Pada 13 September, seorang gadis bernama Mahsa Amini ditangkap oleh gast-e ersad (polisi moral Iran) di ibu kota Teheran karena diduga mengenakan jilbab secara tidak pantas. Hanya tiga hari kemudian, wanita berusia 22 tahun itu meninggal dalam tahanan. Kejadian itu menimbulkan pertanyaan besar di tengah masyarakat. Kemudian ribuan orang yang didominasi kaum perempuan turun ke jalan dan serentetan protes meletus di seluruh negeri menuntut pemerintah untuk menjelaskan apa yang menjadi penyebab kematian Amini.
Dalam berbagai unjuk rasa yang terjadi, kelompok perempuan Iran menempati garda terdepan. Diketahui rezim yang sedang berkuasa saat ini menerapkan aturan tentang pakaian pada wanita sejak Revolusi Islam; banyak wanita Iran mengadakan demonstrasi untuk mengekspresikan kemarahan mereka. Sejak itu, peraturan berpakaian, termasuk hijab, menjadi isu kontroversial. Sayangnya, seperti yang terjadi di negara-negara lain seperti Indonesia, para demonstran ini harus menghadapi kekerasan dari pihak kepolisian.
Pengetatan aturan berpakaian di Iran tahun ini telah membuat kelompok perempuan semakin marah. Maka, kematian Amini dengan cepat membakar emosi masyarakat utamanya kaum hawa, dan menggerakkan mereka menjadi garda depan dalam berbagai protes.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perlu dicatat bahwa interval antara demonstrasi rakyat Iran menjadi lebih pendek. Di satu sisi, ini karena masyarakat Iran memiliki tradisi turun ke jalan untuk memprotes. Di sisi lain, juga karena kontradiksi internal Iran yang semakin tajam dan meletus di setiap kesempatan.
Rezim dalam Bahaya
Setelah demonstrasi pecah di beberapa kota atas kematian Amini, ada banyak komentar di Twitter dan media sosial lainnya bahwa Iran sedang mengalami "revolusi," "pemberontakan," dan bahwa "rezim Iran dalam bahaya."
Beberapa mantan pembangkang Iran, yang telah lama tinggal di luar negeri atau bahkan sudah berpindah kewarganegaraan, memainkan peran yang sangat aktif dalam mobilisasi saat ini di media sosial, dan beberapa bahkan mengklaim sebagai "pemimpin" demonstrasi di Iran. Pernyataan seperti itu tidak sesuai dengan realitas Iran atau berkontribusi pada perjuangan rakyat Iran yang sedang berlangsung, atau bahkan membawa masalah bagi para pengunjuk rasa yang sebenarnya yang tinggal di negara itu.
Apa yang lebih dibutuhkan rakyat Iran adalah dukungan yang tepat berdasarkan fakta objektif, daripada penumpang gelap yang menitipkan keinginan mereka sendiri kepada para demonstran. Secara umum, beberapa demonstrasi di Iran setelah tahun 2009 kekurangan dukungan dan pemimpin. Selain itu sumber keuangan para demonstran juga terbatas.
Lebih jauh lagi, Musim Semi Arab telah menyebabkan gejolak di beberapa negara Timur Tengah hingga hari ini dan rakyat Iran tentu tidak ingin melihat negara mereka sendiri mengulangi bencana seperti itu. Faktanya, kebanyakan orang Iran lebih menginginkan reformasi daripada revolusi. Dengan demikian, setiap protes dalam beberapa tahun terakhir tidak memiliki kesinambungan. Sementara protes rakyat di Iran yang dipicu oleh kematian Amini telah mengambil kekuatan yang lebih besar dan dampaknya terhadap Republik Islam lebih berbahaya.
Sangat disesalkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi beberapa tindakan kekerasan yang menyebabkan kematian dalam demonstrasi besar-besaran di Iran. Banyak orang Iran percaya bahwa bahkan protes damai akan ditindas secara brutal oleh rezim. Pejabat sering menuduh pasukan musuh mengambil keuntungan dari protes publik untuk melakukan kerusuhan anti-rezim dan anti-Iran.
Oportunisme Oposisi
Ketika demonstrasi terjadi, memang mungkin bagi beberapa kekuatan, termasuk penentang rezim Iran, untuk mengambil kesempatan untuk menitipkan tujuan mereka sendiri. Namun, kekuatan musuh di dalam dan luar negeri seringkali bukan pemrakarsa demonstrasi di Iran. Pembuat kebijakan tentu perlu waspada dan memerangi kekuatan musuh, tetapi pada saat yang sama, mereka setidaknya harus memberikan perhatian yang sama mengapa orang semakin banyak turun ke jalan untuk memprotes.
Sejauh menyangkut demonstrasi yang dipicu oleh kematian Amini, para peserta protes telah menunjukkan keberanian yang lebih besar dan telah berlangsung dalam waktu yang relatif lama, yang perlu ditanggapi dengan serius oleh rezim. Saat ini, beberapa wanita tidak lagi mengenakan jilbab ketika mereka pergi keluar rumah, dan mahasiswa juga telah membuat suara perlawanan yang lebih keras.
Sejauh ini, meskipun rezim di Iran masih mampu mengendalikan situasi negara secara keseluruhan, namun tuntutan rakyat akan kebebasan dan tuntutan reformasi jelas telah mencapai tingkat yang lebih serius, dan suara mereka tidak dapat terus diabaikan.
Sebagian besar, orang-orang yang turun ke jalan untuk memprotes sudah merupakan hasil dari kesalahan penguasa. Jika tuntutan para demonstran tidak dapat ditanggapi secara aktif, maka akan menjadi kesalahan yang lebih serius bagi penguasa. Ini bukan saat di mana hanya dengan memutus internet dapat membuat pandangan pemerintah diterima secara luas. Untuk rezim mana pun, sangat berbahaya membiarkan masalah memburuk tanpa mengambil langkah-langkah efektif untuk meredakannya.
Ahmad Munji aktivis NU, pengamat Timur Tengah yang berdomisili di Istanbul