Pernyataan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sangat mengejutkan, seperti petir di siang bolong. SBY mengatakan ada sekelompok orang yang ingin menjegal partainya di Pemilu 2024. Menurut informasi yang didapatkannya, "mereka" ingin membuat dua poros koalisi tanpa mengajak Partai Demokrat bergabung.
Tidak usah kita bahas siapa "mereka" yang dimaksud. Tentunya, pernyataan itu menimbulkan berbagai spekulasi yang liar. Kita bisa berimajinasi ke mana-mana.
Pernyataan tersebut sangat aneh di tengah kemesraan Partai Demokrat dengan Partai Nasdem dan PKS. Padahal, semua kader Partai Demokrat bicara di publik tentang pembentukan Koalisi Perubahan yang memiliki kemajuannya sangat signifikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koalisi tersebut hampir dipastikan mengusung Anies Baswedan. Sebagaimana yang publik pahami, Gubernur Anies bukan kandidat yang dianggap berasal dari lingkar dalam pekarangan istana. Kalau proses pencalonan Gubernur Anies lewat tiga partai tersebut mengalami kemajuan pesat, "mereka" tentunya sulit melakukan politik jegal-menjegal.
Pertanyaan sebenarnya layak diajukan kepada SBY. Apakah Koalisi Perubahan masih jauh dari harapan? Kita tidak tahu persis apa harapan SBY terhadap koalisi tersebut. Yang bisa dilakukan publik hanya menerka-nerka.
SBY tentunya ingin putra sulungnya Agus Harimurti (AHY) duduk di kursi capres atau cawapres. Melalui Pilpres 2024, Pangeran Cikeas harus mendapatkan posisi di tampuk pimpinan negeri, agar kekuatannya di internal Partai Demokrat semakin kokoh. Namun, permintaan tersebut akan menemui perbincangan yang alot.
Jika AHY berpasangan dengan Gubernur Anies, Partai Demokrat adalah satu-satunya di antara tiga partai Koalisi Perubahan yang memiliki kader di panggung pilpres. Sementara, Gubernur Anies bukan kader partai politik manapun. Partai Nasdem dan PKS tentunya sulit menerima keinginan tersebut.
Skenario yang ditakutkan oleh SBY itu tampak bisa jadi kenyataan. Di tengah alotnya negosiasi Koalisi Perubahan, PKS pun memulai komunikasi dengan Partai Golkar yang sudah membentuk Koalisi Indonesia Bersatu, bersama PPP dan PAN.
Jika Koalisi Perubahan gagal terbentuk, tampaknya penghalangnya bukan "mereka". Namun, sebab utamanya adalah negosiasi di antara SBY dan kedua partai lainnya berjalan alot, bahkan mungkin saja komunikasi berjalan satu arah. Penghalang utama pembentukan koalisi ini diduga adalah keraguan SBY sendiri.
Pilihan SBY sebenarnya tidak banyak dalam situasi yang semakin mendesak ini. Pilihan pertama adalah segera meresmikan Koalisi Perubahan dengan cara apapun. Meskipun pernah menjadi kepala negara, SBY mau tidak mau harus rela untuk duduk setara dengan kedua partai lainnya.
Meskipun bukan AHY yang menjadi capres atau cawapres koalisi ini, pertaruhan untuk terus jalan akan memberikan hasil yang sepadan bagi SBY. Tentu, AHY akan mendapatkan posisi pemerintahan yang sangat strategis nantinya. Mengingat karir politik AHY yang masih panjang, pengalaman pemerintahan sangat diperlukan untuk menjaga eksistensi.
Saat ini, nama AHY merupakan tokoh termuda yang selalu masuk daftar sepuluh besar hasil survey. Apalagi lima sampai sepuluh tahun lagi, AHY akan dengan mudah menyalip nama-nama lainnya.
Pilihan lainnya untuk SBY adalah membiarkan Koalisi Perubahan bubar. Kemudian, dua partai lainnya bergabung dengan kekuatan politik yang sudah terbentuk. Skenario yang ditakutkan SBY mengenai pilpres yang dua pasangan sangat mungkin terjadi.
Kemungkinan terburuknya adalah Partai Demokrat tidak diajak bergabung dengan koalisi manapun. Pada pilpres berikutnya, Partai Demokrat pun hanya akan jadi penonton.
Tentunya, skenario tersebut sangat menakutkan. Bukan hanya bagi SBY, tetapi juga bagi catatan sejarah kompetisi elektoral kita. Bekas partai penguasa harus mendekam sunyi-sendiri, suara rakyat yang dititipkan bakal sia-sia.
Politik jegal-menjegal dapat dikalahkan dengan keyakinan SBY untuk membentuk Koalisi Perubahan. Sebagai kekuatan luar pemerintahan, Partai Demokrat berkepentingan mengajukan kandidat alternatif. Tujuan tersebut jauh lebih penting dibandingkan hal-hal lainnya.
SBY pasti sudah memiliki hitungan sendiri. Namun, keraguan selalu dapat menghambat kesempatan-kesempatan. Sementara, keyakinan SBY akan menghidupkan pilihan, menyalakan api demokrasi yang menghadirkan alternatif di luar kandidat yang dekat dengan istana pada pilpres nanti.
Arie Putra co-founder Total Politik, host Adu Perspektif, detikcom X Total Politik
Simak juga 'Demokrat Balas soal SBY Golden Boy of America: Tak Berdasar Fakta':