Memandang kesejatian hidup penuh makna di balik kharisma sosok bersahaja selalu mengundang pesona. Memukau laksana magnet peneduh hati yang mengundang rasa siapa pun untuk nyaman mendekat. Begitulah kesan saya terhadap sosok Guru Bangsa almarhum Buya Ahmad Syafi'i Ma'arif (ASM).
Suar pencerah yang bersetia dengan kayuhan sepeda itu kini tiada. Telah berpulang memenuhi panggilan Rabb Sang Maha Cinta Allah SWT pada Jumat 27 Mei lalu. Mewariskan jejak hikmah luar biasa. Bahwa keselarasan hidup berbangsa elok dibangun dengan keberagaman. Karena memang begitulah kesejatian Indonesia. Keberagaman kita laksana paduan harmoni dalam simfoni ribuan pulau. Ratusan suku bangsa berbeda. Membentuk pelangi dengan warna warni budaya dan bahasa daerah. Sedemikian kaya. Berselaras seperti sifat gelombang dalam spektrum cahaya. Membahana dalam epik sajian orkestra Pancasila. Itulah Indonesia.
Nun di ceruk lain labirin keindonesiaan kita ada kisah berbeda. Kegandrungan menjadikan identitas sebagai penaut ikatan seolah mematok batang nalar. Memantik distorsi yang menjadi bising silang sengkarut sudut pandang. Sempitnya gentong penyangga pemahaman kerap menjadi sebab persoalan yang mengikis toleransi. Radikalisme yang mengusung ekslusifisme dan keseragaman atas nama keyakinan telah menyusup hingga ranah sekolah. Ada rasa terganggu yang sangat karena harmoni berbangsa kita terusik oleh hasrat menang sendiri. Laksana badan meriang masuk angin karena terpapar virus parasit yang menular. Sendi-sendi kebhinekaan, kesetaraan dalam persatuan dan nilai gotong royong yang merupakan karakter utama bangsa terancam pupus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena itu, mengenang kiprah Buya ASM laksana menyaksikan pelangi di pentas kehebatan akal budi. Bukan lagi sekedar ekspresi insan taat syariat melainkan wujud selarasnya kekuatan iman dan kedalaman pengetahuan. Menghadirkan nasionalisme dan keshalihan akal budi yang benihnya terpetik dari padang hakikat. Pencapaian pembentukan diri yang menjelma indah laksana gemulai tarian. Memikat hati. Pilihan untuk bahagia dalam jalan kesederhanaan hidup sejatinya bukan kesederhanaan. Itu lebih menyerupai keistimewaan adab semesta seperti prilaku fonon dalam kristal fononik dan metamaterial. Mengapa demikian?
Kesantunan Fonon dalam Kristal Fononik
Fonon adalah partikel elementer yang berperan dalam penjalaran paket energi dan gelombang mekanik di dalam material. Perannya setara foton dalam perambatan cahaya. Fonon juga berperan dalam mekanisme konversi energi menjadi panas serta menentukan kecepatan rambat bunyi pada setiap material. Adapun kristal fononik merupakan struktur penghambur artifisial yang tersusun periodik di dalam material matriks yang dapat berupa padatan maupun fluida.
Makna sederhana dalam perspektif fisika bertaut kepada sifat penciri sebuah sistem fisis. Ukurannya terwujud sebagai besaran yang menggambarkan respon karakteristik terhadap penjalaran energi dan gelombang. Jika sistem fisisnya berupa material, maka permitivitas dan permeabilitas menjadi parameter khas. Gabungan kedua penciri sifat kelistrikan dan kemagnetan itu kemudian menentukan indeks material. Besar kecilnya nilai indeks akan menentukan mekanisme respon material tersebut.
Sistem fisis sederhana seperti kristal alami umumnya memiliki satu nilai frekuensi resonansi sebagai penciri spektralnya. Indeksnya bernilai positif dan membentuk respon karakteristik yang mematuhi kaidah difraksi Bragg. Sifat itulah yang lalu menjadi dasar pengembangan sistem dan piranti pengujian bahan secara spektral seperti alat difraksi Sinar-X dan spektrometer.
Adapun kesederhanaan berkait dengan ekspresi lugas relasi beragam parameter. Kemunculan resonansi jamak oleh penghambur kristal fononik berdimensi geometrik tunggal adalah salah satu contohnya. Kesederhanaan bentuknya memunculkan sifat yang melawan kaidah difraksi Bragg karena resonansi dapat dimunculkan justru pada keadaan dimensi kristal berukuran jauh lebih kecil dari nilai panjang gelombang. Respon tak lazim seperti itu tidak dimiliki oleh material alami namun dapat dibuktikan secara eksperimental (Yahya, 2021).
Namun demikian, penilaian tidak alami itu pupus manakala peristiwanya dikaji dengan pengetahuan berbeda. Gagasan dasar pengetahuan baru itu disumbangkan fiskawan Jagadish Chandra Bose pada tahun 1898. Berselang tujuh puluh tahun sesudahnya Victor G Vaselago menyajikan jabaran teoretiknya. Kemampuan Vaselago membaca isyarat alam akan kebenaran indeks negatif pada material memunculkan konsep metamaterial. Pengetahuan baru itu yang lalu berkembang pesat dengan beragam terapan. Victor G. Vaselago bersama John B. Pendry diteladani sebagai pionir karena sumbangsih mereka.
Terkuaknya sifat metamaterial menunjukkan bahwa semesta selalu membuka ruang singkapan pemahaman dengan campur tangan akal budi manusia. Peristiwa yang semula bertentangan dengan kelaziman justru kemudian ternilai sebagai kebenaran baru. Singkapan hikmah yang hanya dapat dibedah dengan pisau pengetahuan mendalam. Fakta itu menjadi bukti bahwa menguatnya kearifan dalam pemaknaan seseorang dapat dipicu oleh besarnya kapasitas gentong ilmu yang menyangga pemahaman.
Saya memandang bahwa kebersahajaan Buya ASM merupakan suri teladan ekspresi keislaman. Kepatuhan kepada syariat oleh jiwa yang tebrekati dengan kedalaman ilmu membawanya kepada bening pemaknaan hakikat. Menghadirkan sosok sejati insan pengawal Pancasila yang toleran dan memanusiakan. Damai dalam semarak dan tak berkesendirian. Bagaikan gemulai adab fonon yang memilih teduh merambat di sepanjang tepian elemen struktur kristal fononik. Sifat yang memunculkan sisi baik efek transparan pada metamaterial. Martin Beech menjelaskannya secara detil dalam The Physics of Invisibility (Springer, 2012).
Invisibility adalah impresi ketiadaan nun ada. Pilihan untuk tidak mempertontonkan sesuatu yang elok untuk disimpan. Menyebabkan sebuah obyek seolah menghilang. Seperti pendekar yang menyembunyikan kesaktian. Dengan sifat itu pula kelak para ilmuwan dapat menghadirkan efek yang disebut dengan perisai seismik. Pengetahuan baru yang memberi kita kemampuan perlindungan keselamatan terhadap ancaman kerusakan struktur akibat gempa. Hikmah dari singkapan pengetahuan tentang cara menuntun rambatan gelombang seismik menggunakan struktur kristal fononik yang dipasang dalam perut bumi (Alagoz et al 2011, Wang, 2020).
Uraian di atas menguatkan keyakinan. Kala kebenaran telah terlampau sulit untuk dimengerti dengan kelaziman pengetahuan biasa, maka berpaling kepada hakikat bening pencerahan adalah jalan pilihan. Memasuki hidmat penjelajahan tanpa batas padang petunjuk pengetahuan. Membaca ayat semesta dengan lebih saksama. Menjadi sejuk bening mata air kehidupan berkat pemaknaan agama yang mendalam.
Bahkan lebih dari itu menyadarkan kita akan pentingnya memperkuat perlindungan sistem sekolah dan ikatan sosial masyarakat. Memperbanyak teladan hidup toleran. Menangkal pendangkalan pemahaman yang menjadi pintu masuk paparan virus radikalisme dan perilaku bernegara yang menyimpang.
Satria Guru Bangsa yang hebat itu telah menuntaskan pertarungannya. Meninggalkan jejak di titian akal budi. Bahwa rasa hormat terhadap keberagaman adalah penciri jalan kesalamatan berbangsa kita. Torehan legasi berharga nan bagai bulir benih yang bernas. Binar membawa sifat penciri genetik kemuliaan. Menginspirasi tak terbilang jumlah jiwa pengawal setia simponi indah orkestra Pancasila. Membahana untuk satu nama Tumpah Darah Indonesia. Pantang berhenti merajut kesatuan dalam mozaik kebhinekaan. Karena kita yakin itulah cinta di jalan dharma!
Iwan Yahya. Dosen dan Peneliti The Iwany Acoustics Research Group (iARG) Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Simak juga 'Polisi: Khilafatul Muslimin Sebut Pancasila Tak Bertahan Lama':