Kembali ke Proporsional Tertutup, Menuju Demokrasi Substansial
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Kembali ke Proporsional Tertutup, Menuju Demokrasi Substansial

Rabu, 11 Jan 2023 11:28 WIB
Haekal Saniarjuna
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Kapan Pemilu 2024? Pemilu adalah agenda kenegaraan yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali. Simak jadwal Pemilu 2024, termasuk jadwal Pilpres 2024.
Ilustrasi: Infografis/Fuad Hasim
Jakarta -

Wacana mengembalikan sistem pemilu ke proporsional tertutup seperti pada Pemilu 2004 adalah langkah baik untuk menciptakan demokrasi yang lebih substansial. Hal ini akan menciptakan pemilu berbiaya murah dan memperkuat pelembagaan partai politik

Singkatnya, pada sistem pemilu proporsional tertutup, masyarakat tidak lagi memilih figur calon legislatif (caleg), melainkan memilih partai politik. Penentuan peraih kursi parlemen tidak lagi berdasarkan suara terbanyak, tetapi berdasarkan perolehan suara partai dan nomor urut kandidat.

Sistem pemilu proporsional terutup akan mendorong lahirnya pemilu berbiaya murah. Dengan sistem pemilu proporsional tertutup, para kandidat tidak perlu lagi mengalokasikan dana untuk membayar saksi menjaga suara di TPS. Caleg cukup mengandalkan saksi yang sudah disediakan oleh partai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut, dalam sistem pemilu proporsional tertutup ada kemungkinan lahirnya kerja politik kolektif. Di mana para caleg dapat bekerja sama dengan caleg lain untuk memperoleh suara tanpa ada rasa khawatir tidak mendapatkan kursi. Kerja kolektif ini dapat menekan biaya politik.

Politik berbiaya murah akan melahirkan ekosistem politik yang terbuka bagi setiap orang untuk bergabung tanpa harus memiliki uang besar. Selain itu, politik berbiaya murah juga secara tidak langsung menjadi salah satu upaya pencegahan tindak korupsi.

ADVERTISEMENT

Selain menciptakan politik berbiaya murah, sistem pemilu proporsional tertutup akan mendorong partai politik memperkuat pelembagaan partai. Hal ini terjadi karena pada sistem pemilu proporsional tertutup melibatkan peran partai yang sangat dominan dalam penentuan anggota legislatif di parlemen. Partai akan terdorong membenahi kinerja para anggota legislatif yang mereka miliki dengan cara m melakukan kaderisasi lebih optimal.

Apabila kinerja kader partai di parlemen buruk, maka masyarakat akan secara langsung dapat mengevaluasi partai politik pada pemilu selanjutnya karena telah gagal mencalonkan kader terbaiknya pada pemilu. Kondisi ini akan menciptakan kompetisi antarpartai untuk menjadi partai yang lebih baik karena masyarakat akan cenderung mengevaluasi partai pada pemilu apabila berkinerja buruk karena telah salah menempatkan kader pada pemilu.

Kondisi ini juga secara tidak langsung akan meningkatkan Party ID di Indonesia. Ibaratkan kata pepatah, no pain no gain, sistem proporsional tertutup jelas tidak luput dari sisi negatif. Sistem proporsional tertutup dapat menurunkan ikatan politisi kepada rakyat dan lebih memilih memelihara kedekatan dengan partai. Hal ini terjadi karena para politisi dipilih oleh partai. Tetapi, kembali ke sistem pemilu proporsional tertutup perlu ditempuh untuk meningkatkan kualitas demokrasi Indonesia agar lebih substansial.

Haekal Saniarjuna peneliti di The Indonesian Democracy Initiative

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads