Digitalisasi menjadi sesuatu yang tidak dapat terelakkan saat ini. Berdasarkan data yang dihimpun oleh McKinsey dan Company (2018), pasar perdagangan online di Indonesia telah menyentuh angka 5 miliar. Hal ini tentu dapat menciptakan peluang ekonomi yang besar terutama dari sektor perbankan.
Sejak dua dekade yang lalu, sebenarnya perbankan sudah melakukan inovasi transaksi digital berupa e-banking. Sehingga masyarakat dapat melakukan transaksi pengiriman uang secara cepat tanpa harus berkunjung ke kantor bank.
Dalam penggunaannya, e-banking banyak dimanfaatkan oleh masyarakat kelas atas maupun pengusaha karena di masa itu hanya sedikit orang yang memiliki kapabilitas dalam mengakses layanan internet. Seiring berjalannya waktu, pihak perbankan kemudian mengembangkan teknologi sms banking yang dapat diakses oleh berbagai kalangan masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Digitalisasi menjadi kunci agar perbankan semakin kreatif dalam menghadirkan produk yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sejak kemunculan teknologi smartphone, pihak perbankan tidak mau ketinggalan dengan ikut meluncurkan mobile banking.
Hal ini tentu direspons positif oleh jutaan nasabah bank di seluruh Indonesia. Sebab mereka dapat sesuka hati melakukan pengiriman uang, pengecekan saldo, hingga pembukaan rekening baru yang mana hal tersebut tidak dapat diakomodasi oleh sms banking.
Selaras dengan bank konvensional, bank syariah juga turut mengembangkan inovasi-inovasi digital agar memudahkan para penggunanya. Jika menilik jauh ke belakang, kiprah bank syariah di Indonesia terbilang cukup baik mengingat adaptasinya yang luar biasa saat terjadi krisis moneter di tahun 1998.
Saat itu Bank Muamalat Indonesia -sebagai pionir bank syariah- berhasil bertahan dari krisis tanpa sepeserpun bantuan dari pemerintah. Berkaca dari pengalaman tersebut tentunya bank syariah di era digital seperti saat ini harus lebih adaptif dan juga inovatif.
VUCA adalah singkatan dari Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity. Secara ringkas, VUCA merupakan realitas dunia kita saat ini yang mana perubahan yang terjadi sangat cepat, tidak terduga, dan dipengaruhi oleh banyak faktor yang cukup sulit untuk dikontrol. Tentu saja teknologi memegang peranan penting dalam perubahan dunia seperti sekarang ini, internet of things hingga artificial intelligence adalah kosakata baru yang mewakili betapa progresifnya dunia di era digital 4.0.
Di era VUCA, pemain di industri keuangan tidak hanya berasal dari perbankan namun juga startup fintech. Kita dapat melihat bahwa para millennials hingga Gen Z menjadi kelompok utama yang menjadi sasaran pengembangan produk mereka. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak Gen Z yang mengalihkan transaksi keuangannya melalui fintech karena dinilai lebih mudah dan cepat, oleh karena itu BSI kemudian mengembangkan layanan BSI API Platform.
BSI API Platform merupakan hasil kolaborasi dengan Ayoconnect yang kemudian tercipta produk API Open Banking. Dengan keberadaan BSI API Platform diharapkan para muslimpreneur yang telah memiliki website penjualan dapat menjadikan BSI sebagai salah satu pilihan pembayaran. Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia tentu ini akan menguntungkan bagi para muslimpreneur di Indonesia.
Saat ini berbelanja secara online sudah menjadi kebiasaan baru yang berkembang di masyarakat khususnya generasi muda. Telah banyak survei yang melihat potensi pertumbuhan e-commerce di Indonesia.
Dikutip dari dataindonesia.id, nilai penjualan bruto (GMV) e-commerce di Indonesia di tahun 2022 ini bahkan menyentuh US$ 56 miliar atau Rp 842,3 triliun. Survei yang juga dilakukan oleh Ipsos Global Trends di tahun 2021 memperlihatkan bahwa banyak orang lebih menyukai belanja online karena praktis dan juga lebih hemat.
Di masa kini orang bisa berbelanja walau hanya dari atas kasur, cukup bermodalkan kuota internet dan smartphone. Besarnya nilai transaksi yang tercipta membuat sejumlah pemain besar e-commerce turut mengembangkan bank digital di platform mereka. Ini merupakan sebuah peluang besar bagi BSI, mengingat sistem lending yang diprakarsai oleh 'bank digital e-commerce' belum menganut sistem syariah.
BSI telah lama memiliki produk pinjaman seperti BSI KUR dan BSI OTO dengan nilai angsuran tetap dan pricing yang cukup kompetitif dan tentunya berlandaskan prinsip syariah. Jika ke depannya BSI dengan API Platformnya mampu bekerja sama dengan fintech maupun e-commerce dengan menyediakan credit consumer barang konsumtif, bukan tidak mungkin BSI akan semakin berkembang pesat karena seperti kita ketahui bahwa kredit jenis ini banyak digemari oleh masyarakat dari berbagai kalangan.
BSI API Platform dapat menjadi solusi baru bagi pelaku usaha yang menginginkan transaksi perbankan yang cepat, modern, serta terjamin keamanannya. Dengan penggunaan BSI API Platform, para muslimpreneur dapat mempromosikan kepada para pelanggan bahwa usaha yang mereka bangun telah menerapkan sistem pembayaran yang syariah. Ini akan menjadi unique selling point yang pada akhirnya akan meningkatkan daya jual dari produk milik mereka.
Elina Putri
(ads/ads)