Ketika pandemi Covid-19 melanda awal 2020, perekonomian Bali terpukul. Saat itu perekonomian di Pulau Dewata mengalami pertumbuhan negatif atau kontraksi minus 9,31 persen. Maklum, selama ini roda perekonomian Bali digerakkan sektor pariwisata. Tak ayal, ketika nihil turis disertai Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), ekonomi di Bali terseok-seok.
Terpuruknya sektor pariwisata itu berdampak pada semua sektor, tak terkecuali pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Ali Wafha misalnya, pemilik Toko Buah Olivia Fresh di Jalan Ahmad Yani Utara, Denpasar Utara, Kota Denpasar.
"Sebelum pandemi, omzet saya per hari rata-rata Rp 6 juta. Setelah pandemi, omzet saya tinggal Rp 1 juta," ungkap Ali Wafha diwawancarai Kamis (3/11/2022) siang.
Pria 31 tahun asal Jember, Jawa Timur, itu merintis usaha dagang buah sejak 2017. Saat itu ia mendapat pinjaman modal dari BRI Syariah (sekarang Bank Syariah Indonesia/BSI) sebesar Rp 2,5 juta.
"Waktu itu saya jaminkan BPKB sepeda motor Scoopy," tutur Ali.
Perlahan tapi pasti, toko buahnya mulai berkembang. Namun, pada awal 2020 pandemi Covid-19 datang menghantam. Omzetnya anjlok. Ia nyaris gulung tikar. Tetapi Ali menolak menyerah. Api semangatnya kembali menyala saat ia mendapat angin segar dari Kantor Cabang (KC) BSI di Jalan Mahendradata, Denpasar.
"Saya sempat datang ke beberapa bank, tapi yang mau memberi pinjaman modal waktu itu hanya BSI," jelas ayah dua anak itu.
Ali mengajukan pinjaman Rp 50 juta dengan jaminan BPKP mobil pikapnya. Ia bersyukur permohonan disetujui BSI. Sebagai pelaku UMKM, Ali menyatakan berusaha menjaga reputasi. Ia tidak pernah telat membayar angsuran walau sebulan.
Bermodal pinjaman pinjaman KUR dari BSI, Ali membuka dua cabang baru di Jalan Buluh Indah, Denpasar, dan di Jalan Raya Pecatu, Badung.
"Intinya, jangan ragu, bagaimana caranya bisa eksis, maka harus optimistis," tukasnya menggebu-gebu.
Agar margin keuntungan lebih besar, Ali mengambil buah langsung dari Pasar Kargo di Jalan Buluh Indah. Pasar Kargo ini merupakan sentral buah dari Pulau Jawa. Kadang, saat harga buah merangkak naik, Ali nekat mencari buah sendiri hingga ke Jawa.
Kegigihan dan keuletan Ali membawanya kembali bangkit. Seiring dibukanya pariwisata dan pelonggaran PPKM, omzetnya berangsur pulih. Pada pertengahan 2022, ia memutuskan melebarkan sayap bisnisnya dengan menjadi supplier buah ke Kota Mataram, Lombok, NTB.
"Saya pinjam lagi ke BSI untuk menjadi supplier keluar pulau. Saya tambah pinjaman Rp 55 juta. Alhamdulillah, sekarang sebulan bisa mengirim tujuh hingga delapan kali ke Lombok," jelas pria kelahiran 8 Agustus 1991 itu.
Yang menarik, Ali tidak mau sukses seorang diri. Dia seperti membentuk ekosistem. Ia berterus terang kepada kawannya sesama pedagang buah, bahwa sumber permodalannya berasal dari BSI. Lebih dari enam orang dia sarankan meminjam modal ke BSI. Keenamnya disetujui.
"Intinya saya ingin membantu sesama pelaku UMKM agar bisa maju bareng-bareng," tegasnya.
Sebagai bentuk tanggung jawab moral, Ali mengajak kawan-kawannya tertib membayar angsuran. Ia malu jika orang yang direkomendasikan ternyata tidak amanah.
"Saya ajari mereka, setiap hari harus sisihkan uang sekian untuk bulanan (bayar angsuran). Uang yang disisihkan itu jangan diutak-atik lagi," paparnya.
Ia berterus terang mengakui berkat bantuan BSI, usahanya kini tidak hanya bangkit, tapi juga naik kelas. Dari berjualan warung kecil di tepi jalan, kini memiliki tiga toko, bahkan menjadi suplier buah hingga ke seberang nusa.
"Saya bicara berdasar pengalaman dan tidak mengada-ada, saya mendapat pinjaman modal mudah, ya dari BSI. Paling nggak ribet, asal syarat terpenuhi, proses pencairan cepat," tegas Ali.
Di akhir wawancara, ia berterimakasih pada BSI karena sudah menemani di masa sulit.
"Dari saya jatuh sampai bangun, BSI masih menemani dan percaya saya. Yang paling penting, saya terhindar riba," tandasnya.
Pengalaman serupa juga diungkapkan Yulian Setiawan. Pemilik outlet Aura Indopangan di Jalan Antasura, Denpasar Utara, itu mengaku sempat keteteran di awal pandemi. Senada dengan Ali, Yulian mengaku mendapat pinjaman di BSI cukup mudah, karena dirinya tidak memiliki masalah saat BI checking atau Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK). Yulian mengajukan pinjaman modal Rp 200 juta pada BSI. Uang itu dipakai untuk tambahan modal usaha.
Sebelum pandemi, Yulian adalah supplier daging ayam, sapi, bebek, kambing, hingga seafood. Ia bekerjasama dengan sejumlah hotel dan restoran. Namun, ketika pandemi tiba, hotel dan restoran tutup. Modalnya pun banyak yang nyangkut alias tidak dibayar.
"Saya benar-benar pusing waktu itu," curhat lulusan D3 Pariwisata itu.
Dengan modal tersisa, Yulian memberanikan diri membuka outlet ritel atau toko eceran. Jika sebelumnya ia hanya melayani permintaan daging bobot di atas 50 kilogram, sekarang permintaan eceran berapapun dilayani.
"Ternyata eceran jauh lebih baik dan sehat. Cash flow-nya lebih lancar," jelas pria asal Malang, Jawa Timur, itu.
Dengan pinjaman dari BSI, Yulian bangkit kembali dengan membuka tiga cabang toko daging. "Insyallah September 2023 saya lunas. Kami keluarga besar mengucapkan terima kasih kepada BSI yang sudah membantu melewati badai pandemi," tandas pria kelahiran 16 Juli 1977 itu.
Sementara itu, Micro Marketing Manajer BSI KC Denpasar di Jalan Mahendradata, I Gusti Bagus Dwi Kurniawan yang diwawancarai terpisah mengungkapkan sejumlah alasan tetap memberikan kepercayaan pada sektor UMKM di masa pandemi.
"Saat pandemi tidak semua bank menyalurkan KUR untuk UMKM. Namun, kami tetap menyalurkan kredit karena kami yakin sektor UMKM ini bisa survive. Kami juga memiliki tanggung jawab karena menjadi mitra pemerintah," ujar Kurniawan.
Ia mencontohkan saat krisis ekonomi 2008-2009, UMKM tetap bertahan, sedangkan usaha skala menengah dan besar memberlakukan PHK massal. Sektor UMKM terbukti menjadi tulang punggung perekonomian rakyat sekaligus teruji saat ekonomi global turbulensi.
Keputusan tetap menyalurkan KUR di tengah wabah Covid-19 itu mendapat respons positif dari pelaku UMKM. Hal itu bisa dilihat dari data jumlah pinjaman yang disalurkan kepada UMKM di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.
Tahun 2020, BSI KC Denpasar menyalurkan KUR Rp 10 miliar, kemudian 2021 naik menjadi Rp 15,6 miliar, dan 2022 (sampai Oktober) sudah menyalurkan Rp 15,3 miliar.
Kurniawan juga melihat UMKM khususnya di Bali memiliki masa depan cerah. Sebab saat ini pelaku UMKM sudah membentuk ekosistem berbasis digital, salah satunya memanfaatkan e-commerce maupun marketplace. Pihaknya banyak memberikan pembinaan tentang pemanfaatan teknologi digital.
"Saat ini pelaku UMKM tidak terikat ruang dan waktu. Karena itu, kami bersedia membantu UMKM naik kelas," tandas pria asli Tabanan itu.
Maulana Sandijaya
(akd/ega)