Sekumpulan anak muda sedang menggentayangi Ibu Kota. Kumpulan itu adalah Citayam Fashion Week. Jangan kaget! Mereka sudah lama ada, cuma banyak yang baru kenal saja.
Ruang untuk hidup merupakan hak setiap warga negara. Namun di kota besar, nilai ekonomis dari ruang hidup lebih menentukan daripada nilai kemanusiaannya. Barang kali, mendamaikan ekonomi dan kemanusiaan bukan perkara yang mudah.
Citayam Fashion Week bukan sesuatu yang direkayasa dari atas. Mereka adalah suara arus bawah yang mencari pengakuan di tengah Jakarta yang mahal. Selama ini, ruang untuk mereka tempati tidak banyak tersedia. Jakarta lebih ramah pada yang mampu membayar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah kawasan Sudirman disulap sedemikian rupa, warga pinggiran yang sering terpinggirkan mencoba membangun mimpinya sendiri. Anak-anak muda dari daerah Depok, Bogor, dan Bekasi yang berasal dari kalangan menengah bawah dapat menikmati ruang kota yang lebih manusiawi.
Barang kali, banyak orang masih merasa harga secangkir kopi di mall terlalu mahal. Dengan uang ribuan rupiah saja, sekarang mereka dapat berangkat dari daerah satelit untuk menikmati ruang kota yang hadir untuk mereka.
Proses pembangunan ruang kota yang mengedepankan interaksi warga tampak mengalami kemajuan yang signifikan. Sebenarnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tidak melakukan sesuatu yang terlalu istimewa, namun apa yang sudah dikerjakan memang sesuatu yang harus dikerjakan saja.
Pemerintah menjadi fasilitator dialog antara nilai ekonomis dan kemanusiaan di ruang kota. Kota harus menjadi tempat bertumbuhnya modal, namun semua pembangunan harus dinikmati manusia. Pemanfaatan ruang kota harus mencari keseimbangan antara keduanya.
Jika berbicara pertumbuhan ekonomi, Jakarta tidak perlu dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Namun, nilai kemanusiaannya seperti apa?
Melalui Peraturan Gubernur Nomor 23 Tahun 2022, Gubernur Anies Baswedan menggratiskan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) rumah yang memiliki nilai jual objek pajak (NJOP) di bawah Rp 2 miliar. Selain itu, potongan pajak juga diberikan kepada pemegang sertifikat dengan NJOP di atas Rp 2 miliar.
Kebijakan tersebut tentunya tidak menyenangkan semua pihak. Di tengah kebutuhan kas, pemotongan pajak pastinya akan mengurangi penerimaan pemerintah DKI Jakarta. Namun, pertimbangan kemanusiaan dalam situasi bangkit dari pandemi sangat dibutuhkan.
Sebelumnya, Anies Baswedan memberikan keringanan pajak bagi keluarga para pendahulu yang sudah berjasa untuk Republik Indonesia. Mereka yang menerima warisan hunian di daerah Menteng diringankan beban pajaknya. Sebagai gambaran, satu tahun pajak rumah dengan ukuran 200-300 meter persegi di kawasan Menteng Jakarta Pusat dapat menyentuh empat puluhan juta rupiah.
Tidak mengherankan, rumah-rumah milik orang yang sudah berjasa pada negara diambil alih oleh para konglomerat. Salah satu yang sempat menjadi perbincangan adalah penjualan rumah warisan Pahlawan Nasional Jendral AH Nasution yang harus berpindah tangan.
Pemerintah DKI Jakarta kembali melakukan rekayasa terhadap PBB. Enam puluh meter persegi pertama lahan dan 36 meter persegi bangunan yang merupakan standar minimal hidup layak tidak dikenai pungutan.
Tantangannya berikutnya adalah mengoptimalkan sumber pemasukan lain, agar pemotongan pajak tersebut tidak terlalu mengganggu pemasukan. Retribusi parkir, misalnya, merupakan sumber pemasukan yang masih bisa digenjot terus. Paling tidak, kebocoran pada sektor ini dapat diminimalisir.
Yang perlu menjadi catatan, cara di DKI Jakarta belum tentu sesuai dengan keadaan di banyak daerah lainnya. Kalau daerah lain yang pemasukannya jauh di bawah DKI Jakarta menggunakan strategi yang sama, pemasukan yang sumbernya terbatas pasti akan terjun bebas.
Ketimbang memotong pajak hunian, daerah yang tidak sekaya DKI Jakarta sepertinya lebih baik melakukan pemotongan PBB tempat usaha. Kue pertumbuhan ekonomi pun semakin besar, yang kemudian berdampak pada kompetisi yang lebih terbuka.
Esensi dari tugas pemerintah daerah adalah menghadirkan keadilan di ruang kota. Berbagai cara dapat ditempuh agar yang besar bisa tetap bertahan, lalu yang kecil dapat cepat bertumbuh.
Arie Putra host Adu Perspektif detikcom X Total Politik, co-founder Total Politik
Simak juga 'Gaya Ridwan Kamil Catwalk Bareng Ojol di Spot Citayam Fashion Week':