"Kajian Islam Indonesia merupakan kajian yang menarik, karena dapat menggambarkan historisitas dan perkembangan Indonesia modern yang sangat menakjubkan. Pertumbuhan Indonesia tidak bisa dipisahkan dari perkembangan pemikiran keislaman, yang mampu memberikan arah bagi tatanan sosial yang adil, damai, dan berkeadaban. Dari pemikiran Kiai Achmad Shiddiq dan Amin Syukur, saya dapat memahami betapa pentingnya pemikiran keislaman Indonesia bagi peradaban kontemporer", ujar Profesor Rafia Atiyya, guru besar Universitas Zaitunah dalam sebuah ujian tesis magister di Auditorium Peradaban, Universitas Zaitunah, Tunis.
Tunisia mempunyai keunikan dan keistimewaan dalam studi keislaman, karena mereka membuka dan terbuka terhadap kajian-kajian keislaman dari luar Tunisia untuk memperkaya studi keislaman Tunisia yang sangat kaya dan inspiratif. Mereka mulai melirik Islam Indonesia sebagai obyek studi, karena beberapa alasan: Pertama, Islam Indonesia mempunyai latar historis yang menarik, karena Islam datang melalui jalur akhlak dari para kekasih Tuhan dan pedagang. Tidak ada darah yang menetes dan bercucuran. Islam berkembang di kawasan Nusantara melalui adaptasi dan apresiasi terhadap kebudayaan lokal dan tradisi-tradisi yang tumbuh dalam agama-agama dan keyakinan yang sudah kokoh beberapa abad lamanya.
Kedua, Islam Indonesia diperkokoh dengan institusi pendidikan tradisional, khususnya pesantren yang secara historis merupakan khazanah yang berkembang di dalam tradisi agama-agama terdahulu. Pesantren merupakan potret dari akulturasi antara tradisi keislaman dengan tradisi agama-agama terdahulu.
Dalam perkembangannya, pesantren mampu meneguhkan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan keislaman par excellence, karena mampu mentransmisikan dan mentransformasikan khazanah keislaman, sehingga dapat melahirkan para ulama yang bisa berperan dalam kancah global dan karya-karyanya dikenal luas di Timur-Tengah. Syaikh Yasin al-Fadani, Syaikh Nawawi al-Bantani, Syaikh Mahfud al-Termasi, Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari, dan lain-lain.
Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur, dalam sebuah pertemuan dengan saya sebelum berangkat bertugas ke Tunisia menyampaikan karya besar Pemerintah Daerah Jawa Timur, yang telah melakukan digitalisasi terhadap 1000 buku, karya kiai-kiai Nahdlatul Ulama. Karya-karya tersebut sudah berada di Perpustakaan Alexandria, dan saya juga akan bekerja sama dengan Baitul Hikmah, lembaga dapur pemikiran Tunisia, Universitas Zaitunah, dan beberapa perguruan tinggi lainnya di Tunisia, sehingga karya-karya tersebut juga tersedia di Tunisia, dan kajian Islam Indonesia semakin meluas.
Dari Tunisia, saya bermimpi kajian Islam Indonesia dapat merambah di kawasan Timur-Tengah lainnya. Di masa mendatang, karya-karya terbaik Cendekiawan Muslim Indonesia mampu mewarnai Timur-Tengah, sehingga kita mampu memberikan sumbangsih pemikiran kepada Timur-Tengah. Dulu, Bung Karno telah menginspirasi Timur-Tengah melakukan pemikiran kebangsaan dan kemanusiaan Pancasila. Saatnya kita menginspirasi Timur-Tengah dengan pemikiran keislaman yang moderat, toleran, progresif, dan mencerahkan.
Ketiga, Islam Indonesia diperkokoh dengan dua organisasi masyarakat sipil, yaitu Nadhlatul Ulama dan Muhammadiyah. Kedua organisasi tersebut merupakan hal yang sangat istimewa, yang dapat menggambarkan orientasi keislaman Indonesia dari dulu hingga sekarang ini. Muhammadiyah dikenal dengan karakter Islam berkemajuan, sedangkan Nahdlatul Ulama dikenal dengan karakter Islam berkebudayaan, yang belakangan akrab dikenal dengan Islam Nusantara.
Lalu, saya menyebut Islam Indonesia sebagai Islam Nusantara Berkemajuan, karena peran sentral dari kedua ormas besar tersebut. Asimilasi dan akulturasi pemikiran kedua ormas tersebut semakin terasa dan nyata pada generasi muda yang mulai terbuka dan mengkaji khazanah keislaman yang terdapat pada kedua ormas tersebut.
Pemandangan tersebut merupakan perkembangan yang sangat menarik, karena pada generasi muda Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah semakin kokoh pandangan kebangsaan dan kemanusiaan. Apalagi Kementerian Agama Republik Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mempunyai program pengarusutamaan moderasi beragama, yang membentangkan jalan bagi Islam Nusantara Berkemajuan untuk memperkokoh solidaritas kebangsaan kita bersama agama-agama dan keyakinan lainnya di Tanah Air.
Pada puncaknya, kita harus menjadikan kajian Islam Indonesia tersebut sebagai prototipe untuk menggaungkan solidaritas kemanusiaan di pentas global melalui diplomasi moderasi beragama. Saatnya dan sejatinya agama-agama membentangkan jalan bagi tumbuh dan tegaknya kemanusiaan.
Keempat, Islam Indonesia juga diperkokoh kajian-kajian keislaman yang bergizi dan berkualitas tinggi di berbagai perguruan tinggi Islam, baik Universitas Islam Negeri (UIN), Institute Agama Islam Negeri (IAIN), dan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN), dan berbagai perguruan tinggi Islam swasta yang berada di bawah naungan pesantren-pesantren di seantero Tanah Air.
Berbagai fakta dan pemandangan tersebut dapat menggambarkan kajian Islam Indonesia mempunyai momentum yang sangat luar biasa untuk merambah dunia internasional, khususnya kawasan Timur-Tengah. Kita mempunyai potensi yang sangat luar biasa untuk menginspirasi dunia, bukan sebaliknya justru kita dipengaruhi oleh paham-paham keislaman transnasional yang dapat memecah belah solidaritas keislaman dan solidaritas kebangsaan kita.
Sebagai Duta Besar RI untuk Tunisia, saya sangat beruntung momentum tersebut sudah berada di depan mata. Sekolah Pascasarjana Universitas Zaitunah telah dan terus mendorongkan para mahasiswa pascasarjana Indonesia untuk melakukan kajian tentang Islam Indonesia, sehingga selama lima bulan di Tunisia dapat merasakan kajian Islam Indonesia sangat marak. Di antara pemikiran Islam Indonesia yang sudah ditulis dalam tesis magister, di antaranya: Nurcholish Madjid, KH. Abdurrahman Wahid, KH. A. Sahal Mahfud, KH. Achmad Shiddiq, KH. Amin Syakur, Syaikh Ihsan Jampes, KH. Ali Musthafa Ya'qub, dan lain-lain.
Di masa mendatang, saya optimis kajian Islam Indonesia di Tunisia akan terus berkembang dan meluas bersamaan dengan penyelenggaraan seminar, simposium, dan diskusi. Lebih dari itu, Kedutaan Besar Republik Indonesia Tunis mempunyai program penerjemahan karya-karya ulama dan cendekiawan Muslim ke dalam bahasa Arab, sehingga kita mampu menginspirasi dunia, dan khazanah keislaman kita mampu memberikan sumbangsih pada dunia internasional, khususnya Timur-Tengah.
Zuhairi Misrawi Duta Besar RI untuk Tunisia
(mmu/mmu)