai ranah pertanian nasional ke dunia-dunia pendidikan sejak dini ataupun paguyuban-paguyuban di berbagai wilayah. Kemudian selalu memberikan pelayanan berupa seminar ataupun lokakarya yang bersinggungan dengan pertanian. Bahkan tidak menutup kemungkinan juga membuat program kerja yang tujuannya untuk regenerasi petani, kemajuan pertanian bahkan memfasilitasi kaum muda-mudi untuk berkarya dan berekspresi dalam ranah pertanian.

Dengan demikian, regenerasi petani menjadi lebih terarah. Sebagai bukti akan hal itu, kita bisa nantikan hasil pendataan Sensus Pertanian 2023 yang akan dimulai pada pertengahan tahun ini. Semoga saja jumlah petani Indonesia, terkhusus petani milenial kian bertambah dan sumbangsih untuk bangsa ini jelas adanya.

Achmad Tasylichul Adib Ketua Tim Sensus Pertanian 2023 BPS Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat

(mmu/mmu)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT