Pandemi COVID-19 membuat transformasi menuju ekonomi hijau semakin giat dilakukan setiap negara. Baik itu negara maju maupun negara berkembang, termasuk Indonesia.
Untuk mendukung Indonesia dalam mempercepat transformasi ekonomi hijau, berbagai sektor, dunia usaha, hingga industri bahu-membahu. Tak ketinggalan industri perbankan syariah.
Ekonomi hijau merupakan suatu gagasan ekonomi yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan sosial masyarakat. Sekaligus mengurangi risiko kerusakan lingkungan secara signifikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengamat Ekonomi Syariah, Irfan Syauqi menilai keuangan hijau pada dasarnya merupakan DNA keuangan syariah. Artinya, keuangan syariah dilarang keras digunakan untuk membiayai kegiatan yang membahayakan lingkungan sesuai dengan perintah Al-Quran yang melarang manusia berbuat kerusakan.
"Memang sudah seharusnya perbankan syariah mendukung penuh ekonomi hijau," ujar Irfan.
Adapun permasalah pembiayaan hijau juga sangat erat dengan isu sustainability atau keberlanjutan. Sehingga perbankan syariah harus memastikan semua pembiayaan yang dilakukannya selaras dengan upaya menciptakan kesejahteraan. Tak hanya untuk generasi sekarang namun juga generasi yang akan datang.
Setidaknya terdapat beberapa keuntungan jika perbankan syariah menerapkan ekonomi hijau. Secara bisnis, kesadaran lingkungan masyarakat semakin meningkat sehingga permintaan terhadap berbagai produk ramah lingkungan ikut meningkat. Hal tersebut pun menjadi peluang bagi bank syariah untuk berekspansi kepada industri-industri yang mendukung keberlanjutan ini.
Presiden Joko Widodo dalam pidato kenegaraannya tahun ini sempat meminta berbagai pihak untuk bisa meningkatkan ekonomi hijau domestik. Dalam permintaan tersebut, perbankan syariah tentunya memiliki peran signifikan, terutama dalam mendorong penyaluran pembiayaan ke berbagai sektor berkelanjutan.
PT Bank Syariah Indonesia (BSI) sebagai bank syariah terbesar di Tanah Air menerapkan keuangan berkelanjutan untuk mendorong ekonomi hijau melalui Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan (RAKB) yang berfokus pada peningkatan kapasitas internal, penyesuaian manajemen risiko dan tata kelola, serta peningkatan portofolio kategori kegiatan usaha berkelanjutan (KKUB).
Dalam melaksanakan RAKB tersebut, terdapat beberapa strategi di antaranya meningkatkan pemahaman keuangan berkelanjutan, mempelajari panduan Taksonomi Hijau Indonesia, dan terus memberikan pembelajaran kepada semua nasabah untuk bertransisi ke ekonomi rendah karbon.
Untuk diketahui, Taksonomi Hijau Indonesia diluncurkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal ini menjadi panduan aktivitas ekonomi hijau yang berisikan daftar klasifikasi aktivitas ekonomi yang mendukung upaya perlindungan lingkungan hidup serta mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
BSI memetakan portofolio pembiayaan KKUB dengan memperhatikan aspek Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (LST) atau yang juga dikenal dengan Environment, Social, and Government (ESG). Perusahaan turut mengelola risiko dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam pembiayaan KKUB.
Pada tahun pertama BSI berdiri, dukungan BSI dalam mendorong prinsip keuangan berkelanjutan tercermin pada penyaluran pembiayaan kepada pelaku usaha KKUB. Per 31 Desember 2021, pembiayaan berkelanjutan tercatat sebesar Rp 46,15 triliun. Dengan demikian komposisi pemberian dana kepada KKUB tersebut mencapai 26,95 persen dari total pembiayaan bank kala itu yang senilai Rp 171,29 triliun.
Pembiayaan diberikan kepada sektor usaha ramah lingkungan, antara lain pada industri sawit yang telah memiliki sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) dan/atau Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Setelah tahun 2021, pembiayaan kepada KKUB semakin terbuka lebar, terutama akibat transisi ekonomi dari usaha konvensional menuju ke bisnis berkelanjutan yang telah mengubah cara pandang dalam melakukan usaha.
"Banyaknya tekanan bagi dunia usaha untuk mulai memperhatikan kelestarian lingkungan, khususnya memitigasi dampak negatif perubahan cuaca, menjadi momentum bagi kita semua untuk berubah. Perubahan ini mencakup cara pandang, perilaku, dan cara berbisnis yang mendukung kegiatan ramah lingkungan," tutur Direktur Utama BSI, Hery Gunardi.
Sembilan bulan berlalu, di tahun 2022 pembiayaan yang sehat dan berkelanjutan menopang bisnis BSI. Emiten dengan kode saham BRIS ini tetap bisa memberikan pembiayaan sembari menjaga keberlangsungan kehidupan dan lingkungan.
Pada triwulan III-2022, pembiayaan keuangan berkelanjutan BSI mencapai Rp 51,03 triliun atau 25,54 persen dari total pembiayaan yang dicatatkan yakni Rp 199,82 triliun. Perseroan juga menggencarkan implementasi keuangan berkelanjutan dengan penyaluran dana Corporate Social Responsibility (CSR) yang mengusung konsep 3P (people, planet, and profit).
Dana CSR yang disalurkan BSI ke berbagai sektor ekonomi sosial telah mencapai Rp 84,1 miliar. Salah satunya untuk pendampingan dan pengembangan 19 Desa Binaan BSI yang tersebar di Aceh, Lampung, Banten, Nusa Tenggara Barat, dan Makassar.
Sementara dalam bidang spiritual, BSI membangun masjid-masjid di tempat wisata. Terbaru yakni Masjid BSI Pananjakan di kawasan Bromo Jawa Timur.
Terkait aspek people, BSI memberikan lebih dari 400 program beasiswa. Sedangkan dalam hal charity dan environment, BSI melakukan gerakan penanaman pohon lebih dari 20 ribu bibit di berbagai daerah rawan banjir.
Tahun 2022 masih menyisakan satu kuartal, artinya pembiayaan berkelanjutan BSI akan melebihi tahun sebelumnya. Untuk tahun-tahun selanjutnya, BSI diharapkan bisa lebih gencar memberikan pembiayaan berkelanjutan, apalagi setelah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 dan KTT Perubahan Iklim Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-27 (COP27) menemukan kesepakatan.
Untuk tahun ini, KTT G20 yang diketuai Indonesia menyoroti transisi ekonomi hijau sebagai isu prioritas. Sementara dalam persiapan COP27 baru-baru ini, Indonesia menaikkan target Nationally Determined Contribution (NDC) menjadi sebesar 31,89 persen tanpa syarat dan sebesar 43,2 persen dengan dukungan internasional pada tahun 2030.
Agatha Olivia Victoria, Jurnalis LKBN ANTARA
(ads/ads)