Seiring berkembangnya teknologi, saat ini kita memasuki era digital, semua serba digital dan memang lebih praktis dan mudah. Tentu saja hal itu diikuti oleh dunia perbankan dan mereka mengakomodir era digital dengan melakukan inovasi pada produk berbasis digital.
Salah satunya adalah mobile banking atau yang biasa kita sebut sebagai m-banking. Dahulu fitur m-banking hanya berisi informasi saldo, transfer dan mutasi. Sedangkan coba lihat sekarang berapa banyak fitur yang terdapat di sebuah m-banking? Mulai dari bayar listrik, air sampai top e-wallet bisa dilakukan via m-banking.
Tentunya hal tersebut dilakukan demi tetap mengikuti perkembangan teknologi dari masa ke masa dan yang pasti agar customer semakin dimanjakan dan tidak lari ke tempat lain alias ganti tempat menyimpan uang. Belakangan banyak sekali digital banking bermunculan dengan fitur-fitur dan kompensasi bunga yang menjanjikan, hal tersebut menjadi sebuah tantangan bagi bank konvensional dan bank Syariah dalam melakukan inovasi digital. Karena dengan serba digital seperti sekarang masyarakat juga menuntut kemudahan yang diberikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat kondisi tersebut tidak hanya bank konvensional yang bersolek, tapi bank syariah juga mulai memasuki perubahan ke arah digital, hanya saja pergerakan dan pasarnya belum terlihat masif. Masyarakat juga masih perlu diberikan literasi digital terkait perbankan syariah, karena masih minimnya pengetahuan mengenai hal tersebut di masyarakat sehingga membuat PR perbankan syariah cukup besar untuk mendongkrak literasi berbasis digital.
Berdasarkan data hasil integrasi Bank Syariah, saat ini terdapat 1.365 kantor cabang BSI yang tersebar di Indonesia dengan rekening nasabah mencapai 15,5 juta. Dengan integrasi itu artinya BSI sudah berada di bawah satu naungan core system dengan nama Bank Syariah Indonesia.
Sebenarnya dengan sudah terintegrasinya dalam satu core system, itu bisa memudahkan BSI melakukan perubahan ke arah digital. Semua cabang BSI di Indonesia akan manut dengan kebijakan manajemen menuju ke arah digital, hanya saja tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu dilakukan sosialisasi dan literasi baik kepada pegawai maupun masyarakat itu sendiri.
Perlu adanya kolaborasi dalam mewujudkan digital banking yang user friendly (memudahkan pengguna), di antaranya perlu mempercepat kapasitas digitalisasi, meningkatkan sistem mobile, melakukan penambahan dan updating fitur dan fokus pada peningkatan pengalaman pengguna/user experience (UX) yang nantinya menjadi tumpuan dalam berinteraksi di dalam produk digital.
Dalam perjalanannya bank digital syariah sudah seharusnya memiliki strategi yang tepat untuk bisa bersaing dengan bank konvensional. Kekuatannya ada di data yang diolah dengan AI (Artificial Intelligence), bank digital syariah dapat memaksimalkan hal tersebut sebagai bagian dari sebuah inovasi.
Tentunya apabila ingin bersaing, bank digital syariah harus memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki pesaingnya. Selain inovasi pada AI, pembiayaan mudharabah dan musyarakah bisa menjadi opsi, dimana data-data bisnis nasabah nantinya bisa terhubung dengan sistem pada bank digital syariah.
Persaingan di antara perbankan kini sudah sangat terasa dan hampir menjurus 'keras'. Semenjak adanya tren 'bakar uang' yang menjadi daya tarik di setiap masuknya pelaku baru ke industri. Pengumpulan dana atau funding yang sebenarnya saat ini sudah berbasis digital tetap tidak akan mudah karena persaingan yang juga tinggi.
Saat ini kebanyakan bank digital sudah menawarkan bunga tinggi yang menjadi daya tarik untuk funding. Tujuan besar dari dilakukannya tren digitalisasi di perbankan terutama di bank syariah ini adalah untuk mencapai kepuasan pelanggan. Karena perbankan bergerak di bidang jasa maka pelanggan adalah yang utama untuk diberikan service terbaik.
Penerapan teknologi digital akan mengikuti teori ekonomi yang menjelaskan hal itu, kemajuan teknologi mengarah pada peningkatan produktivitas dan mendorong efisiensi perusahaan.
Tentunya dengan mengikuti tren digital 4.0 ini, bank syariah akan menghadapi 2 kondisi sekaligus, yaitu peluang dan tantangan. Peluangnya adalah bank syariah akan didorong untuk bisa mendapatkan SDM yang kreatif dan inovatif, serta dapat memberikan penawaran khusus dengan landasan syariat Islam, yang tentunya dapat menjadi daya tarik masyarakat khususnya muslim.
Tantangannya bagi ekonomi syariah adalah, bagaimana membuat konsumen/masyarakat tertarik untuk melakukan aktivitas perekonomian syariah, baik itu wirausaha syariah maupun melalui perbankan syariah.
Mau tidak mau perubahan ke arah digital harus dilakukan demi mencapai kepuasan pelanggan dan tetap bersinergi dengan kemajuan jaman, walaupun dengan segala keterbatasan dan resiko ke depannya, perubahan itu harus dimulai. Seperti yang pepatah bilang "Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan dimenangkan."
Edwin Primadi Ardibrata, Karyawan Swasta
(fhs/ega)