Pandemi COVID-19 benar-benar membuat usaha milik Hadisatul Ahadiah babak belur. Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) asal Tambaksari Surabaya ini mengeluh karena produk-produk miliknya diretur alias dikembalikan. Bahkan, sertifikasi Halal dan label Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) pun tak bisa memikat pembeli.
"Sekitar 90 persen diretur, mulai dari gerai di kampus sampai bandara," kata Hadisatul.
Perempuan yang akrab dipanggil Icha ini memiliki beberapa produk. Mulai dari makaroni gandum sampai teh rosella. Tak cuma rugi karena produknya tak laku, ia juga kerap merogoh kocek lebih dalam untuk mengganti uang muka para reseller.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka kan sudah DP. Terus uangnya sudah saya belanjakan untuk beli barang. Ternyata barangnya dikembalikan karena tokonya tutup. Akhirnya ya saya harus ganti uangnya," ujarnya.
Meski nelangsa, ia tak bisa berbuat banyak. Icha sadar COVID-19 membuat interaksi masyarakat dibatasi. Selain itu, daya beli konsumen juga menurun. Alih-alih berpangku tangan, ia memilih memutar otak.
"Kalau gak jualan ya gak makan kita," ujarnya.
Icha pun menyetop sementara produksi camilan dan teh Rosella. Ia menggantinya dengan frozen food dan ayam ungkep siap saji. Usaha perempuan yang juga menjabat sebagai Ketua Komunitas UMKM Kecamatan Tambaksari ini membuahkan hasil. Dari ayam ungkep, perlahan ia menemukan konsumen baru. Sembari memasarkan produk barunya, ia kembali memasarkan makaroni gandum dan teh rosella.
Jalan semakin terbuka saat ia diajak bergabung menjadi mitra UMKM binaan oleh Bank Syariah Indonesia (BSI) Juli 2022 lalu. BSI, kata dia, memberikan berbagai pelatihan pengemasan hingga pemasaran online. Yang lebih membuat Icha gembira, produk-produknya bisa mejeng di BSI UMKM Center yang terletak di Jalan R.A Kartini Surabaya.
"Ini jadi tempat promosi gratis buat kami. BSI tak memungut potongan sama sekali. Harga jual sama dengan apa yang kita kasih," ucapnya.
Keberadaan UMKM Center yang baru diresmikan Juli 2022 itu seolah menjadi angin segar bagi Icha. Ia pun kini lebih lincah memasarkan produknya.
"Sekarang jadi lebih percaya diri lagi," akunya.
Pengakuan Icha diamini oleh Business Project Officer UMKM Center BSI Surabaya, Ahmad Rifai. Menurutnya, BSI UMKM Center memberikan pendampingan kepada para UMKM, mulai pembinaan usaha hingga proses sertifikasi halal.
"Kami membina sekitar 150 UMKM di seluruh Jawa Timur. Produk-produk mereka juga kami pajang di sini," kata dia.
Di luar 150 UMKM yang terdaftar itu, ada sekitar 600 UMKM yang kerap mengikuti pelatihan. Menurutnya, wajar jika pelatihan BSI banyak diserbu pelaku UMKM.
Dalam sebulan, kata Rifai, setidaknya ada delapan pelatihan untuk mereka. BSI juga kerap membuka jalan dengan menghubungkan UMKM dengan pemerintah daerah setempat.
"Dengan begitu mereka bisa semakin dikenal. Bahkan, tak menutup kemungkinan bisa mendapat bantuan dari pemerintah setempat," kata Rifai.
Tak cuma pemerintah daerah, BSI juga menjembatani para pelaku UMKM dengan e-commerce.
"Misalnya dengan Shopee. Karena kami sudah kerjasama dengan Shopee, jadi produk UMKM mitra bisa dipasarkan tanpa jumlah minimal. Bisa dijual per biji, per unit," tambahnya.
Kini, menurut Rifai, ada mimpi besar lain yang ingin dicapai BSI, yaitu menaikkan kelas UMKM menuju pasar ekspor. Target itu sesuai dengan permintaan Wakil Presiden, Ma'ruf Amin.
"Kita sudah membuka jalan ekspor kepada mitra binaan. Harapannya tentu akan lebih banyak UMKM yang bisa menembus pasar luar negeri," jelasnya.
Misi menaikkan kelas dan mengangkat UMKM dari keterpurukan pandemi juga disampaikan oleh Direktur Utama BSI, Hery Gunardi. Menurut Hery, UMKM layak mendapat pendampingan karena sangat rentan dari sisi permodalan. Apalagi mereka harus bertubi-tubi menghadapi ketidakpastian Belum usai pandemi melanda, mereka kini sudah harus bersiap menghadapi resesi global tahun depan.
Di UMKM Center, Hery menyebut UMKM didorong untuk terus mengasah kemampuan mereka. Para UMKM juga didorong agar terdigitalisasi demi bisa bersaing di pasar global.
"Kami berharap UMKM Center di Jawa Timur ini dapat memperkuat kehadiran BSI sekaligus bermanfaat untuk mendorong usaha kecil dan menengah di grassroot economy hingga naik kelas," ujar Hery saat meresmikan BSI UMKM Center di Surabaya, Kamis (21/7).
BSI UMKM Center ini sendiri bukan satu-satunya di Indonesia. Sebelumnya sudah ada dua pusat UMKM yang didirikan oleh BSI, yaitu di Aceh dan Yogyakarta.
Soal pemilihan Surabaya sebagai salah satu titik UMKM Center BSI, Hery punya alasan sendiri. Menurut dia, selama 2021 hingga 2022, UMKM di Jawa Timur mampu berkontribusi hingga 57,25 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) provinsi.
"Kami berharap UMKM Center di Jawa Timur ini dapat memperkuat kehadiran BSI sekaligus bermanfaat untuk mendorong usaha kecil dan menengah di grassroot economy hingga naik kelas."
Faiz Nashrillah, Jurnalis
(ads/ads)