Saat ini ada begitu banyak orang yang memiliki impian bisa menghasilkan ekonomi yang maksimal untuk memperoleh kualitas hidup yang jauh lebih baik. Berbagai cara pun dilakukan demi bisa memenuhi keinginan mereka yang sebenarnya 'sangat sederhana', yakni memperbaiki perekonomian keluarga.
Hal ini pula yang turut dilakukan Rofiqoh Rahmawati, wanita yang selama ini aktif menjalani hidup dan kegiatan perekonomiannya di Kudus, Jawa Tengah. Memiliki kondisi ekonomi yang minim dan berasal dari keluarga yang kurang mampu, tidak membuat Rofiqoh patah semangat dalam memupuk asa untuk memperbaiki kualitas hidup.
Ia pun mencoba peruntungannya dengan merintis usaha sebagai reseller pakaian jadi (ready to wear) berbasis online. Saat memulai usahanya ini, dirinya membangun kemitraan dengan para tetangga yang telah memiliki bisnis grosir pakaian skala besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Upayanya pun tergolong cukup sederhana, Rofiqoh memulainya dengan memasang foto produk pakaian yang hendak dijual untuk dipasarkan melalui social media dan toko online (online shop).
"Waktu itu saya bermitra dengan tetangga-tetangga saya yang sudah menjadi grosir besar pakaian. Jadi, saya mengambil gambar barang-barang mereka, lalu saya online-kan di media sosial dan toko-toko online," kata Rofiqoh, dalam keterangannya yang ditulis Tribunnews, Jumat (11/11/2022).
Saat merintis usaha sebagai reseller itulah, ia melihat potensi pasar busana ready to wear yang sangat menjanjikan. Oleh karena itu, timbul keinginan dalam dirinya untuk tidak hanya menjadi seorang reseller saja.
Namun juga menjadi produsen pakaian demi memenuhi kebutuhan pasar yang sangat tinggi. Seiring waktu, dirinya kemudian mengetahui adanya program Bank Wakaf Mikro (BWM) BSI Maslahat yang ia anggap sebagai peluang untuk mengembangkan potensi diri menjadi seorang entrepreneur.
Perlu diketahui, BSI Maslahat merupakan mitra strategis PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) dalam upaya penyaluran dana Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf (ZISWAF) tepat sasaran agar dapat bermanfaat secara luas.
Ketika mengikuti pelatihan perdana program yang diadakan pengelola BWM Assa Berkah Kudus Jawa Tengah pada akhir 2018 lalu, Rofiqoh pun mengaku senang dan antusias.
Saat itu dirinya cukup sibuk, karena tidak hanya berprofesi sebagai reseller online saka namun juga melakukan kegiatan positif lainnya dengan aktif mengajar di MTs Assaidiyah dan MA Assaidiyah Kudus bersama sang suami.
Setelah memperoleh ilmu yang cukup dari pelatihan yang ditujukan bagi anggota BWM, ia pun memperoleh pinjaman Qardhul Hasan Rp 1 juta. Qardhul Hasan merupakan pinjaman yang bersifat sosial, sehingga para peminjamnya hanya perlu mengembalikan sejumlah pokok pinjaman tanpa bunga.
Pinjaman ini tentunya diharapkan dapat mengurangi potensi pelaku usaha untuk meminjam uang pada rentenir.
Melalui pinjaman Qardhul Hasan dari BWM BSI Maslahat, wanita berusia 32 tahun itu akhirnya memiliki 1 unit mesin jahit kecil dengan merek Butterfly, demi memulai usaha konveksinya yang diberi nama 'Galeri Santri Mandiri Kudus'.
Rofiqoh pun langsung mengimplementasikan ilmu yang ia peroleh dari pelatihan program BWM. Ia kemudian meninggalkan profesi lamanya sebagai reseller online, untuk fokus mengembangkan bisnis barunya ini.
Kendati demikian, profesi sebagai guru di MTs Assaidiyah dan MA Assaidiyah Kudus tidak ia tinggalkan. Lalu mengapa Rofiqoh berani berhenti dari profesi sebagai reseller?
Ia menegaskan bahwa dirinya ingin mengeksplorasi tantangan yang ada dan memenuhi kebutuhan pasar yang sangat beragam. Menurutnya, saat banting stir menjadi produsen busana ready to wear, akan ada banyak produk yang dapat ia tawarkan kepada para konsumen.
Tentunya dengan pilihan desain, material kain hingga ukuran yang beragam, bahkan produknya pun dapat disesuaikan dengan permintaan konsumen. Faktor inilah yang ia anggap sebagai peluang ekonomi baru bagi keluarganya.
"Suami saya ketika bujangan, sempat menjadi buruh di konveksi tetangga, dan kami melihat peluang di konveksi lebih menjanjikan," tegas Rofiqoh.
Meskipun hanya memiliki 1 unit mesin jahit yang ia beli menggunakan pinjaman Qardhul Hasan, namun tangan terampil dirinya dan sang suami mampu menciptakan beragam busana yang diminati konsumen.
Mulai dari seragam sekolah, baju paskibraka hingga baju muslim (modest wear) seperti baju koko, jilbab, mukena dan gamis. Menariknya, ia hanya belajar secara otodidak dalam menggeluti profesi barunya itu dan dapat dikatakan 'berhasil'.
Memiliki tekad keras untuk bisa maju dan memberdayakan, Rofiqoh pun tekun menjalani bisnis konveksinya. Ia mengaku sejak awal tidak pernah menolak pesanan busana dari para konsumen atau pelanggannya.
Jika dirinya dan sang suami kewalahan mengerjakan pesanan tersebut, ia pun tidak kehabisan akal untuk turut menggandeng dan memberdayakan rekan lainnya yang menggeluti bidang serupa demi mengerjakan pesanan ini bersama.
"Awalnya, setiap order (pesanan) yang masuk, saya nekat menyanggupi semua. Jika kesulitan, saya bekerja sama dengan rekan-rekan saya dan para tetangga yang bergelut di bidang usaha konveksi, saya juga belajar secara otodidak," imbuh Rofiqoh.
Karena produk ready to wear tidak mengenal musim dan selalu ada peminatnya, perlahan bisnis konveksinya pun mulai menunjukkan kemajuan. Pesanan kian berdatangan dan dapat ia selesaikan sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan.
Rofiqoh menyampaikan bahwa salah satu respons positif yang pernah ia peroleh adalah saat menawarkan produk baju paskibraka pada awal 2019. Sedikit demi sedikit, bisnisnya pun mulai berkembang dan kian menunjukkan prospect yang menjanjikan.
Akhirnya ia memutuskan untuk fokus menjadi entrepreneur dan mengundurkan diri atau resign dari profesinya sebagai guru di MTs Assaidiyah dan MA Assaidiyah Kudus pada 2020.
Bisnisnya yang kian menghasilkan ini kemudian mengantarkannya mengikuti program Digital Marketing yang diadakan BSI Maslahat untuk nasabah anggota BWM pada akhir 2020, bersama beberapa anggota lainnya.
Melalui program tersebut, ia kembali memperkaya pengetahuannya mengenai strategi digital marketing untuk kian memperluas dan mempermudah pemasaran produknya. Sehingga pelaku bisnis yang mengandalkan marketplace seperti dirinya bisa meningkatkan potensi pasar dengn scope yang lebih luas.
"Kami dikenalkan dengan penjualan online. kami diajari strategi penjualan dan cara meningkatkan potensi pasar di toko online kami yang tergabung dengan Shopee," tutur Rofiqoh.
Ia pun mengakui bahwa banyak benefit yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan program Digital Marketing itu. Karena tidak hanya berdampak positif pada peningkatan jumlah pesanan dan penjualan produknya saja, namun juga mampu meraih omset hingga lebih dari Rp 1 miliar pada 2021.
"Pelatihan Digital Marketing yang kami ikuti benar-benar membawa dampak luar biasa bagi peningkatan order dan penjualan usaha konveksi kami, hingga menutup pembukuan tahun 2021 kami berhasil mencatat transaksi Rp 1 miliar lebih," jelas Rofiqoh.
Bisnis ini, kata dia, tidak hanya mampu mendorong perekonomiannya kian meningkat. Namun juga membuat dirinya dan sang suami mampu memperluas hunian mereka yang turut digunakan pula sebagai tempat berkarya.
"Alhamdulillah, dari usaha ini saya dan keluarga bisa meluaskan bangunan rumah sekaligus sebagai bengkel kerja kami," pungkas Rofiqoh.
(prf/ega)