Bahkan Khalifah Harun Ar-Rasyid Pernah Disamakan dengan Firaun

Kolom

Bahkan Khalifah Harun Ar-Rasyid Pernah Disamakan dengan Firaun

Muchus Budi R. - detikNews
Sabtu, 21 Jan 2023 09:04 WIB
muchus
Muchus Budi R Foto: dok. pribadi
Jakarta -

Siapa tidak kenal keagungan dan kehebatan Harun Ar-Rasyid, khalifah kelima dari Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Pada masa pemerintahannya, Dinasti Abbasiyah mencapai puncak kejayaan dan ilmu pengetahuan berkembang pesat di Timur Tengah. Namun khalifah yang sangat dikenal kesalehan, kecerdasan, dan kedermawanannya itu pun pernah disamakan dengan Firaun, raja lalim dari Mesir kuno.

Cerita tentang hal itu sangat masyhur di pesantren-pesantren tradisional. Abu Khalid dalam buku 'Seribu Kisah; Nabi Khidir dan 9 Tokoh Sufi' juga memasukkan cerita tersebut sebagai kisah keteladanan para sufi dalam menjalani kehidupannya.

Diceritakan bahwa pada saat itu Khalifah Harun Ar-Rasyid sedang merasa gundah dan suntuk. Dia merasa jenuh dengan segala kebesaran dan kemegahannya sebagai seorang khalifah yang agung. Selain itu, sebagai amirul mukminin atau pemimpin kaum mukmin, dia merasa masih banyak melakukan kekurangan dan kesalahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Puncaknya, suatu malam dia memanggil Fazl Bermesid, orang kepercayaan yang diangkatnya sebagai penasihat kerajaan. Harun Ar-Rasyid memerintahkan kepada Fazl agar mengantarkannya untuk bisa bertemu dengan orang alim yang bisa memberikan pencerahan atas segala kegundahannya itu.

Oleh Fazl, Harun Ar-Rasyid diajak mengunjungi kediaman Syekh Sufyan bin Uyaynah, seorang alim yang sangat terkenal di masa itu. Namun Syekh Sufyan mengaku bukan orang yang tepat untuk ikut membantu menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi Sang Khalifah. Dia justru menyarankan Sang Khalifah datang dan meminta nasihat kepada Syekh Fudhail bin Iyadh.

ADVERTISEMENT

Siapakah Fudhail? Dia adalah seorang pengamal tasawuf yang hidup sezaman dengan Syekh Abu Nuwas, Syekh Sufyan bin Uyaynah. Dia juga dikenal pengetahuannya yang luas di bidang ilmu hadits yang dia pelajari dari ahli hadits, Syekh Sufyan ats-Tsauri.

Sepanjang hidupnya, Fudhail bin Iyadh terkenal sangat tegas memasang jarak dengan kemewahan dunia dan kekuasaan. Fudhail pernah menyampaikan peringatan tegas kepada para ulama di masa itu, "Tidakkah seseorang dari kalian malu kepada Allah bila datang kepada para penguasa lalu mendapatkan harta dari mereka, sementara dia tidak mengetahui dari mana asalnya harta itu."

Bahkan dia disebut pernah membuat pernyataan sangat keras, "Seseorang mendekati bangkai yang berbau busuk jauh lebih baik daripada mendekati penguasa."

Ketika Harun Harun Ar-Rasyid dan Fazl tiba di depan rumahnya, Fudhail menutup rapat pintunya. Dia tetap berpegang pada pendapatnya untuk enggan berurusan dengan penguasa, meskipun penguasa itu yang datang kepadanya, bukan sebaliknya. Namun Fazl tetap memaksa, bahkan mengancam akan mendobrak pintu rumah Fudhail jika tetap menolak kehendak Sang Khalifah untuk bertemu.

Ketika Harun Ar-Rasyid melangkah masuk rumah, Fudhail langsung mematikan lampu rumah agar dia tak memandang wajah Sang Khalifah. Fudhail segera membeberkan pesan Nabi Muhammad kepada Al-Abbas, leluhur Sang Khalifah, tentang pertanggungjawaban seorang pemimpin di hari perhitungan kelak. Diceritakan pula kegundahan dan kesedihan Umar bin Abduk Aziz, ketika diangkat menjadi khalifah.

Selanjutnya, Fudhail terus mencecar Harun Ar-Rasyid dengan sejumlah nasihat dan peringatan keras, terutama terkait kewajiban-kewajiban yang selama ini masih belum dilaksanakannya sebagai khalifah. Terus dicecar dengan berbagai kebenaran yang dilontarkan Fudhail, Sang Khalifah terpukul dan menangis sejadi-jadinya, bahkan hingga limbung karena beban kepedihannya.

Melihat kondisi tersebut Fazl memotong pembicaraan Fudhail, "Cukup! Engkau telah membunuh Amirul Mukminin!"

Namun Fudhail membalas interupsi Fazl. "Diamlah, Haman! Engkau dan orang-orang seperti engkau inilah yang telah menjurumuskan dirinya. Kemudian engkau katakan aku membunuhnya. Apakah yang kulakukan ini suatu pembunuhan?"

Tangis Harun Ar-Rasyid semakin menjadi-jadi. "Dia menyebutmu Haman," kata Harun Ar-Rasyid memandangi Fazl. "Karena dia mempersamakan diriku dengan Firaun," lanjutnya.

Haman adalah penasihat Firaun dan pelaksana proyek-proyek pembangunan kerajaan.

Khalifah Harun meminta Fudhail meneruskan nasihat-nasihatnya. Dia merasa mendapatkan pencerahan. Saat hendak pulang, dia meninggalkan kantong uang dinar untuk Fudhail. Di luar dugaannya, Sang Sufi melemparkan kantong uang itu ke luar sembari berseru, "Engkau memberikan kepada yang tidak pantas menerimanya. Percuma saja aku memberi nasihat-nasihat kepadamu tadi."

Apakah Khalifah Harun Ar-Rasyid menjadi murka atas tindakan Fudhail yang mempersamakan dia dengan Firaun, si raja lalim dan terkutuk? Ternyata tidak! Justru Sang Khalifah berterima kasih. Nasihat frontal dan keras itu justru diterimanya sebagai siraman rohani dan pembuka mata hatinya yang sedang gundah.

Harun Ar-Rasyid saat itu memang sedang ingin membuka hati bahkan rela datang sendiri menemui Fudhail untuk menerima kritik dan masukan sekeras apa pun kritik itu akan disampaikan. Bahkan, setelah pertemuan itu, Sang Khalifah berkata tentang Fudhail, "Dia sangat blak-blakan dan dunia ini terlampau kecil dalam pandangannya."

Hal lainnya adalah Fudhail melontarkan kritik-kritik pedasnya ketika berhadapan-hadapan, secara pribadi, bukan disemburkan sebagai cercaan di hadapan publik. Fudhail menjaga martabat sang pemimpin.

Fudhail, seorang alim yang selalu menapaki jalan sepi dalam kehidupannya. Dia tak pernah punya ambisi tampil sebagai bintang panggung atau menjaga citra diri sebagai pesohor yang akan disambut gemuruh tepuk tangan ketika pernyataannya semakin keras dan berani.

Syekh Fudhail bin Iyadh telah paripurna mengelola nafsu dan kontrol diri sehingga tanpa pamrih apa pun ketika sedang menyampaikan pendapatnya. Fudhail juga tidak pernah punya keinginan mempertontonkan keberanian-keberaniannya bersikap agar disaksikan atau dicatat oleh khalayak luas bahwa dia seorang pemberani.


-----
Muchus Budi R adalah wartawan detikcom

Tulisan ini merupakan pendapat pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi

Simak juga 'Sebut Jokowi Firaun, Cak Nun Ngaku Kesambet':

[Gambas:Video 20detik]



(mbr/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads