Plus-Minus Transisi ke Mobil Llistrik

ADVERTISEMENT

Kolom

Plus-Minus Transisi ke Mobil Llistrik

Jacob Febryadi Nithanel Dethan - detikNews
Rabu, 28 Des 2022 12:10 WIB
Ilustrasi mobil listrik
Ilustrasi: Getty Images/iStockphoto/Tramino
Jakarta -

Komitmen Indonesia untuk menggunakan mobil listrik telah ditunjukkan secara serius oleh pemerintah. Dua hal yang menjadi dasar didorongnya penggunaan mobil listrik adalah dampak negatif ke lingkungan sebagai akibat penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dan tingginya subsidi bahan bakar yang diberikan pemerintah terhadap penggunaan BBM.

Berdasarkan informasi yang diberikan oleh situs iqair.com, Jakarta ditempatkan sebagai kota dengan udara terkotor di dunia dengan angka 160 US Air Quality Index (16 Juni 2022). Salah satu penyebab utama adanya polusi udara di kota Jakarta adalah penggunaan kendaraan yang mengkonsumsi BBM.

Selain itu, pemerintah telah meningkatkan anggaran kompensasi dan subsidi BBM pada 2022 lebih dari 3 kali lipat, menjadi Rp 502,4 triliun dari nilai sebelumnya sebesar Rp 152,5 triliun. Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan bahwa anggaran ini dinilai akan lebih bermanfaat jika digunakan untuk menyejahterakan rakyat untuk pembangunan di berbagai sektor seperti pembangunan puskesmas, sekolah dasar, dan rumah sakit.

Strategi Pemerintah

Beberapa kebijakan telah diterapkan oleh pemerintah sebagai strategi untuk meningkatkan penggunaan mobil listrik. Salah satunya dengan membebaskan mobil listrik dari penerapan aturan ganjil-genap. Hal ini bisa dikatakan sebagai kebijakan yang menarik bagi pekerja di ibu kota yang membutuhkan jalur mobilisasi melewati jalan tol dan ruas jalan utama yang sering kali terkendala dengan aturan ganjil-genap.

Selain itu, pemerintah memberikan biaya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang sangat terjangkau untuk mobil listrik, yakni hanya 10% dari total PKB yang seharusnya. Contohnya, total pajak mobil listrik Hyundai Ioniq setiap tahun hanya sebesar Rp 973.300. Tidak hanya itu, pemerintah juga sangat aktif di dalam mempromosikan penggunaan mobil listrik. Hal ini terlihat dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh instansi pemerintahan menggunakan mobil listrik seperti kegiatan touring yang dilakukan oleh Kementerian Perhubungan sampai kepada penggunaan mobil listrik di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.

Niat pemerintah untuk beralih kepada mobil listrik tidak hanya ditargetkan kepada masyarakat, tapi juga pelaku industri otomotif. Hal ini terlihat dari dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 terkait percepatan program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).

Kementerian Perindustrian juga telah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27 Tahun 2020 tentang Peta Jalan Pengembangan, Spesifikasi, dan Ketentuan Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai. Peraturan Menteri Perindustrian berikutnya yang tekait dengan mobil listrik adalah Permenperin No. 28 Tahun 2020 terkait Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai dalam Keadaan Terurai Lengkap (CKD) dan Keadaan Terurai Tidak Lengkap (IKD).

Keuntungan

Dengan melihat keseriusan pemerintah dalam mempromosikan mobil listrik, penting bagi masyarakat untuk memahami keuntungan yang diperoleh ketika menggunakan mobil listrik dalam aktivitas sehari-hari. Selain pajak kendaraan yang murah dan kebebasan dari aturan ganjil genap, biaya konsumsi energi listrik jauh lebih murah jika dibandingkan dengan biaya pengisian BBM.

Mobil listrik Wuling Air ev tipe long range memiliki kapasitas baterai sebesar 26,5 kWh dan jika tarif listrik yang digunakan adalah tarif listrik rumah tangga R2 per juli 2022 yakni Rp 1.699,53/kWh, maka biaya yang dibutuhkan untuk pengisian baterai mobil listrik Wuling Air ev sampai ke kapasitas maksimal jika dimulai dari kapasitas baterai dalam keadaan kosong adalah sebesar Rp45.037,5.

Jika pengisian daya baterai dilakukan menggunakan infrastruktur Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) PLN, biaya listriknya sebesar Rp 2.466/kWh per Juli 2022. Untuk itu hanya diperlukan biaya sebesar Rp 65.349 untuk pengisian sampai ke kapasitas maksimal baterai. Dengan kapasitas penuh ini, Wuling Air ev tipe long range dapat digunakan untuk jarak tempuh sekitar 300 km. Biaya ini sangatlah murah untuk jarak tempuh tersebut jika dibandingkan dengan kendaraan konvensional berbasis BBM.

Selain itu, penggunaan mobil listrik akan berkontribusi terhadap pengurangan polusi udara yang diakibatkan oleh emisi gas buang yang dihasilkan oleh kendaraan konvensional. Sehingga bisa dibayangkan bahwa kota-kota besar yang dipenuhi mobil listrik akan memiliki kualitas udara yang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi saat ini.

Tantangan ke Depan

Tapi, keberhasilan transisi ke mobil listrik tidak hanya membutuhkan komitmen pemerintah dalam merumuskan berbagai kebijakan yang dapat mendorong penggunaan mobil listrik. Masih terdapat beberapa tantangan yang perlu dihadapi dan membutuhkan solusi.

