Negeri yang Diberkahi di Era Digitalisasi
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Negeri yang Diberkahi di Era Digitalisasi

Jumat, 30 Des 2022 17:35 WIB
Muhammad Rasyid Ridha
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Ilustrasi Bank Syariah Indonesia
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Digitalisasi merupakan proses perubahan atau pengalihan informasi pada teknologi yang bersifat analog menjadi digital, sehingga diharapkan informasi dapat dengan mudah terhubung ke perangkat digital yang biasa digunakan oleh manusia. Digitalisasi memang bertujuan untuk memudahkan akses dan adanya pemangkasan waktu.

Sebagai contoh dari manfaat digitalisasi, kini telah banyak toko digital yang membuat kita tak perlu lagi menempuh perjalanan jauh hanya demi berbelanja di luar kota.

Sudah menjadi sifat dari hukum domino effect, satu hal yang berubah akan memberi dampak pada hal lainnya. Begitu juga dengan digitalisasi, suatu industri digital akan banyak mendorong industri lain yang menjadi penunjangnya untuk melakukan digitalisasi pula, termasuk hal yang paling fundamental dalam kehidupan sehari-hari yaitu digitalisasi keuangan. Media asal Inggris, We Are Social pernah merilis laporan bertajuk "Digital 2021: The Latest Insights Into The State of Digital" yang menjelaskan bahwa rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu 3 jam 14 menit per hari dalam mengakses media sosial, baik itu untuk keperluan bersenang-senang ataupun mencari pemenuhan kebutuhan melalui toko digital. Total waktu tersebut belum termasuk durasi penggunaan aplikasi e-commerce, sehingga sangat memungkinkan penggunanya bertahan di depan layar dengan total lebih dari 4 jam per hari. Hal tersebut memiliki korelasi dengan laporan Bank Indonesia yang menyebut total transaksi digital dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, tercatat total transaksi pada Juli 2022 sebesar Rp4.359,7 triliun atau meningkat 27,82% dari tahun sebelumnya. Kedua laporan di atas dapat menjadi indikasi dari adanya pembentukan kebiasaan baru, maka sekali lagi, digitalisasi keuangan sangatlah penting dilakukan guna menunjang tren gaya hidup baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada banyak sekali pilihan platform transaksi digital di Indonesia, menurut survei yang dilakukan oleh DailySocial bertajuk "Fintech Report", pertimbangan tertinggi orang-orang dalam menentukan platform transaksi digital adalah kepercayaan pada produk (fitur dan jasa), persentasenya sebesar 81,6%, dan kepercayaan tertinggi masyarakat Indonesia masih tertuju pada bank konvensional dibanding Bank Syariah Indonesia. Keadaan itu cukup bisa melahirkan tanda tanya, mengingat Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbanyak di dunia.

Bercermin pada beberapa tahun ke belakang, bank dengan sistem syariah sempat memiliki persepsi umum yaitu tetap adanya praktik riba, dan juga memiliki fitur yang tidak selengkap bank konvensional. Maka menjadi wajar jika pilihan paling rasional orang-orang jatuh pada bank konvensional. Namun kini keadaannya pelan-pelan mulai berubah, Bank Syariah Indonesia telah berbenah, mulai dari lebih gencarnya melakukan edukasi tentang akad bagi hasil atau nisbah sebagai pengganti bunga, pembebasan biaya bulanan dengan Tabungan Wadiah, hingga melengkapi jasa pelayanannya dalam wujud aplikasi digital.

ADVERTISEMENT

Sebenarnya, Bank Syariah Indonesia sangat berpotensi menjadi platform dengan pengguna terbanyak di era digital ini, selain dapat memberikan rasa nyaman sebagaimana bank konvensional, Bank Syariah Indonesia juga dapat berkontribusi lebih dari sekedar transaksi digital yaitu memberikan rasa aman pada dimensi yang sangat jauh, hal terjauhnya adalah orang-orang tak perlu lagi khawatir pada kehidupan setelah kematian atau setidaknya kekhawatiran itu berkurang, tak ada lagi perasaan takut dalam memilih platform keuangan.

