Senin Terakhir Sebelum Tahun Berganti

ADVERTISEMENT

Jeda

Senin Terakhir Sebelum Tahun Berganti

Mumu Aloha - detikNews
Senin, 26 Des 2022 16:58 WIB
mumu aloha
Mumu Aloha (Ilustrasi: Edi Wahyono/detikcom)
Jakarta -

Selama bertahun-tahun saya dihantui kalimat sederhana penutup cerita pendek Mendiang karya SN Ratmana: alangkah singkat hidup ini.

Cerpen itu memang begitu mengesankan sampai dipilih untuk mewakili penulisnya dalam antologi Cerita Pendek Indonesia yang disunting Satyagraha Hoerip. Berkisah tentang seorang guru yang melayat mantan muridnya, cerpen itu mengalir tenang dan bersahaja, menuntun pembacanya untuk melihat ke belakang, melihat sekali lagi kehidupan ini --yang ternyata penuh misteri.

Aku terbangun pada hari Senin terakhir di pengujung tahun 2022 dan secara ajaib mendadak teringat kembali cerpen itu ketika melihat ke luar jendela, udara begitu gelap dan pekat, padahal hari sudah tidak pagi lagi. Tak lama kemudian, hujan bahkan kemudian turun, rintik-rintik, menambah suasana ngelangut. Hari-hari menjelang tahun berganti selalu membuat hati melankolis, apalagi didukung dengan cuaca yang murung dan bikin orang malas beranjak dari tempat tidur.

Teman-teman kita barangkali banyak yang sudah memasang status di media sosial, mengabarkan liburan mereka yang sudah dimulai. Hari-hari pada pengujung tahun seperti bergerak dengan kecepatan melebihi biasanya, berkejaran dengan ingatan-ingatan dan kenangan. Tiba-tiba seperti terasa, begitu banyak hal yang belum selesai.

Begitu banyak hal yang ingin kita tuntaskan, seolah setelah tahun berganti nanti, kita harus memulai sesuai yang baru lagi. Sementara, apa yang selalu kita angankan sebagai resolusi pada setiap akhir tahun, belum juga tercapai. Bahkan, mungkin resolusi-resolusi dari tahun-tahun sebelumnya juga masih terbengkalai.

Aku masih berbaring, dan meraih HP yang tergeletak di meja dekat tempat tidur. Bergantian membuka-buka Facebook, Twitter, Instagram, Tiktok, dan membaca lagi status dari beberapa teman yang mengabarkan liburan mereka. Sementara di sini, cuaca sudah tidak mendukung bagi yang masih harus bekerja. Sampai hari beranjak siang, langit tetap saja gelap, dan gerimis sebentar-sebentar turun, sebentar-sebentar pergi, mempermainkan suasana hati.

Mengapa waktu harus dikerat-kerat dalam tahun demi tahun, sehingga ada tahun baru, ada tahun yang akan berlalu? Mengapa tidak mengalir saja, utuh, sebagai satu kesatuan, tanpa batasan-batasan, seperti air sungai yang tak terputus?

Hari-hari terakhir bulan Desember selalu membuat kita berpikir kembali tentang waktu. Tentang hidup yang selalu berulang, dari garis start di awal tahun hingga garis finish di akhir tahun, dan berulang lagi begitu terus-menerus. Waktu yang berjalan dari tahun ke tahun ternyata justru menjadikan hidup ini seperti bergulir di atas lingkaran, yang mengitari dirinya sendiri, dan kita terseret di atasnya.

Seperti waktu yang mengitari diri sendiri, kita pun mengulang hidup kita, mendapati diri tiba-tiba bangun pada suatu pagi di hari Senin terakhir tahun 2022, melihat udara Desember yang sama, melihat gerimis akhir tahun yang sama, dan mengingat kembali kalimat-kalimat berkesan dari bacaan yang pernah kita baca.

Alangkah singkat hidup ini.

Masih mungkinkah kita memberi makna pada hidup yang singkat dan hanya pengulangan demi pengulangan ini, selain membiarkannya menyisakan misteri, yang suatu saat kelak, jika kita masih punya waktu, akan terkuak; atau, tetap akan menjadi misteri selamanya sampai waktu melibas kita? Masalahnya, seperti kata Squidward, siapa yang tahu berapa lama kita hidup? Pada akhirnya kita hanya bisa kembali pada petuah lama: jalani saja, dan syukuri.

Hidup memang berjalan singkat, hanya seni yang bertahan lama. Maka beruntunglah generasi kita, yang hidup pada zaman ketika segalanya bisa diabadikan dalam foto dan video. Zaman ketika kenangan bahkan tidak perlu kita simpan dalam memori kita sendiri, melainkan bisa kita titipkan di akun-akun media sosial kita, dan setiap hari kita akan diingatkan apa yang telah kita lakukan pada hari ini setahun yang lalu. Dulu ada lagu dengan lirik: bersenang-senanglah, karena hari ini akan kita rindukan....

Sekarang, lirik itu kiranya perlu kita tambahi: bersenang-senanglah, dan jangan lupa banyak-banyak berfoto....

Mungkin hari ini memang akan kita rindukan. Tapi, mungkin juga akan kita sesali, ketika kita melihat kembali foto-foto dan video-video dari masa lalu. Bukankah rindu dan sesal, dalam waktu yang berjalan cepat, sama-sama penting untuk lebih menghargai hidup yang telah kita jalani? Hari Senin terakhir sebelum tahun berganti akan datang lagi, dan lagi, membawa ingatan yang sama tentang perjalanan waktu, tentang hidup yang singkat, dan resolusi yang tak pernah terwujud.

Nikmati liburanmu, dan berfotolah....

Mumu Aloha wartawan dan editor, bukunya berjudul "Ilmu Mendatangkan Angin dan Hujan" (Diva Press) baru saja terbit

(mmu/mmu)


ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT