Perpeloncoan merupakan sebuah aktivitas yang melibatkan penyiksaan atau penghinaan saat proses penyambutan seseorang ke dalam suatu kelompok. Baik itu dalam suatu kelompok kecil ataupun kelompok besar seperti lingkungan universitas. Mendengar kata perpeloncoan ini, mayoritas pemikiran seseorang tertuju kepada para mahasiswa. Khususnya para mahasiswa baru yang baru saja memasuki lingkungan belajar yang baru.
Tindakan perpeloncoan ini menjadikan momok tersendiri bagi para calon mahasiswa baru dan para orangtua. Momok ini muncul karena para calon mahasiswa dan orangtua mahasiswa baru mendapatkan informasi dari mulut ke mulut hingga dari media tentang kasus-kasus yang sering terjadi dan tindakan apa yang sering dilakukan pada saat masa Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) dimulai.
Tindakan perpeloncoan ini menjadikan momok tersendiri bagi para calon mahasiswa baru dan para orangtua. Momok ini muncul karena para calon mahasiswa dan orangtua mahasiswa baru mendapatkan informasi dari mulut ke mulut hingga dari media tentang kasus-kasus yang sering terjadi dan tindakan apa yang sering dilakukan pada saat masa Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) dimulai.
Ospek seharusnya menjadi satu waktu dalam kehidupan mahasiswa baru untuk bisa mengeksplor lebih dalam dan melakukan adaptasi dengan lingkungan belajar yang baru. Masa Ospek juga seharusnya bisa menjadi pintu ilmu utama bagi para mahasiswa baru sebelum memasuki dunia perkuliahan yang sebenarnya. Selain itu, masa Ospek juga seharusnya menjadi masa untuk melatih skill yang dibutuhkan sebelum memasuki dunia perkuliahan yang sebenarnya.
Namun saat ini banyak para mahasiswa baru yang sudah merasa sangat tertekan dengan adanya kegiatan Ospek ini. Penyebab dari tertekannya para mahasiswa baru ini tidak lain karena adanya tindakan perpeloncoan yang dilakukan oleh para senior kampus pada saat masa Ospek. Mayoritas para senior kampus yang melakukan tindakan perpeloncoan kepada para juniornya ini karena mereka berpikir kedudukan mereka lebih tinggi, dan seharusnya yang memiliki kedudukan lebih tinggi bisa memberikan sebuah pelajaran kepada bawahannya dengan cara apapun.
Tindakan perpeloncoan yang dilakukan oleh para senior kampus terhadap juniornya muncul karena adanya rasa ingin balas dendam yang telah dilakukan oleh para seniornya dahulu kepada dirinya pada saat masa Ospek. Rasa balas dendam ini akan terus berangsur-angsur muncul dan tidak akan dapat berkurang sebelum mereka dapat menerapkannya kepada orang lain.
Tindakan perpelocoan yang sering muncul pada saat masa Ospek ini yaitu memberikan tekanan yang berlebihan kepada para mahasiswa baru, memberikan teguran dengan kata-kata kasar, merendahkan para mahasiswa baru, dan sebagainya. Jika tindakan perpeloncoan ini tidak segera dihilangkan, maka akan terus berlanjut dan akan terus mengakibatkan kejadian yang sama setiap tahunnya.
Mayoritas para senior kampus merasa jika tindakan memberikan tekanan kepada para juniornya bisa memberikan sebuah pengertian bahwa hidup di lingkungan kampus itu tidaklah mudah. Juga, mayoritas para senior kampus yang suka memberikan tekanan ini merasa bahwa jika mereka berhasil membuat para juniornya takut dan tunduk kepada dirinya, itu merupakan sebuah kebanggaan yang luar biasa. Padahal dalam kenyataannya tidak.
Para junior yang merasa dirinya terlalu banyak ditekan oleh sang senior akan timbul rasa ingin membalas dendam dan timbul rasa tidak suka yang akibatnya melonggarkan tali persaudaraan di dalam kampus itu sendiri. Tali persaudaraan yang sudah longgar yang disebabkan tindakan senior kampus yang terlalu memberikan tekanan memungkinkan akan timbul sebuah konflik baru di dalam kampus itu sendiri.
Para mahasiswa senior seharusnya memiliki mindset bahwa segala tindakan perpeloncoan yang didasari atas kekerasan, pemberian tekanan secara berlebihan, penggunaan kata kasar, dan sebagainya akan menimbulkan dampak serius baik kepada dirinya sendiri ataupun kepada juniornya. Begitupun sebaliknya, jika para mahasiswa senior dapat memberikan didikan yang baik, dapat mengayomi, ramah, dan juga sopan hal tersebut juga akan dapat membawa dampak yang baik kepada dirinya sendiri dan juga seniornya. Seperti, akan timbul rasa kekeluargaan yang baru, akan timbul rasa saling peduli, akan timbul rasa untuk saling memberi dan sebagainya.
Harus Dihilangkan
Menurut saya tindakan perpeloncoan bukanlah sebuah cara untuk bisa mendidik para mahasiswa baru dan harus dihilangkan agar bisa memberikan dampak positif yang lebih baik lagi ke depannya.
Sebenarnya banyak kegiatan yang dapat dilakukan oleh para senior di kampus untuk mendidik dan menyambut para juniornya yang baru tanpa melakukan aktivitas perpeloncoan. Bayangkan jika para senior kampus dapat memberikan pendidikan dan pengajaran yang kegiatannya bisa menghasilkan prestasi yang baru dan bisa membawa nama baik kampus. Apakah hal tersebut sulit sekali untuk dilakukan? Dan, apakah hal tersebut sangat tidak mungkin dilakukan oleh para mahasiswa?
Berkaca dari kasus yang sering muncul di media terkait aktivitas perpeloncoan yang dilakukan senior kampus, apakah hal-hal tersebut akan membawa nama baik kampus? Bukannya membawa nama baik, tetapi menginjak-injak nama baik kampus yang selama ini sudah dibangun. Para orangtua mahasiswa baru akan ragu-ragu dan takut untuk menguliahkan dan mendaftarkan anaknya, para calon mahasiswa akan ragu-ragu, juga fisik dan psikis mereka disiksa dan masyarakat akan terus menyebarkan berita buruk tentang kampus.
Marilah para mahasiswa semua untuk bisa mengubah cara berpikir. Hilangkan kata-kata, pemikiran, dan juga mindset kekerasan dan penindasan di kepala, hilangkan juga rasa paling hebat sendiri di hati dan hilangkan juga rasa benci kalian terhadap adik-adik yang baru. Mahasiswa adalah aset dan investasi bangsa, bukan teroris dan preman yang suka menindas orang lain dan juga mahasiswa bukan orang yang suka menggurui, tetapi suka mengayomi.
Achmad Dhany Kanzul Fikri mahasiswa Unair
Simak juga 'Kerennya Aksi TIFAL, Band Mahasiswa Berkebutuhan Khusus':
(mmu/mmu)