'Pamor Bank Syariah Kalah dengan Konvensional, Ini Biang Keroknya' ialah judul sebuah artikel yang dimuat detikcom pada 6 April 2022. Isinya sudah jelas, bahkan setelah 31 tahun berdirinya bank syariah di Indonesia, bank syariah masih jauh tertinggal pangsanya dibandingkan bank konvensional.
Penetrasi bank syariah masih kecil. Dari segi aset, bank syariah hanya memiliki aset Rp 694 triliun, jauh dari aset perbankan nasional yang mencapai Rp 10.298 triliun pada 2021. Begitu juga dengan pangsa pasar yang baru 6,7%.
Hal ini membuat Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI), Banjaran Surya Indrastomo dengan tegas mengatakan bahwa rendahnya penetrasi ini masih menjadi pekerjaan rumah bank syariah. Menurutnya, masih rendahnya penetrasi bank syariah disebabkan empat hal, yakni jaringan, literasi dan inklusi, teknologi informasi dan saluran digital, serta permodalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tulisan ini bukan pada kapasitas memaparkan empat determinan tersebut. Bukti nyata dukungan pemerintah tidak diragukan lagi. Sangat besar guna mendorong optimalisasi peran industri bank syariah di Tanah Air, mewujudkan bank syariah yang berdaya tahan, berdaya saing tinggi, dan berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional dan pembangunan sosial.
Pemerintah mendorong merger tiga bank syariah anak usaha BUMN menjadi BSI dengan harapan permodalan menjadi lebih kuat, ukuran lebih besar, dan jaringan lebih bersaing. Dari sisi bank syariah pun terus melakukan perubahan sebagai strategi untuk mampu bertahan dan memiliki bisnis yang berkelanjutan, terutama pada aspek teknologi dan digitalisasi. Geliat perubahannya sangat menjanjikan, namun mengapa penetrasinya terasa jalan di tempat?
Intensitas kebutuhan masyarakat terhadap jasa keuangan meningkat seiring dengan tumbuhnya kelas menengah di suatu negara. Termasuk di dalamnya adalah kebutuhan akan jasa bank syariah.
Dalam kasus di Indonesia, riset Center for Middle-Class Consumer Studies (CMCS) menjelaskan tumbuhnya kebutuhan terhadap jasa bank syariah tak lepas dari semakin meningkatnya kehidupan keislaman yang kemudian berpengaruh pada keputusan keuangan mereka. Kelas menengah muslim menghendaki kehidupan yang Islami, yaitu kehidupan yang senantiasa menaati dan menerapkan ajaran-ajaran Islam dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk di dalamnya ber-perbankan. Namun mengapa penetrasi bank syariah sangat lambat?
Jawabannya karena belum terbiasa! Setelah selesai membaca buku James Clear 'Atomic Habits' yang awalnya saya beli karena buku ini berada di rak buku best seller (terjual lebih dari 100.000 eks di Indonesia), tiba-tiba terbersit dalam pikiran saya tentang bagaimana menerapkan ilmu atomic habits ini agar bisa menjadi salah satu problem solving kebuntuan penetrasi bank syariah.
Atomic habits adalah kebiasaan kecil yang merupakan bagian dari sistem yang lebih besar. Sama seperti atom ikut membangun molekul, atomic habits adalah unsur pembangun hasil-hasil yang menakjubkan.
Bagaimana kebiasaan kecil bisa memberikan hasil yang luar biasa? Kebiasaan adalah bunga majemuk dalam perbaikan diri. Sama halnya dengan uang yang menjadi berlipat-lipat karena bunga majemuk, pengaruh kebiasaan menjadi berlipat-lipat sewaktu masyarakat mengulang-ulang kebiasaan itu.
Perubahan yang dihasilkan pada suatu hari tertentu mungkin terkesan kecil, tapi dampak yang terjadi setelah berbulan-bulan dan bertahun-tahun kemudian bisa dahsyat. Ketika kita menengok ke belakang, satu, lima, atau sepuluh tahun kemudian, nilai kebiasaan yang baik menjadi luar biasa nyata.
BSI telah memiliki jaringan luas, teknologi informasi dan kapasitas digital yang memadai, serta permodalan yang semakin kuat pasca merger. Meski didukung upaya pemerintah yang bersinergi dengan berbagai pihak, termasuk lembaga pendidikan untuk meningkatkan literasi masyarakat, hal ini belum cukup untuk meningkatkan angka penetrasi bank syariah jika tidak diikuti pembentukan kebiasaan baik (good habits) dalam menikmati layanan syariah.
1% lebih baik setiap hari, 1% peningkatan kebiasaan menikmati layanan syariah bersama BSI setiap hari. Finally, 1% kemajuan setiap hari akan menjadi kebiasaan kecil yang terakumulasi sejalan waktu.
Let's Do It! Kebiasaan adalah perilaku yang telah diulang cukup sering sampai menjadi otomatis. Bagaimana masyarakat merancang kebiasaan baik untuk menikmati layanan syariah bersama BSI?
1. Menjadikannya terlihat (make it obvious)
Membuat proses atau kebiasaan menjadi lebih jelas. Menurut James Clear, jika hanya sekadar niat kebiasaan menikmati layanan syariah saja tanpa memutuskan waktu dan tempat, maka akan sulit untuk diwujudkan. Oleh karena itu, kita (masyarakat) perlu membuatnya terlihat.
Meletakkan kartu ATM BSI di sisi dompet yang paling terlihat serta menempatkan BSI Mobile app di layar depan handphone (home screen) akan membuat kita benar-benar memulai kebiasaan menjadikan BSI sebagai pilihan pertama saat membutuhkan layanan perbankan.
2. Menjadikannya menarik (make it attractive)
Semakin menarik sesuatu, maka akan semakin besar keinginan kita untuk mengadopsinya menjadi kebiasaan. Peran BSI untuk menciptakan konsep dopamine loop di sini sangat diperlukan.
Dopamin adalah hormon yang dilepaskan tubuh ketika seseorang merasakan keseruan dari sebuah kegiatan, yang membuatnya ingin melakukan kegiatan itu lagi. Inovasi digital BSI Mobile yang menambahkan menu waktu salat dan lokasi masjid terdekat saat ini telah memberikan efek dopamin yang membuat kita setiap saat dapat menikmati layanan syariah bahkan saat tidak memerlukan jasa perbankan.
3. Menjadikannya mudah (make it easy)
Membuat kebiasaan itu menjadi lebih mudah. Menu yang memberikan kemudahan dalam bertransaksi keuangan bahkan ber-ZISWAF semakin memantapkan kebiasaan menikmati layanan syariah bersama BSI menjadi rutinitas.
4. Menjadikannya memuaskan (make it satisfying)
Menjadikan kebiasaan sebagai hal yang menyenangkan dan memuaskan. Memberikan reward kepada diri sendiri pada saat telah berhasil mengubah perilaku. Akan semakin memotivasi jika BSI pun memberikan reward (tidak harus finansial) pada saat nasabah melakukan layanan syariah Bersama BSI secara rutin.
Bismillah. Dengan kebiasaan baik menikmati layanan syariah bersama Bank Syariah Indonesia akan menjadi kunci peningkatan penetrasi bank syariah di Indonesia. Aamiin Ya Mujibassailin.
Dr. Hj. Fatmah, ST., MM., RSA.
(prf/ega)