Orang bisa mengatakan bahwa hal ini adalah hal yang biasa, tetapi pada zamannya perpisahan antar komunitas umat beriman kepada Yesus ini pernah menghadirkan konflik, bahkan perang berdarah. Di beberapa tempat suasananya mungkin belum sedamai di negeri ini. Masih ada rasa curiga dan ketidaksesuaian di sana-sini. Di negeri kita, para pemimpinnya bisa duduk bersama, merumuskan tema Natal bersama dan merayakannya dalam suatu ajakan yang senada.
Ajakan-ajakan ini tidak berlaku untuk dunia internasional dan oleh karenanya bisa sangat kontekstual dengan masyarakat Indonesia. Tema yang diangkat seringkali menanggapi isu-isu konkret di tengah masyarakat Indonesia. Tahun ini tema yang diangkat adalah "Maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain." (Matius 2:12).
Berbeda dengan tema-tema tahun sebelumnya yang berpusat pada Yesus (2020 – "Mereka akan menamakan-Nya Imanuel"; 2021 – "Cinta Kasih Kristus menggerakkan persaudaraan"), tema tahun ini berpusat pada orang-orang yang menemui Yesus. Tema ini menunjuk kepada kisah tiga raja dari timur atau sering juga disebut tiga orang majus. Mereka dikenal sebagai Melkior, Baltazar, dan Kaspar. Mereka adalah orang yang terpelajar tentang ilmu perbintangan dan sudah lama menantikan hadirnya bintang yang menunjukkan hadirnya Mesias. Ketika melihat bintang itu di langit mereka bersuka cita dan memulai perjalanan ke tempat yang ditunjukkan.
Tiba-tiba bintang itu hilang tatkala mereka memasuki daerah Yerusalem. Di sana mereka menjumpai Herodes, raja boneka (raja di tanah jajahan Romawi) yang terkenal kejam. Saat orang-orang ini menceritakan tentang bintang yang menuntun mereka ke tempat kelahiran Yesus, Herodes terkejut dan mencari tahu tentang kebenarannya. Setelah tanya kepada para ahli kitab suci, akhirnya diketahui bahwa anak itu akan lahir di Betlehem.
Sebelum ketiga raja hendak berangkat melanjutkan perjalanan, Raja Herodes meminta mereka untuk kembali ke Herodes setelah mereka menemukan anak itu. Hal ini dibuat agar ia bisa segera membunuh sang bayi yang bisa jadi adalah calon ancaman bagi kekuasaannya. Saat mereka mulai berjalan ke Betlehem, bintang itu tampil lagi. Jadilah mereka menemui Yesus, sang bayi. Mereka mempersembahkan mur, emas, dan kemenyan, hal yang berharga di masa itu.
Mereka bersuka cita bisa melihat Yesus, tetapi sebelum kembali ke Yerusalem, mereka diingatkan dalam mimpi bahwa mereka harus pulang melalui jalan yang lain karena Herodes sedang mengancam si bayi. Kalau sampai ketahuan, maka pasti Bayi Yesus ada dalam ancaman. Demikianlah mereka memilih untuk pulang ke negerinya melalui jalan lain.
Melalui Jalan Lain
Pulang melalui jalan lain berarti harus siap dengan ketidakpastian baru. Pulang melalui jalan lain berarti harus mencari-cari dan sangat mungkin tersesat. Namun, hal itu adalah jalan yang harus ditempuh untuk memastikan mereka mengikuti kehendak Tuhan. Demikianlah mereka menjalani sesuatu yang tidak pasti itu, meski mereka punya pilihan kembali melalui jalan yang sama yang lebih pasti dan tanpa risiko tersesat.
Kita pun seringkali ditempatkan dalam situasi harus pulang melalui jalan yang lain. Kita yang memiliki orangtua yang makin renta, tak mungkin mencintai orang ua kita dengan cara yang sama mengingat mereka yang sudah menua dan sakit-sakitan. Anda yang memiliki pasangan hidup yang sedang sakit, tentu membutuhkan cara baru untuk menunjukkan bentuk-bentuk cinta dan perhatian.
Anda yang memiliki anak yang bertumbuh dewasa tak bisa mencintai anak Anda dengan cara yang sama dengan saat mereka masih anak-anak. Juga kita yang hidup di zaman ini dengan permasalahan pasca pandemi dan ancaman resesi, tentunya perlu menemukan cara-cara baru dalam mengasihi. Di sini kita belajar bahwa selalu akan ada tantangan baru di dalam kehidupan.
Tantangan itu bukan hambatan, melainkan kesempatan guna menemukan cara-cara baru untuk menunjukkan cinta kita. Seperti halnya tiga raja tidak menunjukkan cinta dengan kembali melalui Yerusalem, kita pun tidak melakukan hal yang sama tatkala cinta memang menuntut kreativitas dari kita.
Cinta itu Kreatif
Natal itu memang tentang peristiwa Sang Cinta menjadi manusia. Allah Sang Pencinta itu tidak pernah kekurangan cara untuk mengasihi manusia. Di masa lampau, ia menghadirkan para nabi untuk mengingatkan para murid Yesus, tetapi saat semua itu tidak cukup, hadirlah Yesus, Sang Putra ke dunia. Dalam kehidupan Yesus, cinta itu lebih nyata lagi daya kreatifnya.
Saat Ia bisa dilahirkan di tempat terhormat atau paling tidak ada dalam kenyamanan bersama keluarga besar, Ia memilih untuk dilahirkan di kandang domba, demi didekati oleh orang yang miskin semiskin penggembala di padang (mereka buruh upahan untuk menjaga kambing domba). Banyak hal kelihatan kebetulan: cacah jiwa, tidak adanya penginapan, dan tersedianya kandang domba. Namun di balik semua itu, orang melihatnya sebagai kehendak Allah untuk hadir dalam kesederhanaan supaya bisa ditemui oleh semua orang. Itulah kreativitas cinta kasih.
Tatkala menjadi seorang Guru yang mewartakan pertobatan berkeliling, Ia tidak sudi menghukum orang yang ketahuan berbuat zinah dan memilih untuk mengatakan, "Siapa berdosa silahkan melempar batu lebih dahulu." Di akhir, ia mengatakan, "Aku pun tidak akan menghukum kamu. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi." Menjadi jelas di sini daya cinta itu memungkinkan Yesus menemukan berbagai macam cara untuk bisa mengungkapkan cinta.
Di waktu yang lain, dalam iman kristiani, Yesus ingin mengajarkan mengenai cinta kasih sampai akhir hingga Ia wafat di kayu salib. Ia bisa berlari dari peristiwa itu, tetapi Ia menerimanya guna menunjukkan kepada dunia bahwa cinta kasih yang terbesar adalah cinta kasih orang yang memberikan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya (Yoh 15:13). Lagi-lagi, cinta kasih-Nya kreatif.
Mengasihi Secara Kreatif
Tema Natal di Indonesia tahun ini mengundang kita untuk kreatif dalam mencinta. Orang biasa menyebutnya sebagai kelahiran baru. Semoga kita menemukan kelahiran baru saat harus berjumpa dengan situasi baru di tengah kehidupan kita: keluarga yang menemukan cara baru menghabiskan waktu bersama; umat Gereja yang menemukan cara-cara baru untuk saling memperhatikan satu sama lain; warga masyarakat yang lebih memperhatikan orangtua dan renta terlebih yang hanya tinggal sendirian; orang-orang yang lebih mau berbagi dengan mereka yang miskin (anak yatim, orang jompo, mereka yang miskin, dan mereka yang terkena bencana).
Tuhan begitu kreatif untuk mengasihi kita, semoga kita lebih kreatif mengasihi sesama. Orang-orang Kristiani dipanggil juga untuk mengasihi negeri ini dengan lebih kreatif. Yang lebih sering terdengar di media adalah orang Kristen yang menjadi korban tindak teror atau diskriminasi. Semoga di tahun-tahun mendatang, media dipenuhi dengan bentuk-bentuk kerja sama lintas agama guna menjaga damai di negeri ini.
Saat ini, tatkala damai tak lagi kita terima secara gratis, kita dipanggil untuk menemukan jalan-jalan baru guna menjaga damai di negeri kita. Kelahiran Yesus menginspirasi kita bahwa di dalam situasi yang baru diperlukan cara baru dalam mengasihi. Di tengah kerunyaman relasi antaragama di negeri ini, orang Kristiani dipanggil untuk menunjukkan cinta kasih bagi kekal abadinya kedamaian dan cinta kasih di negeri ini.
Selamat Natal bagi Anda yang merayakan. Semoga damai Natal memenuhi hati kita dan membuat kita lebih terbuka di dalam mengasihi sesama.
Martinus Joko Lelono pastor Katolik, pengajar di Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
(mmu/mmu)