Salah satu tantangan yang ada adalah tingginya harga mobil listrik sampai saat ini. Harga OTR Jakarta untuk Wuling Air rev long range masih di kisaran Rp 295.000.000 dan tipe standard range yang lebih murah bisa dibeli dengan harga Rp 238.000.000. Harga ini masih lebih mahal jika dibandingkan dengan mobil berkapasitas 4 orang berbasis BBM lainnya yang dijual Toyota, Daihatsu, dan Honda yang masih dapat dibeli dengan harga Rp 100.000.000 – Rp150.000.000.

Mobil listrik yang dapat digunakan untuk family car juga belum tersedia. Sementara itu, salah satu tipe mobil yang paling laris di Indonesia adalah tipe family car yang dapat menampung 7 penumpang. Tantangan selanjutnya adalah ketersediaan SPKLU yang masih belum tersedia secara maksimal.

Ketersediaan SPKLU di berbagai fasilitas umum seperti mall, restoran, rumah sakit, dan universitas sangat diperlukan bagi pengguna mobil listrik mengingat proses pengisian ulang daya baterai yang memakan waktu. Wuling Air ev tipe long range membutuhkan waktu 11 jam untuk pengisian daya baterai, sedangkan Wuling Air ev tipe standard range membutuhkan waktu 8.5 jam. Selanjutnya, penggunaan mobil listrik untuk perjalanan jauh di atas 300 km masih sulit untuk diwujudkan.

Opsi Solusi

Melihat kebutuhan mayoritas masyarakat Indonesia yang cenderung untuk memilih mobil 3 baris yang dapat menampung 7 orang dan terdapat kebutuhan untuk dapat bepergian dengan jarak di atas 300 km, maka mobil hibrid masih menjadi salah satu solusi terbaik yang dapat digunakan. Teknologi hibrid memberikan keuntungan dari sisi efisiensi biaya pengisian daya listrik dan lebih ramah lingkungan. Selain itu, mobil hibrid juga dapat digunakan untuk perjalanan dengan jarak di atas 300 km.

Toyota telah menghadirkan family car melalui Innova Zenix Hybrid dengan harga OTR Jakarta Rp 458.000.000. Sayangnya, harga Innova Zenix Hybrid tentunya belum dapat dikategorikan sebagai mobil yang terjangkau. Terutama bagi masyarakat dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah. Untuk itu, mobil hibrid bertipe family car dengan harga yang jika dapat disetarakan dengan harga mobil low cost green car (LCGC) akan dapat menjawab berbagai persoalan yang saat ini dihadapi dalam proses transisi ke mobil listrik.

Salah satu penyebab mahalnya harga mobil listrik terletak pada mahalnya harga baterai yang digunakan mengingat baterai yang digunakan masih diimpor dari luar negeri. Untuk itu, Kementerian BUMN telah membentuk PT Industri Baterai Indonesia (IBI) yang direncanakan memiliki kapasitas produksi sebesar 140 GWh. Hasil produksi ini akan digunakan di dalam negeri dan diekspor ke luar negeri.

Baterai yang dihasilkan Indonesia diharapkan dapat menekan biaya produksi mobil listrik secara signifikan. Selain itu, ketersediaan baterai mobil listrik yang baik dapat juga menawarkan sistem swab and go sehingga masyarakat dapat langsung mengganti baterai mobil ketika kapasitasnya sudah minimal. Hal ini akan memungkinkan mobil listrik untuk digunakan dengan jarak tempuh di atas 300 km tanpa harus menggunakan mobil hibrid.

Opsi alternatif lainnya adalah dengan menggunakan mobil hidrogen. Mobil ini belum menjadi prioritas pemerintah Indonesia. Tapi, beberapa negara lain seperti Kanada dan Australia secara serius telah memberikan fokus kepada pengembangan mobil hidrogen. Mobil hidrogen juga menawarkan teknologi ramah lingkungan tanpa emisi gas buang yang dihasilkan oleh mobil berbasis BBM. Selain itu, pengisian ulang hidrogen membutuhkan waktu pengisian yang sebanding dengan pengisian BBM. Sehingga penggunaan untuk jarak tempuh di atas 300 km dapat dilakukan dengan mudah.

Tapi, transisi ke mobil hidrogen juga membutuhkan kesiapan infrastruktur pengisian ulang hidrogen yang baik, produksi fuel cells yang murah dan produksi hidrogen yang dihasilkan oleh pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. Penggunaan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan juga perlu ditingkatkan secara signifikan di Indonesia mengingat mayoritas listrik Indonesia masih dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang masih menggunakan batu bara dan juga tidak ramah lingkungan.

Semoga niat baik pemerintah untuk mengurangi polusi udara di Indonesia tidak hanya difokuskan kepada pusat perkotaan, tapi juga sampai ke lokasi pembangkit listrik yang juga seharusnya memiliki kualitas udara yang baik dan ramah lingkungan.

Jacob F. N. Dethan, PhD dosen Teknik Elektro Universitas Buddhi Dharma

Simak Video 'Pemerintah Siap Kucurkan Dana Rp 5 T untuk Subsidi Kendaraan Listrik':

[Gambas:Video 20detik]



(mmu/mmu)


ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT