BSI Peduli Pemuda Desa dalam Program Kriya Bambu
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

BSI Peduli Pemuda Desa dalam Program Kriya Bambu

Minggu, 25 Des 2022 11:20 WIB
Nisrina Khairunnisa
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
BSI Peduli Pemuda Desa dalam Program Kriya Bambu
Foto: Delvin Roynaldo
Jakarta -

Pemuda adalah harapan bangsa yang kelak akan meneruskan jejak regenerasi pada tokoh pendahulu. Dalam kosakata Bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda atau kaum muda. Hal ini mengartikan bahwa pemuda merupakan sumber daya manusia yang perlu mendapatkan bimbingan juga arahan guna perbaikan di masa yang akan datang.

Sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928 menjadi bukti nyata pengaruh pergerakan pemuda sejak sebelum Indonesia merdeka. Peran pemuda sangat dibutuhkan negara untuk membangkitkan semangat dan tonggak perjuangan bagi bangsa Indonesia dalam melawan penjajah. Deklarasi tersebut melahirkan ikrar bahwa seluruh tanah dari kota Sabang sampai Merauke, bagaikan satu kesatuan, satu kebangsaan, satu bahasa, dan satu persaudaraan meskipun terpisah selat dan laut.

Jika menyadari seberapa penting pemberdayaan pemuda dalam suatu negara, maka perlu pula mencari tahu seperti apa kondisi pemuda yang bertempat tinggal di desa. Selama ini masyarakat perkotaan begitu disibukkan oleh rutinitas perkantoran, mobilitas ruwet di jalanan, hingga masalah kriminal tiada henti. Namun, berbaliklah untuk menengok kembali kondisi desa yang kebanyakan masyarakatnya mengandalkan bahan - bahan mentah sebagai sumber produksi untuk mendapatkan penghasilan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NKRI. Betapa istimewanya desa diakui negara sebagai sebuah wilayah yang mengutamakan nilai - nilai tradisional dan kekhasannya masing - masing.

Lalu, bagaimana fakta sebenarnya di Indonesia? Apakah masyarakat desa sudah mendapatkan kenyamanan dan ketentraman dalam menjalani kehidupannya? Berdasarkan hasil wawancara dengan Sekretaris Desa Panggarangan, Sahria, Ia menyatakan bahwa lapangan kerja di desa untuk para pemuda sangat minim, bahkan terbilang tidak ada. Ditambah kurangnya kemauan dan kerja keras untuk mandiri dalam memajukan desa. Banyak dari golongan muda memilih untuk merantau ke kota, sehingga belum ada yang mau mandiri mengelola kekayaan alam ataupun potensi desa yang lain.

ADVERTISEMENT

Desa Panggarangan sendiri merupakan wilayah yang terletak di Kecamatan Panggarangan, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Indonesia. Salah satu desa yang aktif menyuarakan kegiatan tsunami ready ini berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan pengurangan risiko bencana yang potensial di wilayahnya. Terealisasi dengan dibangunnya Komunitas Gugus Mitigasi Lebak Selatan yang digagas Anis Faisal Reza. Beliaulah yang mengawali serta mengajak masyarakat untuk sadar akan pentingnya mitigasi bencana.

Mitigasi merupakan upaya yang memiliki sejumlah tujuan, yakni untuk mengenali risiko, penyadaran akan risiko bencana, perencanaan penanggulangan, dan sebagainya. Bisa dikatakan, mitigasi bencana adalah segala upaya mulai dari pencegahan sebelum suatu bencana terjadi sampai dengan penanganan usai suatu bencana terjadi. Hal terkait mitigasi juga diatur dalam UU Nomor 24 Tahun 2007, mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Salah satu cara untuk menggencarkan kegiatan mitigasi bencana adalah dengan membangun sistem ekonomi dari suatu wilayah. Misalnya dengan disusunnya program - program yang ditujukan untuk memberdayakan pemuda desa. Seperti yang dilakukan Gugus Mitigasi Lebak Selatan bersama kolaboratornya, BSI Maslahat.

Terbentuknya kumpulan pemuda yang tergabung dalam Komunitas Relawan Tanggap Bencana Desa dengan wadah berkarya bernama Sanggar Kriya Bambu Lokacipta Nawasena mencetuskan harapan mereka akan penciptaan karya untuk masa depan yang cerah. Dengan memanfaatkan salah satu potensi desa, yaitu tanaman bambu yang tumbuh rimbun di sekitar tepi Sungai Barunday, Desa Panggarangan.

Para relawan diberikan pelatihan untuk memproses batang bambu menjadi produk berupa gelang, tasbih, dan beberapa kerajinan rumah tangga lainnya. Kemauan tinggi yang terlihat dari antusiasme relawan, membuktikan loyalitas mereka untuk meluangkan waktu senggang yang mereka miliki agar datang ke sanggar demi melatih kemampuan mereka dalam menghasilkan produk berkualitas bertaraf internasional. Bahkan beberapa relawan yang masih berstatus siswa, mengisi waktu sepulang sekolah dengan membantu proses produksi.

"Cukup sulit sih latihan bikinnya, tugasku mengamplas bambu yang sudah dibentuk bulatan kecil, jadi harus telaten dan hati - hati," kata Ridwan, selaku relawan termuda yang masih menempuh sekolah menengah pertama.

Keadaan lain yang semakin memberikan alasan kuat untuk mendukung Program Kriya Bambu ini adalah ketiadaan fasilitas berupa ruang berekspresi kaum muda untuk menyalurkan bakat, ide, tenaga, pikiran, ataupun segala hal yang berkaitan dengan kelebihan kaum muda sebagai golongan yang mempunyai indikasi untuk membuka jalan menuju kemajuan suatu daerah.

Melihat hal ini, Sekretaris Panggarangan, Sahria berpendapat bahwa "kemauan dari para pemuda sebetulnya besar sekali dalam program ini. Namun, karena mungkin masih banyak kendala sehingga belum bisa mendorong atau berkontribusi ke kemajuan desa."

BSI Maslahat, sebagai salah satu unsur penting dalam inovasi ini, memberikan dukungan yang diprioritaskan untuk kepentingan masyarakat Desa Panggarangan. Sesuai tujuan BSI Maslahat yang sejak awal berkeinginan masuk ke dalam seluruh siklus kebencanaan, bermula dari pra bencana, tanggap bencana, sampai pasca bencana.

"Selama ini, kami sudah terlibat di tanggap bencana dan pascabencana, namun belum di pra bencana (mitigasi). Pada tahap prabencana ini kami ingin membuat program yang sedikit banyak bersinggungan dengan aktivitas ekonomi kemasyarakatan, agar bisa berkelanjutan," kata Dedi Setiawan sebagai manager kemanusiaan BSI Maslahat.

Nisrina Khairunnisa

(akd/ega)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads