Tren Inklusif-Kolaboratif sebagai Acuan Digitalisasi Bank Syariah
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Tren Inklusif-Kolaboratif sebagai Acuan Digitalisasi Bank Syariah

Rabu, 28 Des 2022 17:26 WIB
Riska Arlianda
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Ilustrasi Bank Syariah Indonesia
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Ketika pertama kali mendengar kata 'Syariah', apa yang terlintas dibenak kita? Apakah sebuah slogan ataukah sudah terinternalisasi dalam balutan gaya hidup?

Jika ditilik lebih jauh lagi secara umum, kaidah investasi syariah harus memenuhi beberapa aspek. Di antaranya persoalan kehalalan barang, bagaimana cara untuk memperoleh, dan penggunaannya.

Investasi juga tidak boleh mengandung unsur riba, gharar, dan maysir. Riba adalah kegiatan ekonomi yang mendapati tambahan atau bunga terhadap pokok utang maupun piutang. Sementara gharar adalah ketidakpastian dalam sebuah transaksi sehingga berpotensi terjadi penzaliman dari satu pihak terhadap pihak lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Maysir merupakan transaksi yang mengandung unsur perjudian, dimana judi berkaitan dengan sebuah spekulasi. Dalam hal ini, jika dikaitkan spekulasi itu mengacu pada skema yang mengalokasikan sedikit dana untuk mendapatkan dana dalam jumlah besar.

Berbicara menyoal Syariah dan Indonesia meruntut banyak korelasi. Indonesia sebagai negara yang memiliki penduduk muslim yang besar dan pesatnya tren hijrah serta gaya hidup memiliki potensi untuk menjadi negara ekonomi Syariah terbesar di dunia. Hal ini turut didukung dengan adanya perubahan pola konsumsi masyarakat yang semakin lekat dengan produk layanan keuangan digital.

ADVERTISEMENT

Data OJK menunjukkan bahwa total aset industri keuangan syariah pada Januari 2021 mencapai Rp 1.753,13 triliun, tumbuh 19,67% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Aset industri keuangan syariah itu setara dengan 9,62% dari total aset industri keuangan.

Adapun rinciannya terdiri dari aset industri perbankan syariah Rp 600,99 triliun, industri keuangan non bank syariah Rp 115,83 triliun, dan pasar modal syariah Rp 1.036,31 triliun. Dan turut bertransformasi progress potensi pasar industri keuangan syariah di Indonesia masih lebar dengan ditunjukkan rata-rata pertumbuhan per tahun (CAGR) aset industri keuangan syariah yang mencapai 14% dalam lima tahun terakhir.

Indikator lainnya yang mendukung Indonesia punya faktor kekuatan ekonomi Syariah ada The State of Global Islamic Economy (SGIE) Report 2020/2021, Indonesia berhasil naik ke peringkat ke-4 dari peringkat ke-5 pada 2019 dan peringkat ke-10 pada 2018.

Namun, menjadi problematika adalah masih ada pemahaman keliru perihal produk-produk industri halal, yang disangka hanya untuk umat Muslim. Padahal, penerapan konsep ekonomi syariah sangat inklusif karena secara aktif melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam pergerakan roda perekonomian.

Justifikasi dari hal tersebut ada pada kegiatan ekonomi syariah dilakukan dengan optimalisasikan prinsip bagi hasil dan risiko, mendorong partisipasi sosial untuk kepentingan khalayak, serta menjunjung tinggi akan transaksi yang adil dan transparansi di sektor keuangan dan sektor riil.

Hakikatnya, ekonomi syariah bergerak dengan memastikan sektor sosial aktif mendorong perekonomian berbasis riil bersama-sama sektor komersial. Fondasi akan narasi tersebut membuat ekonomi syariah relatif lebih kuat dibandingkan dengan ekonomi konvensional.

Di era disrupsi digital ini, layanan berbasis digital akan menentukan eksistensi perbankan di era normal baru. Dukungan dan kolaborasi seluruh pihak sangat diperlukan untuk bersama-sama mewujudkan niat baik yang dapat memberikan kesempatan tumbuh dan hidup yang lebih berarti bagi rakyat Indonesia.

Hal ini turut diperhatikan oleh Wapres Ma'ruf Amin berdasarkan statement yang ia paparkan, ekonomi syariah bersifat inklusif karena berprinsip melibatkan seluruh masyarakat. Ekonomi syariah juga mewadahi kelompok yang sumber dayanya berlebih dan memberikan akses kepada yang belum berkecukupan.

Meskipun di Indonesia memiliki sistem ekonomi ganda, yakni yang bersifat konvensional dan syariah. Keduanya tidak boleh berbenturan ataupun dibenturkan, tetapi mesti disinergikan agar dapat sejalan demi menunjang kesejahteraan masyarakat,

Inklusi dan literasi ekonomi Syariah sudah sepatutnya dapat dicapai dengan adanya transformasi digital. Akselerasi dan korelasi ekonomi syariah di era digital juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan investasi dan konsumsi, yang berujung pada kapasitas pertumbuhan produk-produk pasar halal dunia.

Semua pekerjaan sektor industri halal ini tidak cukup jika hanya menjadi slogan atau dengan label halal pada hasil produksinya saja, tetapi harus memiliki daya saingnya tersendiri. Dalam mencapai hal itu semua lapisan memiliki daya gunanya untuk saling aksi dan berkolaborasi sehingga inklusif dan komprehensif.


Riska Arlianda

(ads/ads)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads