Semester I - 2022 paling tidak terdapat tiga event internasional di Indonesia yang menyita perhatian publik secara luas, yakni MotoGP Mandalika, Formula E Jakarta, dan Vespa World Days 2022 di Bali. Antusiasme masyarakat dan peserta pada ketiga event tersebut termasuk besar meski masih dibayangi pemulihan dari pandemi Covid-19. Kondisi ini merupakan sinyal positif setelah sektor pariwisata menjadi salah satu sektor yang mengalami dampak paling besar.
Selama dua tahun pandemi Covid-19 pemerintah memberikan perhatian khusus untuk menahan laju tekanan terhadap sektor pariwisata. Tercatat pemerintah melalui program PEN telah menggelontorkan Rp 7,67 triliun guna mendukung pengembangan kawasan strategis nasional serta peningkatan SDM sektor pariwisata melalui berbagai pelatihan. Pada 2020 pemerintah menyalurkan Rp 3,3 triliun yang kemudian ditingkatkan menjadi Rp 3,7 triliun pada 2021 sebagai bantalan ekonomi untuk pemerintah daerah dan usaha pariwisata di 101 kabupaten/kota yang selama ini mengandalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan kegiatan usaha dari sektor pariwisata.
Kebijakan ekspansif APBN menunjukkan hasil positif sebagai pengungkit peningkatan aktivitas ekonomi dan penguatan daya beli masyarakat dengan parameter kenaikan indeks penjualan eceran riil yang tumbuh di angka 12,17%. Sentimen positif berlanjut pada Kuartal I - 2022, meski masih dibayangi konflik Rusia dan Ukraina yang berimbas pada meningkatnya harga komoditas pangan dan energi di pasar global serta kebijakan pengetatan moneter di berbagai negara untuk merespons laju inflasi.
Kondisi ini membutuhkan kejelian bagi para pengambil kebijakan terutama pada sektor pariwisata agar upaya pemulihan sektor pariwisata bisa tuntas dan bahkan diharapkan dapat berkembang melebihi masa sebelum pademi Covid-19.
Peluang di Tengah Tekanan
Transformasi sektor pariwisata menjadi pariwisata berkualitas atau quality tourism sudah jelas dijadikan prioritas dalam RPJMN 2020-2024 guna peningkatan nilai tambah sektor pariwisata, devisa pariwisata, kesiapan destinasi, daya saing industri, partisipasi masyarakat, serta kualitas SDM pariwisata. Tapi apakah dengan beragam problema sosial ekonomi lainnya pemulihan sektor pariwisata akan mendapatkan momentumnya?
Jika melihat modalitas perekonomian nasional yang mencatatkan surplus neraca perdagangan selama 24 bulan berturut-turut tentu ini memberikan gambaran akan ketahanan ekonomi nasional terhadap guncangan perekonomian dunia yang diharapkan dapat berimbas di sektor pariwisata.
Pada level domestik mobilitas masyarakat secara nasional terus menggeliat. Data terbaru Gaikindo menunjukkan bahwa penjualan mobil penumpang meningkat 45,95%. Ini merupakan peluang untuk mengungkit kembali sektor pariwisata mengingat sektor transportasi adalah salah satu urat nadi bagi pengembangan pariwisata. Momentum ini dapat digunakan dengan melakukan shifting target wisatawan dari wisatawan mancanegara menjadi wisatawan lokal yang oleh Menko Perekonomian diperkirakan mencapai 50-55 juta orang.
Stimulus fiskal untuk sektor pariwisata tetap harus dilanjutkan dengan catatan pemerintah harus lebih selektif dalam menentukan pihak yang menjadi target insentif. Validasi data mutlak harus dilakukan agar didapatkan data yang akurat dan kredibel guna mencapai efisiensi fiskal. Data yang valid dan akurat juga akan mempermudah dalam melihat progres booster vaksin guna memberikan rasa aman dan nyaman antara pekerja dan wisatawan di lokasi wisata karena pada kenyataannya kita belum benar-benar keluar dari fase pandemi.
Sementara itu bentuk dukungan yang masih dibutuhkan di sektor pariwisata seperti subsidi bunga, restrukturisasi kredit, dan KUR Pariwisata dilakukan lebih selektif. Perluasan skema kartu prakerja bagi sektor pariwisata diarahkan untuk membuat pekerja sektor pariwisata "naik kelas" dengan berbagai pelatihan terkini seperti eco tourism. Program padat karya di sektor pariwisata bisa dimulai eksekusi di Kuartal I - 2022 agar menjadi pengungkit sektor riil.
Percepatan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata harus menjadi prioritas jika kita ingin kembali menjadi kompetitif di sektor pariwisata. Pembangunan zona wisata terintegrasi akan langsung berdampak pada penyerapan tenaga kerja lokal serta mempercepat hilirisasi dalam rangka meningkatkan nilai tambah serta untuk pemenuhan kebutuhan industri dalam negeri yang semakin meningkat.
Kenaikan jumlah wisman di Pintu Utama yang dicatat oleh BPS sebesar 228,24% meskipun belum mencapai angka pra pandemi Covid-19 adalah peluang yang tidak boleh disia-siakan. Kenaikan jumlah wisman di tengah tekanan inflasi sektor energi yang menghantam sektor transportasi bisa diartikan bahwa memang sektor pariwisata kita sudah mulai mendapatkan apresiasi dari para traveler.
Salah satu bukti apresiasi adalah kenaikan rangking Indonesia di Global Muslim Travel Index (GMTI) 2022; Indonesia bersama dengan Turki dan Saudi Arabia menduduki peringkat 2 dari peringkat 4 pada GMTI 2021. Adopsi konsep syaria tourism yang didukung dengan percepatan program sertifikasi halal maupun halal food akan memberikan keyakinan lebih untuk target traveler muslim untuk memilih Indonesia sebagai pilihan destinasi wisatanya.
Fokus pada Tantangan
Sederet peluang pengembangan sektor pariwisata di atas dapat dimanfaatkan selama kita tetap berfokus pada beberapa tantangan yang masih membayangi industri pariwisata. Kita tidak boleh lengah terkait penanganan Covid-19 karena pandemi masih belum benar-benar berakhir. Aspek keselamatan di sektor pariwisata mutlak harus menjadi kriteria utama dalam mengawal momentum kebangkitan sektor pariwisata.
Fluktuasi harga komoditas energi dan pangan di level global tidak bisa begitu saja diabaikan karena akan memicu kenaikan infasi administered price. Sektor energi terutama adalah tulang punggung sektor transportasi yang merupakan forward linkages sektor pariwisata. Kebijakan yang aktif dan responsif di sektor transportasi diyakini akan berimbas positif pada sektor pariwisata. Dengan berbagai peluang dan tantangan yang ada serta pengalaman panjang Indonesia mengelola sektor pariwisata rasanya kita memiliki kesempatan untuk meningkatkan kontribusi sektor pariwisata pada perekonomian nasional.
Acwin Hendra Saputra dosen Politeknik Keuangan Negara STAN
(mmu/mmu)