Kombinasi antara rasa nyaman dengan rasa aman pada akhirnya, sedikit atau banyak, akan memberikan ketenangan jiwa. Dalam dunia branding¸ ketika manfaat fisik bertemu dengan manfaat emosional, maka konsekuensi terlogis adalah hilangnya rasa curiga dan juga hilangnya perasaan khawatir, keduanya merupakan faktor utama dari lahirnya ketenangan jiwa.

Seperti kita ketahui, ketenangan jiwa sangat diperlukan di era digital ini, terlalu banyak informasi yang bisa sangat tidak ramah bagi para penggunanya. Selain itu, salah satu manfaat terpenting dari ketenangan jiwa adalah produktivitas yang terjaga. Ketenangan jiwa dapat membuat kita lebih tahan terhadap stres, meminimalisir kesalahan dalam mengambil keputusan, mendorong kreativitas, melahirkan optimisme, meningkatkan fokus karena tidak mudah terganggu oleh keadaan eksternal, menjadi pribadi yang lebih menyenangkan, dan terhindar dari kecemasan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh.

Hadirnya ketenangan jiwa merupakan sebuah pelajaran, bahwa selalu ada kebaikan dari menaati perintah-Nya, baik untuk diri sendiri maupun dalam lingkup yang lebih luas yaitu negara. Meskipun tidak ada angka pasti mengenai tingkat stres penduduk Indonesia, tapi sebuah perusahaan jam tangan pintar asal Amerika Serikat, Garmin pernah melaporkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan tingkat stres tertinggi di Asia pada tahun 2021. Melihat pada fakta produktivitas sangat berkaitan dengan tingkat daya tahan terhadap stres, maka ketenangan jiwa dapat menjadi solusi bagi negeri, menjadi negeri makmur yang diberkahi di era digitalisasi.

Kriteria negeri yang diberkahi adalah aman, nyaman, tenang, dan rizki yang berlimpah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berkah merupakan karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia. Di negeri yang diberkahi, semua orang akan senantiasa bersyukur, angka kemiskinan sangat kecil, sehingga secara langsung akan menekan tingkat kriminalitas, kecurangan, korupsi, dan lain sebagainya. Negeri yang diberkahi adalah tempat idaman bagi setiap orang, bukan hanya kaum muslimin, mengingat islam adalah rahmatan lil alamin.

Semua yang disebutkan di atas sangat jauh dari utopia, bukan khayalan indah yang mustahil didapatkan. Dalam kajian filsafat, terdapat beberapa cara berpikir logis, dua di antaranya adalah rasional dan suprarasional. Rasional merupakan segala sesuatu yang bersifat masuk akal, berpatokan pada hukum alam atau pada data serta bukti yang sering terjadi, sedangkan suprarasional adalah hal-hal yang dikuatkan oleh pendapat dan tidak harus berpatokan pada hukum alam. Dalam konteks ini, ada banyak sekali bukti negara yang makmur ketika mayoritas penduduknya menerapkan sistem perbankan syariah, baik itu sejak dahulu maupun ketika memasuki tren digital, negara tersebut adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Turki, dan lain-lain.

Data tersebut menjadi lebih kuat ketika dipertemukan dengan pendapat dalam sebagian surat Al'Araf ayat 96 yang berarti:

"Seandainya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami limpahkan pada mereka berkah dari langit dan bumi."

Dengan berpatokan pada cara berpikir rasional dan suprarasional, maka akan menjadi tepat untuk mengatakan konsekuensi paling logis dari digitalisasi Bank Syariah Indonesia adalah negeri yang diberkahi. Meskipun mewujudkannya tidak mudah, perlu adanya sinergi dari banyak pihak, namun tak ada salahnya untuk memulai satu per satu. Menyicil dari hal yang paling mungkin dilakukan.

Semoga Bank Syariah Indonesia konsisten berkontribusi mewujudkan Indonesia sebagai negeri yang diberkahi di era digitalisasi. Baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur.

Muhammad Rasyid Ridha

(akd/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads