Pensiun dengan Tenang Seperti Messi
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Pensiun dengan Tenang Seperti Messi

Selasa, 17 Jan 2023 14:30 WIB
Rahman Tanjung
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
LUSAIL CITY, QATAR - DECEMBER 18: Lionel Messi of Argentina celebrates with the World Cup Trophy and player of the tournament award during the FIFA World Cup Qatar 2022 Final match between Argentina and France at Lusail Stadium on December 18, 2022 in Lusail City, Qatar. (Photo by Marc Atkins/Getty Images)
Foto: Getty Images/Marc Atkins
Jakarta -

Saya masih teringat percakapan di Whatsapps Gruop selepas final Piala Dunia antara Argentina versus Prancis. Di mana hasilnya pasti kita sudah tahu bahwa tim tango Argentina yang keluar sebagai juaranya dan menobatkan Lionel Messi sebagai pemain terbaik.

Ada satu komentar yang menarik dari seorang teman dalam percakapan tersebut, "Waaah, Messi bisa pensiun dengan tenang nih." Banyak dari kami setuju dengan kalimat itu, karena selain menjadi juara dunia, Messi juga menorehkan berbagai rekor sebelum dia menyatakan pensiun dari tim nasional selepas perhelatan Piala Dunia 2022.

Akhir-akhir ini permasalahan pensiun menjadi top news yang banyak diperbincangkan di kalangan PNS. Seperti banyak diberitakan di berbagai media tentang RUU Perubahan Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang ASN, salah satunya membahas wacana pensiun dini massal. Wacana ini diusulkan mungkin seiring dengan adanya keinginan pemerintah untuk melakukan perampingan organisasi. Tentu saja hal tersebut menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagi mereka yang setuju menganggap penawaran pensiun dini akan sedikit mengurangi beban negara yang harus dikeluarkan untuk gaji pensiun selama ini. Bagi mereka yang tidak setuju, mengkhawatirkan bahwa pensiun dini dilakukan secara massal akan dapat mengganggu pelayanan, selain itu tentunya ada beberapa kecemasan bagi mereka yang merasa kurang produktif dan tidak tahu harus bagaimana setelah pensiun.

Cemas dan Takut

Pensiun sebenarnya merupakan suatu tahapan dalam siklus kerja secara umum, baik itu di lingkup organisasi atau lembaga pemerintahan maupun di perusahaan swasta. Namun sebagian besar orang merasa cemas dan takut ketika akan menghadapi pensiun. Hal ini sejalan dengan hasil survei bertema Future of Retirement, Bridging the Gap dari PT Bank HSBC Indonesia terhadap 1.050 responden, yang menyebutkan bahwa sekitar 9 dari 10 orang responden merasakan belum siap menghadapi pensiun. Salah satu alasannya adalah khawatir tidak dapat menutupi berbagai biaya yang akan muncul setelah pensiun.

ADVERTISEMENT

Rasa cemas bagi seseorang yang akan menghadapi pensiun adalah suatu hal yang wajar, karena seseorang yang awalnya memiliki rutinitas kerja tiba-tiba akan kehilangan hal tersebut. Masa pensiun akan menjadi sebuah permulaan masa peralihan ke arah pola hidup yang baru yang meliputi perubahan peran, keinginan, nilai dan perubahan secara keseluruhan dalam kehidupan seseorang yang akan datang.

Savitri Ramaiah dalam bukunya berjudul Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya menyebutkan bahwa kecemasan akan muncul beberapa tahun menjelang waktu pensiun tiba dan puncaknya adalah beberapa saat menjelang pensiun sampai dengan datangnya waktu pensiun tersebut.

Rasa cemas atas pensiun yang berlebihan tentunya tidak baik bagi produktivitas kerja seorang pegawai. Mereka seakan dihantui suatu keadaan yang akan terjadi jika tidak bekerja lagi, bagaimana memenuhi kebutuhan hidupnya, merasa bingung apa yang harus dikerjakan nanti setelah pensiun, dan mungkin prasangka-prasangka lain yang muncul di benaknya.

Dipersiapkan dengan Matang

Ketika saya berbincang dengan seorang teman di lobi kantornya, tiba-tiba tampak seorang pria yang baru saja keluar dari ruang Kepala Dinas sambil membawa sebuah map. Rupanya kami berdua mengenal sosok tersebut yang tidak lain adalah salah seorang mantan Kepala Dinas X. Menurut informasi dari teman saya, dia sering "berkunjung" ke beberapa kantor dinas/instansi untuk meminta proyek.

Bagi saya dan Anda yang bekerja sebagai PNS, contoh peristiwa di atas mungkin pernah ditemui di sekitar kita. Di mana mereka yang tadinya pernah menjabat sebagai kepala di suatu dinas/instansi, setelah pensiun terpaksa harus melakukan hal-hal berkebalikan dengan kondisinya saat menjabat demi menyambung dan bertahan hidup, atau mungkin demi mempertahankan gaya hidupnya. Bahkan pernah saya temui, ada seorang PNS yang sampai dengan masa pensiunnya tidak memiliki rumah. Sehingga terpaksa harus mengontrak dan berpindah-pindah untuk menyesuaikan dengan kondisi penghasilannya saat ini.

Masa pensiun bagi seorang pegawai adalah suatu kondisi yang pasti akan terjadi di pengujung masa kerja, sehingga hal tersebut tidak bisa kita hindari. Oleh sebab itu, mau tidak mau harus dipersiapkan dengan matang, baik dari si pegawai ataupun dari si pemberi kerja. Mungkin banyak orang yang kurang begitu memberi perhatian terhadap pensiun, karena merasa masih dalam usia muda dan jauh dari batas usia pensiun, sehingga terlena dengan jabatan dan kewenangan yang ada saat ini.

Tak ada salahnya jika kita mempersiapkan pensiun sejak dini dengan sebuah perencanaan yang matang, terlepas apakah wacana kebijakan pensiun dini massal akan terealisasi atau tidak. Rencana yang baik akan memperoleh hasil yang baik, karena ada sebuah petuah bijak mengatakan, those who fail to plan, plan to fail.

Menurut saya pensiun harus dipersiapkan dari sisi internal atau pun eksternal. Dari sisi eksternal tentunya butuh sebuah program atau kegiatan yang dirancang oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam mempersiapkan pegawai menghadapi masa pensiun, misalnya dengan mengadakan pelatihan, bimbingan teknis, coaching, dan sejenisnya yang memberikan bekal kemampuan serta keterampilan yang dapat digunakan ketika setelah masa pensiun. Atau, bisa dengan kebijakan mengkaryakan kembali mereka yang memiliki kemampuan di bidangnya sebagai penasihat, konsultan atau BUMN/BUMD.

Dari sisi internal, seorang pegawai sebaiknya juga mempersiapkan jalur karier sampai dengan pemetaan bagaimana yang akan dia lakukan setelah pensiun. Bukan hanya mempersiapkan masalah keuangan dengan melakukan investasi yang tepat, tetapi juga mempersiapkan mental dan menghapus mindset negatif tentang pensiun.

Dalam buku berjudul Mindset: The New Psychology of Success karya seorang profesor dari Standford University, Carol S. Dweck, disebutkan bahwa dalam meraih kesuksesan tidak hanya bergantung pada bakat atau kemampuan saja, tetapi juga mindset. Di mana untuk meraih kesuksesan tersebut dengan menerapkan apa yang disebut dengan growth mindset, yaitu pola pikir seseorang yang memiliki percaya bahwa kesuksesan mereka bergantung pada waktu dan usaha serta fokus pada sebuah proses bukan hasilnya.

Pemikiran growth mindset melihat sebuah kegagalan adalah suatu hal yang sementara dan dapat diubah. Pola pikir ini akan sangat penting untuk pembelajaran, ketahanan, motivasi, dan kinerja. Oleh karena itu, pegawai yang bisa menerapkan growth mindset tidak akan merasa khawatir terhadap ketakutan-ketakutan yang akan terjadi saat masa pensiun nanti. Mereka memahami bahwa pensiun adalah suatu hal yang lumrah dan akan dihadapi oleh setiap pegawai, sehingga mempersiapkan apa yang akan dihadapinya nanti dengan baik melalui kerja keras dan dedikasi.

Belajar dari Messi

Lionel Messi telah berhasil membawa Argentina menjadi juara dunia tahun 2022 di Qatar. Gelar ini menjadi kali ketiga Argentina menjadi juara Piala Dunia, setelah tahun 1978 dan 1986. Di Piala Dunia kali ini, Messi menorehkan beberapa rekor dan diganjar Golden Ball Award sebagai pemain terbaik. Dengan usianya yang sudah 35 tahun, tampaknya Messi akan pensiun dari Timnas Argentina dengan tenang dan memberikan legacy seperti pendahulunya, Diego Maradona. Selain memberikan trofi Piala Dunia, Messi juga membawa Argentina meraih trofi Copa America 2021.

Mungkin layaknya seorang Messi yang kini bisa pensiun dengan tenang, kita yang berprofesi sebagai pekerja, baik itu PNS, swasta maupun militer pasti menginginkannya. Banyak cara positif yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan hal tersebut, salah satunya dengan memberikan yang terbaik selama kita bekerja. Contohnya ketika kita berusaha melakukan hal inovatif sekecil apapun tetapi bermanfaat bagi organisasi dimanapun kita ditugaskan. Sehingga ini akan menjadi "peninggalan" kita saat kita pensiun nanti.

Semoga saya dan Anda semua yang saat ini bekerja bisa mengambil hikmah pembelajaran dari sang megabintang Lionel Messi, dengan selalu memberikan yang terbaik dalam setiap langkah kariernya. To live, to love, to learn and to leave legacy.

Simak juga 'Kandidat Pemain Terbaik FIFA 2022: Messi Favorit, Ronaldo Out':

[Gambas:Video 20detik]



(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads