Refleksi Davos: Kejutan, Kekecewaan, dan Optimisme

ADVERTISEMENT

Kolom

Refleksi Davos: Kejutan, Kekecewaan, dan Optimisme

Erwin Aksa - detikNews
Jumat, 27 Jan 2023 10:49 WIB
Erwin Aksa, King Maker Anies-Sandi di DKI
Erwin Aksa (Mindra Purnomo/detikcom)
Jakarta -

Perhelatan akbar para pelaku ekonomi dunia kembali digelar di Davos Swiss pada tanggal 16 sampai dengan 20 Januari 2023 yang lalu. Forum tahunan yang mempertemukan para pemimpin dunia mulai dari pemerintahan, bisnis, sampai masyarakat sipil dilaksanakan untuk membahas keadaan dunia terkini dan mendiskusikan prioritas untuk tahun depan.

World Economic Forum (WEF) pada tahun ini mengambil tema Cooperation in a Fragmented World atau bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Kerja Sama dalam Dunia yang Terfragmentasi. Dengan tema tersebut para pelaku ekonomi dunia seolah-olah ingin menyampaikan pesan pentingnya untuk kembali mendorong dan memperkuat kerja sama di tengah kondisi rasa persatuan yang sudah mulai terkikis.

Pelaksanaan WEF kali ini menjadi pertemuan pertama yang dilaksanakan secara luring pascapandemi COVID-19. Pelaksanaan forum ekonomi yang dilakukan secara luring ini seolah-olah menjadi pertanda bahwa era pandemi telah usai dan era kenormalan baru telah mulai. Banyak kejutan, kekecewaan, dan optimisme yang tergambar dari para peserta WEF kali ini.

Terlepas dari kemunculan teori konspirasi di balik keberadaan WEF, banyak sekali nilai dan manfaat yang bisa diambil dari pelaksanaan WEF kali ini terutama untuk negara yang sedang bersiap tinggal landas seperti Indonesia. Oleh karena itu, sangat dapat dipahami jika banyak percakapan dan cuitan yang meramaikan WEF kali ini mulai dari yang kontra sampai dengan yang mendukung dengan sepenuh hati.

Jika saya coba untuk meringkas puluhan percakapan yang ramai tersebut, setidaknya ada lima topik utama yang menjadi cerita latar dari pelaksanaan WEF kali ini. Topik pertama adalah action (A) yang menunjukkan pentingnya untuk mulai bertindak. Sebagaimana kita ketahui bahwa sebagian besar pertemuan Davos ini membicarakan tentang konsep-konsep besar seperti industri yang berorientasi multistakeholder, Industry 4.0, digitalisasi ekonomi, risiko cyber, dan Artifcial Intelligence.

Saya menemukan nada pertemuan tahun ini lebih diarahkan pada aspek tindakan yaitu bagaimana mulai membumikan konsep-konsep besar tadi ke ranah praktis. Forum ini diarahkan bagaimana aliansi para pemimpin negara dan CEO perusahaan-perusahaan swasta dapat membantu memicu pelaksanaan konsep besar tadi ke arah praktis empiris seperti dekarbonisasi rantai pasokan, membangun green market, bagaimana membangun permintaan untuk teknologi berbasis energi baru terbarukan, bagaimana kita dapat membantu mendanai agenda dekarbonisasi di pasar-pasar negara berkembang, bagaimana mendukung Ukraina, menavigasi dan mengatasi kerawanan pangan.

Topik kedua yang banyak diperbincangkan adalah energy (E). Perbincangan mengenai energi dalam WEF ini banyak membahas bagaimana mencari solusi untuk penyelesaian trilemma energi yaitu masalah keandalan, keterjangkauan, dan keberlanjutan. Isu energi ini menjadi salah satu isu krusial seiring dengan krisis energi yang menerpa negara-negara Eropa yang tidak diperkirakan sebelumnya. Pada pertemuan Davos bulan Mei 2022, isu energi ini belum benar-benar muncul. Bahkan para pelaku ekonomi pada waktu itu tidak membayangkan bahwa negara Jerman akan membangun fasilitas liquefied natural gas (LNG) dalam waktu 194 hari. Tampaknya negara-negara Eropa ingin memastikan bahwa mereka tidak akan pernah lagi berada pada situasi krisis energi seperti beberapa waktu belakangan ini.


Selain isu keandalan energi, isu energi lainnya yang banyak dibicarakan adalah transisi energi dan isu ini sesuai dengan hati nurani saya yaitu bagaimana melakukan transisi energi secara "smooth" dan tidak menimbulkan gejolak ekonomi yang besar. Perpindahan energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan yang menjamin keberlangsungan adalah suatu keniscayaan. Namun proses transisinya harus benar-benar dilakukan secara hati-hati jangan sampai merusak tatanan ekonomi yang sudah ada saat ini.

Topik ketiga yang banyak diperbincangkan adalah inclusive / inklusif (I). Sebagaimana telah dijelaskan pada topik pertama tadi bahwa pada WEF kali ini kita mengedepankan aksi (I) dari pada hanya sekedar konsep. Aksi ini harus bersifat inklusif yaitu bagaimana mewujudkan komitmen bersama untuk mendorong masyarakat melakukan hal yang sama dengan tetap menghargai dan mengakui keragaman dan kesetaraan. Bagi saya, konsep ini memiliki makna yang lebih luas dimana konsep inklusif telah mengubah orientasi kami dari "menjadi apa?" ke "menjadi siapa?". Kami berusaha mengubah peran dari yang tadinya "objek" menjadi "subjek" yang memegang kendali terhadap pembangunan di masa depan.

Topik keempat yang banyak muncul dalam percakapan di forum WEF kemarin adalah tentang optimisme (O). Walaupun berita utama yang muncul dalam WEF di Davos kemarin membuat kita ingin merangkak kembali ke tempat tidur, saya melihat masih ada secercah rasa optimis dalam pelaksanaan WEF tersebut. Saya melihat banyak CEO pada pertemuan tersebut yang masih memiliki optimisme dan bergerak secara hati-hati. Memang terdapat masalah krusial dalam jangka pendek seperti perang Rusia-Ukraina, disharmoni hubungan AS-China, dan menurunnya volume perdagangan global, namun dalam jangka panjang harapan tersebut masih bersinar. Undang-undang pengendalian inflasi yang baru di Amerika Serikat, pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19, dan ketahanan ekonomi di Eropa telah menimbulkan lebih banyak kepercayaan pada komunitas bisnis. Bahkan beberapa pelaku ekonomi yang tahun lalu masih skeptis, pada tahun ini sudah mulai berubah dan mengakui bahwa tunas-tunas hijau itu telah mulai tumbuh.

Topik terakhir yang banyak diperbincangkan dalam cuitan WEF adalah masalah ketidakpastian / uncertainty (U). Tahun 2022 lalu telah mengajarkan kepada kita semua bagaimana kita harus memiliki "kerendahan hati" dalam memprediksi kondisi di masa yang akan datang. Berbagai asumsi dan prediksi yang dibuat bisa langsung berubah dalam hitungan hari. Perang Rusia - Ukraina, gangguan rantai pasok, penurunan kinerja ekonomi Tiongkok, masalah cuaca, dan masalah-masalah besar lainnya menjadi variabel yang tidak terprediksi sebelumnya. Hal ini memberikan pembelajaran kepada kita bahwa terdapat variabel ketidakpastian (uncertainty) dalam setiap kondisi yang kita hadapi. Kita boleh optimis namun kita juga harus tetap hati-hati dan waspada terhadap berbagai gelombang ketidakpastian tersebut sebagaimana tagline pemerintah "optimis di tengah ketidakpastian".

Bagi saya, WEF yang dilaksanakan di Davos kemarin menjadi salah satu hal yang paling menggembirakan dari rentetan hari yang sangat menguras energi. Melalui forum Davos ini kita mendapatkan refleksi bahwa sudah saatnya kita memperkuat hubungan antar pelaku ekonomi, terus belajar dari berbagai kondisi yang dihadapi, dan berusaha untuk terus menciptakan semangat kolaborasi. Namun, kerja keras untuk menerjemahkan konsep-konsep tersebut ke dalam tindakan nyata masih menjadi tantangan yang ada di depan mata. Sudah saatnya saya dan kita semua untuk turun gunung dan mulai bekerja.

Erwin Aksa

Pelaku Usaha dan Fungsionaris Partai Golkar

Simak juga 'Luhut Tegas Peringatkan AS: Jangan Ganggu Pertumbuhan Ekonomi RI!':

[Gambas:Video 20detik]



(dnu/dnu)


ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT