Inspirasi Indonesia untuk Tunisia
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Analisis Zuhairi Misrawi

Inspirasi Indonesia untuk Tunisia

Jumat, 24 Jun 2022 15:34 WIB
Zuhairi Misrawi
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
zuhairi misrawi
Zuhairi Misrawi (Foto: istimewa)
Jakarta -

Pada 7 Juni lalu, saya melakukan kunjungan ke Harian al-Shorouk, salah satu koran terbesar di Tunisia. Kunjungan ini sebagai tanda terima kasih dari Kedutaan Besar Republik Indonesia Tunis, karena sejak kedatangan saya ke Tunisia pada awal Januari lalu hingga sekarang ini, Indonesia mendapatkan perhatian khusus dari hampir sebagian besar media di Tunisia, di antaranya al-Shorouk dan al-Anwar. Bahkan, untuk pertama kalinya, wawancara saya dengan al-Anwar dan al-Shahafah dimuat di halaman depan. Indonesia menjadi perbincangan dan menginspirasi Tunisia.

Seperti biasa, dalam perbincangan dengan siapapun, apalagi dengan kalangan media, saya selalu mengisahkan dimensi historis persahabatan Sukarno dan Habib Bourgaiba. Kunjungan Habib Bourgaiba ke Indonesia pada tahun 1951 dan kunjungan Sukarno ke Tunisia pada tahun 1960 merupakan kisah indah persahabatan kedua Bapak Proklamator. Kisahnya masih terus mengisi ruang batin dan ruang pikir warga Tunisia. Bayangkan, pada tahun 1960 kunjungan Sukarno disambut 6000 warga!

Di Harian al-Shabah, misalnya, kunjungan Sukarno atas undangan Habib Bourgaiba itu digambarkan sebagai hari kemerdekaan, hari kemenangan, dan hari kebahagiaan. Sejak bertugas sebagai Duta Besar RI untuk Tunisia, saya langsung melacak berita-berita kunjungan Sukarno ke Tunisia di Arsip Nasional Tunisia. Walhasil, saya mendapatkan harta karun yang sangat luar biasa, kumpulan berita bersejarah di halaman depan seluruh media Tunisia, yang dapat dijadikan sebagai infrastruktur diplomasi Indonesia-Tunisia. Saya pun menghiasi ruang tamu KBRI Tunis dan Wisma Duta Besar RI di Tunis dengan foto-foto Sukarno dan Habib Bourgaiba.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Intinya, dalam kunjungan ke Harian al-Shorouk, saya memulai dengan penjelasan perihal persahabatan erat Indonesia dan Tunisia, yang sudah dilakukan oleh kedua Bapak Bangsa, sebelum Tunisia merdeka. Sukarno berjasa menginspirasi Tunisia dalam meraih kemerdekaan. Bahkan, Rasyid Idris dalam Min Jakarta ila Carthage menulis perihal uluran tangan Sukarno kepada Habib Bourgaiba dengan membuka Maktab Tunis, semacam kantor perwakilan Tunisia untuk persiapan kemerdekaan pada tahun 1952. Lalu, empat tahun kemudian, Tunisia meraih kemerdekaannya pada tahun 1956.

Sejak tahun 50-an, Indonesia telah menginspirasi Tunisia. Dan sekarang pun Indonesia akan terus menginspirasi sembari belajar dari hal-hal yang penting dan mencerahkan dari Tunisia, untuk kita implementasikan dalam konteks keindonesiaan kita. Yang diperlukan saat ini, yaitu gotong-royong dan kolaborasi di antara negara-negara, sebagaimana telah dicontohkan oleh Sukarno dan Habib Bourgaiba.

ADVERTISEMENT

Dalam bincang-bincang yang berlangsung selama dua jam tersebut, saya bercerita banyak hal perihal hubungan bilateral Indonesia-Tunisia, serta perubahan dan kemajuan yang dicapai Indonesia, baik dalam sektor politik, ekonomi, maupun kebudayaan. Walhasil, Harian al-Shourok pada 8 Juni lalu menurunkan dua tulisan perihal kunjungan tersebut, yaitu Kalam fi al-Tajribah al-Indonesiyyah (Catatan tentang Pengalaman Indonesia) di halaman 2 dan Sa'adat Safir Indonesia bi Tunis fi Dar al-Anwar (Duta Besar RI untuk Tunisia Berkunjung ke Dar al-Anwar) di halaman 3.

Pada hari yang sama, berita perihal bincang-bincang santai saya dengan redaktur Harian al-Shorouk tersebut ditulis dalam bentuk editorial dan reportase berita. Sebelum saya pamit pulang, Abdul Hamid al-Rayhi, Pemimpin Redaksi Harian al-Shorouk menyampaikan kepada saya kekaguman pada Indonesia dan keinginannya untuk menulis khusus perihal kesuksesan Indonesia bangkit dari krisis dan membangun peradaban baru di dalam editorial Harian al-Shorouk esok hari.

Di dalam catatan editorialnya, al-Rayhi menulis perlunya menilik dan belajar dari pengalaman Indonesia dalam bangkit dari krisis dan membangun peradaban baru. Bermula dari Pancasila sebagai ideologi, falsafah, dan dasar negara, Indonesia melakukan kajian yang mendalam untuk merumuskan Nawacita yang kemudian menjadi landasan dalam pembangunan nasional sejak tahun 2014 hingga sekarang ini.

Salah satu yang mendapatkan perhatian, yaitu perihal kemampuan Indonesia dalam merealisasikan gagasan untuk menjadikan ekspor perdagangan surplus daripada impor. Di samping itu, kemampuan Indonesia untuk menarik para investor juga digarisbawahi dengan baik. Saya juga menyampaikan, bahwa setiap Duta Besar RI di seluruh penjuru dunia mendapatkan tugas khusus untuk menaikkan ekspor dan mendatangkan para investor, sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya.

Di akhir tulisannya, al-Rayhi menulis, hendaknya Tunisia bisa belajar dari Indonesia. Sebagai negara dengan mayoritas penduduknya Muslim dapat menjadi inspirasi untuk bangkit dari krisis dan meraih kemajuan. Sebagai informasi, saat ini Tunisia sedang dalam proses amandemen konstitusi dan referendum yang akan digelar pada 25 Juli yang akan datang. Ia menutup tulisannya dengan mengutip pernyataan Umar bin Khattab, "Akankah kita hanya akan terjerembab dalam kubangan perdebatan atau memilih jalan untuk bekerja sungguh-sungguh untuk meraih kemajuan?" Inspirasi dari Indonesia mengajarkan perihal pentingnya kerja, kerja, dan kerja.

Minggu lalu, saya juga bersilaturahim ke Harian al-Shabah, salah satu koran terbesar di Tunisia. Dalam pertemuan dengan jajaran redaktur, saya banyak berbincang perihal Pancasila sebagai bintang penuntun bagi persatuan dan kemajuan Indonesia. Kebetulan dalam beberapa minggu terakhir terjadi perbincangan hangat perihal posisi Islam dalam konstitusi baru Tunisia.

Alhamdulillah, dalam setiap forum saya menjelaskan perihal Pancasila dan Indonesia saat ini, termasuk di hadapan para ulama di Universitas Zaitunah, serta perubahan-perubahan besar dan kemajuan yang kita raih saat ini mampu menginspirasi Tunisia. Beberapa Duta Besar dari negara-negara sahabat juga mulai mengenal lebih dalam dan lebih jauh tentang peradaban Indonesia modern.

Saatnya kita menginspirasi dunia dengan mengulurkan dan menyalurkan gagasan, bahwa dunia ini harus diisi dan diwarnai persatuan, persaudaraan, dan gotong-royong. Sebab tanpa itu semua, peradaban dunia ini akan rapuh, bahkan bisa hancur berkeping-keping. Pengalaman Indonesia sejatinya dapat menginspirasi dunia, dan saya sudah memulainya dari Tunisia.

Zuhairi Misrawi Dubes RI untuk Tunisia

(mmu/mmu)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads