Digitalisasi Bank Syariah di Indonesia
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Digitalisasi Bank Syariah di Indonesia

Jumat, 30 Des 2022 10:05 WIB
Salsabila Alvinandora Prihantari
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
BSI Mobile
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Sebelum kita bahas mengenai tren digital di bank syariah, akan lebih baik jika kita membahas terlebih dahulu mengenai bank syariah dan bank digital itu sendiri. Menurut Undang-Undang No.21 tahun 2008 yang dikutip dalam cimbniaga.com tentang perbankan syariah, bank syariah dapat didefinisikan sebagai bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah/hukum islam.

Prinsip islam yang dimaksud mencakup prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim, dan obyek yang haram sebagaimana diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Jika dilihat secara fungsi, bank syariah memiliki peran yang sama dengan bank konvensional atau bank umum, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.

Namun, yang membedakan keduanya adalah prinsip syariah islam yang digunakan dalam operasi bank syariah. Seperti bank konvensional, bank syariah juga diatur dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Akan tetapi, untuk menjaga konsistensi dalam menjalankan aktivitas perbankan berdasarkan prinsip syariah islam, bank syariah juga harus diawasi oleh Dewan Syariah Nasional dari Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). DSN-MUI telah diberi kewenangan untuk menerbitkan fatwa kesesuaian syariah terhadap suatu produk perbankan yang didukung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tren bank syariah di dunia semakin meningkat, termasuk di Indonesia. Beberapa bank konvensional di Indonesia mulai menciptakan bank syariah. Menanggapi hal ini, pada 1 Februari 2021, pemerintah melakukan merger/penggabungan 3 bank syariah milik BUMN yakni Bank BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, dan Bank BNI Syariah menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI). Tujuan pemerintah melakukan merger 3 bank tersebut adalah untuk meningkatkan daya saing sistem perbankan syariah.

Selain itu, merger ini dilakukan agar tingkat penetrasi ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia meningkat. Hal ini disampaikan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dalam wakalahmu.com.

ADVERTISEMENT

Terbentuknya BSI pada tahun 2021, mengharuskan pihak BSI untuk mengikuti trend perbankan yang sedang terjadi di Indonesia. Salah satu trend yang sedang meningkat di perbankan Indonesia adalah bank digital. Menurut Peraturan OJK tahun 2021 yang termuat dalam cimbniaga.co.id, bank digital merupakan lembaga perbankan yang masuk ke dalam bank berbadan hukum Indonesia (BHI). Fungsi dari bank digital adalah menyediakan dan menjalankan kegiatan usaha perbankan melalui saluran elektronik, tanpa kantor fisik selain kantor pusat, atau memiliki kantor fisik yang terbatas. Bank digital ini bisa dilakukan oleh bank baru maupun bank lama yang ingin bertransformasi menjadi bank digital.

Perkembangan bank digital di Indonesia yang cukup pesat ini, disebabkan oleh prosesnya yang praktis dan cepat. Layanan perbankan yang semulanya dilakukan secara offline, berubah menjadi dilakukan secara daring. Masyarakat/nasabah tidak perlu pergi ke kantor cabang untuk melakukan transaksi perbankan, seperti pembukaan rekening tabungan, cetak rekening koran, dll. Bank baru atau bank lama yang ingin bertransformasi menjadi bank digital harus mengembangkan teknologi secara aktif agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat atas transaksi perbankan.

Trend bank digital ini disambut hangat oleh masyarakat dan perbankan di Indonesia. Menurut Direktur Utama BSI Hery Gunardi dalam cnbcindonesia.com, memang terjadi transformasi digital di sektor perbankan nasional. Hal ini terlihat dari trend munculnya bank digital di Tanah Air.

Respons masyarakat dan investor pasar modal terhadap kehadiran bank digital ini juga cukup positif, dibuktikan dengan saham bank digital dan kapasitas pasar yang terus meningkat. Menurut Hery, beberapa persiapan yang dilakukan BSI untuk mengatasi trend bank digital ini adalah mempercepat kapasitas digitalisasi, meningkatkan stabilitas sistem mobile, menambah dan memperbaharui fitur-fitur (enhance), dan fokus pada peningkatan pengalaman pengguna yang menitikberatkan pada bagaimana pengalaman pengguna dalam berinteraksi/menggunakan produk digital.

Dikutip dari kontan.co.id, perbankan syariah di Tanah Air akan menyiapkan layanan digital SuperApp. Bank Syariah Indonesia berencana akan tetap mempertahankan kantor cabang dengan layanan dan operasional yang akan diperkuat secara digital. Menurut Hery, BSI menerapkan strategi bionic banking dan open banking. Strategi ini digunakan untuk bekerja sama dengan fintech dan e-commerce yang tetap sesuai dengan prinsip syariah. Selain itu, mobile banking BSI juga akan diperhatikan dan ditingkatkan, mengingat bank konvensional sudah menjadikannya sebagai SuperApp.

Menurutnya, layanan SuperApp akan memberikan kemudahan dan kenyamanan pengalaman bagi nasabah. Layanan SuperApp tersebut juga dapat memfasilitasi berbagai kebutuhan sehari-hari masyarakat. Layanan SuperApp atau mobile banking BSI disebut dengan BSI Mobile. Hingga saat ini, BSI Mobile bisa digunakan untuk bertransaksi menabung emas, gadai emas, membayar ziswaf, membeli hewan kurban, dll. Selain digunakan untuk keperluan transaksi perbankan, BSI Mobile juga dapat digunakan untuk mengecek waktu salat dan lokasi masjid terdekat.

Dikutip dari liputan6.com pada bulan Mei 2022, BSI berkolaborasi dengan Ayoconnect melalui pengembangan solusi berbasis teknologi open banking Hal ini dilakukan dalam rangka mengoptimalkan percepatan inklusi perbankan syariah di Indonesia. Pada penandatanganan MoU antara BSI dan Ayoconnect, dibahas mengenai layanan API open banking dan program-program lainnya. Layanan open banking yang dimiliki BSI menggunakan konsep Bank as a Service (BaaS) dan akan diperluas melalui jaringan yang dimiliki oleh Ayoconnect.

Kerja sama antara kedua lembaga ini akan memberikan dampak positif bagi nasabah yang ingin menikmati layanan BSI melalui sistem yang terintegrasi API dan terdaftar resmi di OJK. Direktur IT BSI Achmad Syafii berharap integrasi sistem antara BSI dan Ayoconnect dapat mendorong lebih banyak lagi muslimpreneur untuk memanfaatkan layanan BSI melalui API open banking dan dapat mempercepat akselerasi digital serta pengembangan ekosistem syariah.


Salsabila Alvinandora Prihantari

(ads/ads)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads