Tahun 2021-2022 Indonesia tengah menghadapi gejolak ekonomi ekstrem. Bagaimana tidak, selain ekonomi babak belur dihantam pandemi COVID-19, konflik antara Rusia dan Ukraina menambah proses pemulihan ekonomi dunia, termasuk Indonesia.
Dampaknya luar biasa. Lonjakan harga energi membuat Pemerintah Indonesia memutuskan menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Ini pun membuat beberapa harga komoditas barang merangkak naik, termasuk harga pupuk. Petani semakin tercekik. Di tengah isu gagal panen seiring menghantui.
Salah seorang petani di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel), Adnan (30) harap-harap cemas melihat kondisi sulit ini. Beberapa warga di desanya sudah mulai menanam padi atau dalam bahasa bugis, biasa disebut Mattaneng Ase. Namun, Adnan hanya berdiam diri di rumah, sambil menghitung jumlah modalnya untuk melakukan penanaman padi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adnan memiliki lahan padi seluas 5 hektare, untuk 1 hektare lahan padi memakan modal hingga Rp 8 juta. Sehingga untuk melakukan proses penanaman, Adnan harus mengantongi modal sekitar Rp 40 juta. Modalnya jauh dari kata cukup. Adnan pun hanya bisa memandangi hamparan lahan sawahnya yang tak terjamah.
"Waktu itu saya benar-benar pusing. Modal kemarin itu sudah saya gunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Jadi jauh dari cukup untuk menanam padi lagi. Sementara waktu tanam sudah hampir habis," kata Adnan kepada penulis.
Saat itu, Adnan sudah merasa putus asa. Merelakan lahannya tak terjamah. Namun, di suatu waktu, saat dia sedang asik duduk di sebuah warung kopi (warkop). Adnan membaca sebuah artikel, jika Bank Syariah Indonesia (BSI) bakal hadir di Kabupaten Pinrang.
Awalnya, dia tidak tertarik dengan informasi tersebut, tapi setelah dirinya membaca beberapa program unggulan BSI, mata Adnan seketika melek. Mencoba memahami program-program yang ada di BSI, sambil menyeruput kopi tentunya.
"Saya kira kan ini bank baru. Ternyata ini gabungan dari Bank Mandiri Syariah, BRI Syariah dan BNI Syariah," ujarnya sambil tersenyum.
Beberapa pekan berselang. Adnan belum punya solusi untuk lahan padinya. Dia pun keluar rumah menggunakan sepeda motornya, bermaksud mencari angin segar. Sambil mencari solusi apa yang dilakukan ke depannya.
Saat melewati Jalan Poros Pinrang-Parepare, matanya tertuju pada sebuah kantor bertuliskan Bank Syariah Indonesia (BSI). Semakin penasaran. Adnan pun langsung memarkir motornya dan memasuki kantor BSI.
"Saya baca kan ada program KUR. Nah, saya tanya-tanya adakah untuk petani. Ternyata ada, karena modal sudah semakin menipis makanya saya tertarik," ucap Adnan.
Dia pun semakin tertarik untuk mengajukan KUR setelah pihak BSI menjelaskan beberapa keuntungan yang akan diperoleh nasabah setelah mendapatkan KUR. Yang membuatnya paling tertarik adalah petani mendapatkan asuransi kerugian saat mendapatkan KUR. Dia pun tidak perlu khawatir membayar KUR jika panennya tidak berhasil.
"Ya namanya petani kan, yang paling ditakuti adalah kalau gagal panen. Biasanya karena beberapa faktor, seperti cuaca ekstrem dan serangan hama. Kalau ada asuransi begini kan kita tidak perlu takut bayar cicilan KUR saat gagal panen," jelasnya.
Setelah mendapat edukasi mengenai keuntungan yang akan didapatnya. Adnan memutuskan untuk mengajukan KUR di BSI. Lahan padinya pun terselamatkan. Bahkan kata dia, keuntungan yang didapatkan setelah mendapatkan KUR BSI dua kali lipat lebih banyak dari sebelumnya.
"Bukan bilang apa yah. Tapi memang ada dampaknya, karena BSI kan juga bekerjasama dengan produk pupuk. Nah, jadi pupuk yang kami dapat juga itu lebih murah. Saya terima kasih sama BSI, betul-betul menjadi penyelamat petani," tandasnya.
Hingga saat ini, BSI Cabang Kabupaten Pinrang sudah memiliki 300 petani binaan di seluruh Kecamatan di daerah yang dijuluki Bumi Lasinrang ini. Jumlah tersebut meningkat dalam kurung waktu hanya setahun setelah kehadiran BSI di Kabupaten Pinrang.
Branch Manager (BM) BSI Cabang Pinrang, Baso Adil H Karim mengutarakan, BSI hadir untuk membantu peningkatan ekonomi di Kabupaten Pinrang. Menurutnya, masyarakat Pinrang khususnya petani sangat antusias atas kehadiran BSI. Ini dibuktikan dalam kurung waktu setelah hadirnya BSI, pihaknya sudah memiliki 300 petani binaan.
"Jadi kalau kami di BSI itu, masyarakat bukan kami anggap nasabah tapi kami anggap mereka partner kerja BSI. Karena salah satu dalam konsep BSI itu adalah bagi hasil. Dalam artian, antara nasabah dan BSI itu selalu sharing modal. Maka dari itu kita beri pendampingan terus," ujarnya.
Baso pun menambahkan, saat pandemi COVID-19 membuat beberapa bank mengalami restrukturisasi KUR. Namun BSI sama sekali tidak mengalami hal tersebut. Hal ini dikarenakan, BSI sebelumnya sudah melakukan pendampingan peningkatan produk kepada petani dan UMKM yang telah mengambil KUR.
"Kenapa sampai kita eksis dalam hal KUR di masa pandemi kemarin, itu karena pendampingan peningkatan produk bagi UMKM dan petani, ini kami gencarkan. Sehingga, KUR tidak ada kami restrukturisasi. Ditambah lagi, faktor dukungan Pemerintah Daerah (Pemda) Pinrang yang membantu kami dalam hal perizinan pemasaran produk UMKM," tambahnya.
Rachmat Ariadi Jurnalis detikcom
(ads/ads)